Pagi ini Aliana dan Natasha sangat bersemangat untuk mulai bekerja,
setelah selesai bersiap-siap mereka pun pergi ke restoran dengan mengendarai mobil.
"Tasha apa yang ingin kamu makan untuk sarapan nanti?"
Ana menanyakan apa yang ingin dimakan oleh sahabatnya.
Selain dia gadis yang sangat cantik, Ana juga sangat pintar memasak, tidak tahu bagaimana bisa dia sangat pandai memasak , padahal tidak ada orang yang mengajarinya, Ana juga tidak pernah mengambil sekolah masak, mungkin itu adalah bakat yang diberikan tuhan untuknya.
Bisnis yang saat ini sedang mereka geluti sebenarnya adalah ide dari Ana.
Bermula saat mereka masih duduk di bangku kuliah, Ana memiliki ide untuk membuka bisnis dengan memanfaatkan keahliannya, jika awalnya mereka hanya membuka cafe hanya untuk coba-coba dan untuk mencari tambahan uang, untuk bertahan hidup sebagai anak kuliahan, sebelum mereka bisa mencari kerja setelah lulus dari universitas.
Tapi siapa yang sangka, ternyata bisnis yang awalnya hanya coba-coba kini bisa menjadi restoran yang berkelas dan dari situlah mereka bisa membiayai hidupnya.
Sampai saat ini pun Ana masih turun tangan sendiri untuk membuat resep terbaru dan mengurus semua bahan untuk memasak, bahkan dia masih turun tangan sendiri untuk memasak, walaupun mereka sudah memiliki koki di setiap cabang restonya.
Berbeda dengan Ana , Tasha memiliki tugas untuk mengurus keuangan dan semua dokumen, dia akan mengurus apapun yang berurusan dengan kertas.
Saat kuliah sebenarnya Ana dan Tasha sama sama mengambil jurusan bisnis, tapi ana lebih memilih untuk memasak, daripada harus seharian duduk memandangi laptop.
"Aku akan memakan apapun yang kamu masak"
Tasha tidak pernah rewel kalau soal makanan apalagi makanan yang dimasak oleh sahabat yang kini sudah menjadi saudaranya itu.
" Baiklah kalau begitu, sesampainya di resto aku akan membuat nasi goreng untuk kita sarapan"
"Selamat pagi kak." Suara salah satu karyawan di resto.
" Selamat pagi Clara."
Ana dana Tasha tidak pernah membuat jarak dengan para karyawan, selain karena usia mereka yang hampir seumuran, beberapa pekerjanya adalah teman mereka sewaktu masih SMA, salah satunya adalah Clara Adelin, dia adalah satu satu koki yang sangat dipercaya oleh Ana dan Tasha.
Ana dan Tasha tidak pernah menganggap Clara sebagai karyawan, mereka hanya menganggapnya sebagai rekan kerja.
Sesampainya di restoran Ana langsung menuju dapur untuk memasak.
Tidak butuh waktu lama bagi Ana untuk memasak.
" Tasha ini sarapanmu"
Ana memasuki ruang kerja Tasha dengan membawa nampan berisi makanan.
Mereka pun melanjutkan dengan sarapan bersama.
"Tok,,tok,,,permisi kak maaf mengganggu, di bawah ada pelanggan yang ingin bertemu dengan kak Ana"
Ana yang sedang menikmati makanan pun langsung menghentikan sarapannya dan segera pergi untuk menemui pelanggan.
" Habiskan dulu sarapanmu Ana!"
Tegur Tasha agar Ana menyelesaikan sarapannya terlebih dahulu, karena dia tau, jika Ana sudah bekerja, dia pasti akan lupa untuk makan.
" Nanti saja,"
Teriak Ana sambil berlari.
" Selamat pagi,, apakah ada yang bisa saya bantu"
Walaupun dia adalah bos, Ana tidak pernah keberatan untuk melayani sendiri pelanggannya.
"Hay,, Aliana"
Ana yang dari tadi fokus kepada buku menu langsung terkejut mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
"Rio,, bagaimana bisa kamu ada di sini?"
Ana tidak menduga jika pria didepannya ini adalah Rio, pria yang dikenalnya beberapa hari yang lalu.
"Aku baru pindah di sekitar sini dan aku melihat dari internet jika disini adalah restoran terbaik dan ternyata pemiliknya bernama Aliana, gadis yang beberapa waktu lalu aku kenal saat berlibur "
Jawaban Rio yang tentu saja langsung dipercaya oleh Ana.
" Baiklah Rio kamu ingin memesan apa?"
" Apa makanan kesukaanmu? Aku akan pesan itu"
Ana hanya mematung memandang Rio.
" Bagaimana bisa kamu memesan makanan yang bukan keinginanmu?"
" Tidak apa, aku hanya bingung mau pilih makan yang mana, berikan saja apapun yang kamu ingin berikan kepadaku ana!"
Ana semakin yakin bahwa dia orang yang aneh, dia langsung ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Tidak lama bagi Rio untuk menunggu, Ana kemudian datang dengan membawa makanan yang telah dia masak.
" Silahkan makan, semoga kamu menikmatinya"
" Ana temani aku makan!"
Ana yang semula akan pergi tiba-tiba tangannya ditarik oleh Rio.
" Restoran ini hanya menyediakan makanan dan tidak menyediakan jasa menemani makan"
Ungkap Ana yang sedikit kesal.
"Ayolah Ana, temani aku sebentar saja, aku hanya tidak biasa jika makan sendirian"
" Baiklah hanya sebentar saja ya"
Ana Pun menyetujuinya walau bagaimanapun Rio tetap pelanggan.
"Ah,,hh, apa yang kamu berikan kepadaku Ana?"
Tasha yang mendengar teriakan langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi.
" Itu hanya sup ikan, aku kira kamu akan menyukainya, apakah kamu tidak menyukainya?"
Rio langsung berlari meninggalkan restoran.
Tasha yang melihat kejadian itu langsung dibuat bingung , bagaimana bisa seseorang bisa marah hanya karena semangkuk sup ikan, begitupun Ana yang juga terkejut dengan apa yang baru terjadi.
"Ana bagaimana bisa pria itu ada disini? Dan kenapa dia bisa marah hanya karena sup ini?"
Ana Pun menceritakan bagaimana dia bisa disini dan dia tidak tahu kenapa Rio tiba-tiba marah dan pergi.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan, lebih baik kamu lanjutkan pekerjaanmu, aku juga akan kembali bekerja"
Sebenarnya Tasha masih tidak bisa melupakannya, bahkan sekarang dia semakin cemas, kenapa pria itu selalu muncul dan kenapa dia selalu mendekati Ana.
Tekadnya untuk mencari tahu siapa sebenarnya Rio semakin kuat.*
Malam pun tiba waktunya untuk pulang kerumah.
Ana yang tadi sibuk di dapur juga sudah bersiap-siap untuk segera pulang.
" Ana aku ada urusan penting, apakah kamu bisa pulang sendiri? Kamu bawa mobil saja biar aku naik taksi!"
" Apakah kamu tidak akan pulang malam ini?" Tanya Ana.
"Tidak aku hanya ada urusan sebentar, kamu pulanglah dengan mobil!"
Ana tidak terlalu mempertanyakan kemana sahabatnya itu akan pergi, karena biasanya Tasha hanya pergi untuk berkencan , atau menemui pria yang baru dikenalnya dari internet.
" Kamu saja yang bawa mobil, aku akan naik taksi, aku takut kamu pulang terlalu malam dan tidak mendapat kendaraan"
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya, sampai ketemu di rumah"
Tasha pun pergi dengan mengendarai mobil.
Tidak lama kemudian Ana keluar dari resto.
Dia berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah yang mendekatinya.
" Hay,, ayo aku antar pulang"
Aliana langsung mengenali siapa orang di dalam mobil mewah itu.
" Rio,,,. Tidak usah aku akan pulang naik taksi saja"
"Ayolah Ana lebih baik aku antar saja, daripada kamu harus berdiri di pinggir jalan seperti ini"
" Tidak papa Rio aku akan pulang dengan taksi saja"
Ana mengacuhkan Rio, dia tidak mau terlalu dekat dengan orang aneh itu terlebih lagi dia juga baru mengenalnya.
"Baiklah jangan salahkan aku jika aku menggunakan caraku"
Rio tiba-tiba keluar dari mobil kemudian langsung menggendong anda dan memasukkannya ke mobil.
"Rio apa yang kamu lakukan? Rio lepaskan aku!!! Rio,,,"
Teriakan Ana tidak digubris oleh Rio.
Dia pun memasuki mobil dan segera mengendarainya.
" Rio apakah kamu gila? bagaimana bisa kamu memaksaku seperti ini? apakah begini caramu memperlakukan seseorang? Dan bagaimana bisa kamu sekarang baik-baik saja, setelah tadi pagi kamu pergi dari restoran begitu saja."
Didalam perjalanan, Ana tidak henti-hentinya memarahi Rio, pemuda itu pun sama sekali tidak menghiraukan perkataan Ana.
" Ana apakah kamu tidak cepek mengomel dari tadi?"
Mendengar perkataan Rio, Ana pun semakin marah dan tidak berhenti mengomel.
Tiba-tiba Rio menghentikan mobil dan langsung mencium gadis cantik itu. Sebenarnya Rio sudah berusaha menahan keinginannya untuk tidak mencium ana tapi semakin ana marah, Rio semakin gemas dan tidak bisa menahan untuk tidak mencium gadis itu.
Ana yang terkejut beberapa waktu hanya bisa diam mematung, sebelum dia mendorong Rio untuk melepaskan ciumannya.
" Rio apa yang kamu lakukan"
Aliana sebenarnya tidak marah tapi dia hanya terkejut, dikarenakan tadi adalah ciuman pertamanya.
Rio hanya tersenyum melihat tingkah Ana yang menjadi malu dengan wajahnya yang menjadi merah, pria itu pun segera melanjutkan perjalanannya untuk mengantar Ana pulang.
Tidak lama kemudian Rio memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang tidak lain adalah tempat tinggal Ana.
Aliana yang masih salah tingkah karena ulah Rio tadi, langsung turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Pria itu mengerti dan tidak marah jika Ana langsung meninggalkannya begitu saja.
Rio hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol gadis yang baru diciumnya itu.
Melihat Ana yang sudah masuk kedalam rumah, Rio langsung melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Ana yang berjalan menuju kamar tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.
Dia pun berlari keluar rumah untuk menemui Rio, yang sayangnya dia sudah pergi.
" Bagaimana dia bisa tau jika ini rumahku? seingatku aku tidak pernah memberitahukan alamatku selama perjalanan tadi."
Ana dibuat kebingungan lagi dengan ulah Rio, dia tidak henti-hentinya berbicara sendiri. Dia merasa jika Rio ada hubungannya dengan kalung yang ada padanya saat ini, Ana Pun segera masuk ke rumah dan berencana untuk menceritakan kejadian tadi kepada sahabatnya jika dia sudah pulang.***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments