"Tasya bangun, kita harus menemukan pemilik kalung ini" Aliana sudah bersiap dari pagi, dia memang selalu bangun lebih awal dari Natasha.
" Iya aku bangun sekarang"
Natasha bangun dari tidurnya dan langsung menuju kamar mandi.
"Aku tunggu kamu di restoran ya, aku mau sarapan duluan, nanti kamu cepat menyusul!"
Ana langsung pergi tanpa mendengar persetujuan dari tasya, dia pun mengambil sarapan dan menikmatinya sembari menunggu Tasya.
Saat Ana sedang asik menikmati sarapannya dia mulai sadar jika ada seseorang yang memandanginya dari tadi.
"Anaaa, lagi ngeliatin apaan sih kok serius banget."
kedatangan Tasya membuat Ana langsung mengalihkan pandangannya dari laki-laki yang telah dia kenali bagaimana wajahnya.
" Itu orang dari tadi ngeliatin aku, aku kan jadi gak nyaman"
Ungkap Aliana sambil memberikan kode dengan gerakan kepalanya, dimanakah posisi laki-laki yang dia maksud.
Natasha yang langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Ana langsung tersenyum dan meledek sahabatnya itu.
" Orang itu ganteng banget Ana, kayaknya dia suka sama kamu, mau aku kenalin gak?"
Ana yang sedang diledek oleh Tasya langsung menunjukan wajahnya yang menjadi merah karena memang dia adalah gadis yang pemalu, ditambah lagi laki-laki yang ada di depannya itu adalah pria yang tampan.
"Aku merasa tidak asing dengan wajah pria itu, sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi aku tidak ingat dimana."
Ungkap ana sembari mengingat apakah pria itu memang pernah ditemuinya.
" Yaelah An, cowok ganteng di dunia ini banyak kali, mungkin mukanya mirip sama orang yang pernah kamu temui"
Ana mengangguk dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Tasya, mereka pun melanjutkan sarapan dan berniat untuk melanjutkan pencarian pemilik kalung setelah menghabiskan makanannya.*
Ana dan Tasya memilih menggunakan sepeda yang telah disediakan oleh hotel untuk berkeliling.
Mereka tidak mau jika liburan mereka terganggu hanya karena kalung yang tidak tau siapa pemiliknya itu.
Selain mencari sang pemilik kalung mereka juga berniat berjalan jalan dan melihat suasana di sekitar hotel.
Suasana pagi memang indah, mereka berdua juga sangat senang dengan liburan kali ini karena setelah sekian lama akhirnya mereka bisa berlibur lagi.
Tasya yang semula tidak terlalu suka dengan liburan ke pantai, sekarang dia sudah mulai menyukainya, karena dengan liburan ini dia bisa sedikit melupakan pekerjaan yang setiap hari membuatnya selalu sibuk.
" Ana kita berfoto disana yuk, pemandangannya sangat indah"
Tasya menunjukan tempat untuk mereka mengambil foto.
" Ayo,,, kita juga belum sempat berfoto semenjak kedatangan kita"
Mereka Pun mengambil foto untuk kenang-kenangan.
" Kkriiink,kriinnk,,,"
Tiba-tiba ponsel Aliana berdering, muncul foto wanita yang tidak lain adalah ibu Merry, Aliana langsung mengangkat video call dari ibu panti.
"Haaay,,,, bagaimana liburannya apakah menyenangkan? Apakah kalian disana baik-baik saja?"
Merry memastikan jika liburan Ana dan Tasya berjalan lancar.
"Hay Bu, kita disini baik-baik saja dan sekarang kita lagi jalan-jalan naik sepeda, di sini pemandangan bagus banget"
Ana sembari memperlihatkan pemandangan indah yang ada di depannya kepada Merry dari benda kotak miliknya.
"Pemandangan yang indah"
Suara Merry yang terdengar dari seberang sana.
"Ibu sih tidak mau ikut sama kita liburan"
Natasha yang langsung menyayangkan ibu pantinya yang tidak ikut bersama mereka berdua.
Bukan tidak mau mengajak Merry untuk ikut berlibur, sebenarnya mereka sudah mengajaknya tapi karena Merry menolak, dengan alasan siapa yang akan menjaga adik-adik di panti.
"Baiklah lain waktu aku akan membawa adik-adik juga untuk berlibur, biar ibu juga bisa berlibur bersama kami"
Natasha yang langsung tersenyum menyetujui perkataan Ana.
"Ya sudah ibu tutup teleponnya ya,, ibu tidak mau mengganggu liburan kalian, kita bertemu setelah kalian pulang ya bye,,,"
" Bye,, Bu sampai ketemu nanti"
Aliana langsung mematikan telepon tersebut.***
"Ana kita pulang yuk, aku udah capek sekarang juga sudah panas"
Ana menyetujui Tasya dan memutuskan untuk kembali ke hotel, dari pagi mereka berkeliling sampai hari sudah siang, mereka merasa lelah walaupun sudah kesana kemari mencari tapi tidak menemukan pemilik kalung.
Sesampainya di kamar hotel mereka langsung berbaring di atas tempat tidur"
Ana bagaimana jika kita sudah harus kembali tapi belum juga menemukan pemilik kalung ini?"
Tasya yang tidak tahu kalung itu berasal dari mana, mulai menyerah dan tidak tahu lagi harus melakukan apa.
"Jika kita pulang nanti aku akan menitipkan kalung ini ke resepsionis hotel, mungkin saja ada orang yang mencarinya."
" Itu ide yang bagus Ana dan kita juga tidak harus terlalu pusing memikirkannya."
Mereka memutuskan untuk menyerah mencari pemilik kalung, lebih baik menikmati liburan yang tinggal beberapa hari lagi, dan jika ada yang mencari kalung itu mereka akan memberikannya.**
Tasya yang tadi sedang berbaring, kemudian dia duduk dan membuka ponselnya, untuk melihat foto yang telah dia ambil bersama sahabatnya tadi.
"Aana,,,Anna,"
Teriak Natasha yang langsung mmbangunkan Ana dari tempat tidurnya.
"Lihatlah ini Ana! Kamu akan terkejut"
Tasya langsung memberikan benda kotak miliknya untuk dilihat Ana.
Ana langsung terkejut saat melihat foto yang diambilnya bersama sahabatnya tadi, ternyata ada sosok yang tidak diduga.
"Bu,, bu,,,kankah ini laki-laki yang kita lihat waktu sarapan tadi"
Ana yang sedikit terbata-bata merasa heran bagaimana bisa lelaki yang dilihatnya di resto bisa mengikutinya bahkan dia tertangkap kamera saat mereka berfoto.
Ana dan Tasya mematung sembari menatap tajam satu sama lain, mereka memiliki banyak pertanyaan yang ada di kepalanya.
" Mungkin dia juga sedang berlibur dan tidak sengaja tertangkap kamera saat kita berfoto tadi"
Ana yang sengaja mencairkan suasana agar dia dan sahabatnya tidak lagi merasa cemas, walaupun tidak bisa dipungkiri dia sendiri merasa sedikit takut,bukan tanpa alasan, laki-laki yang ada di foto itu adalah orang yang telah membuatnya merasa tidak nyaman tadi pagi.**
Beberapa hari sudah berlalu, ini adalah hari terakhir mereka berlibur dan nanti sore mereka harus menaiki pesawat untuk kembali pulang dan melanjutkan pekerjaannya.
Ana dan Tasya sedang membereskan koper dan barang-barang sebelum mereka menikmati pagi terakhir di pantai ini.
"Tasya setelah semuanya beres, aku akan sarapan kemudian aku akan ke pantai untuk menikmati pemandangan laut untuk terakhir kali, apakah kamu mau ikut?"
Tasya mengangguk tanda setuju.
Setibanya di resto mereka melihat sosok yang tidak asing lagi.
" Hey,, kamu siapa? Kenapa kamu mengikuti kita dari kemarin, kenapa bisa kamu ada di kamera saat kita berfoto, apa yang kamu inginkan? Kamu memang tampan tapi bukan berarti bisa dengan mudah mengganggu kita ya."
Tasya langsung mendatangi meja pria yang telah membuat mereka terganggu dari kemarin, dia pun langsung marah dan tidak bisa berhenti mengoceh.
Laki-laki yang tengah dimarahi oleh Tasya itu malah tersenyum dan memandang Aliana.
"Apakah kamu tidak mendengarku?"
Tasya yang merasa dirinya tidak dihiraukan oleh lelaki itu merasa semakin marah.
"Tasya diam lah biar aku yang berbicara dengannya"
Aliana berusaha menenangkan Tasya yang dari tadi sudah sangat emosi, dia tidak ingin jika semakin banyak orang yang memperhatikan mereka, dari tadi sudah banyak orang yang memperhatikan mereka karena teriakan Tasya.
"Kamu tunggu lah di sini aku akan pergi untuk berbicara dengannya."
Aliana yang langsung menarik tangan pria itu dan mengajaknya ke pantai untuk berbicara agar tidak menjadi perhatian banyak orang.
Pria yang tengah ditarik tangan nya oleh Aliana itu, hanya diam mengikuti Aliana dari belakang.
Sesampainya di pantai Aliana yang tersadar sedari tadi sedang memegang tangan pria itu pun langsung merasa malu dan melepaskannya.
Pemuda yang melihat wajah Aliana yang menjadi merah karena malu pun langsung membuka pembicaraan dan memperkenalkan dirinya.
"Hai,, perkenalkan nama aku Rio Ferdinan."
Rio yang telah mengetahui bahwa Aliana adalah gadis pemalu, dia langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, walaupun Aliana belum menanyakan apapun.
Dia mengatakan bahwa dia sedang berlibur di sini dan dia tidak sengaja bertemu dengan Aliana dan saat sarapan pagi dia memang memperhatikan Aliana,karena Aliana adalah gadis yang sangat cantik.
Setelah sarapan dia juga sedang berjalan-jalan dan tidak tahu jika wajahnya akan masuk dalam kamera saat Aliana dan temannya sedang berfoto.
Aliana pun langsung tersipu malu mendengar Rio yang menyebut dirinya cantik.
"Jika semua yang telah terjadi hanya kebetulan saja, kalau begitu aku akan pergi dan menemui sahabatku"
Ana yang wajahnya menjadi merah karena perkataan Rio, dia langsung pamit untuk pergi, dia tidak mau terlihat sangat bahagia saat dipuji oleh pria tampan itu.
Walaupun Rio sudah tau apa yang tengah dirasakan oleh wanita di depannya itu.
Ana yang percaya dengan perkataan Rio pun akhirnya pergi untuk menemui sahabatnya di restoran.
"Kenapa kamu lama sekali apa yang kalian bicarakan?"
Natasha yang melihat Aliana datang pun langsung menanyakan apa yang telah terjadi. Anna pun menjelaskan bahwa kejadian yang telah terjadi hanya kebetulan saja dan menyuruh sahabatnya itu untuk melupakan apa yang telah terjadi dari kemarin.
"Oh baiklah"
Tasya sebetulnya tidak bisa menerima jawaban itu, dia tahu bahwa Aliana adalah gadis polos yang akan langsung mempercayai semua perkataan orang.
Dia memutuskan untuk mencari tahu sendiri siapakah sebenarnya pria itu.**
Sore hari pun tiba mereka berdua bergegas untuk ke bandara, sebelum itu Aliana akan ke resepsionis untuk menitipkan kalung.
"Ana biar aku saja yang memberikannya ke resepsionis lebih baik kamu menunggu di mobil saja."
Ana pun langsung memberikan kalung itu kepada Tasya, sebenarnya Tasya memiliki tujuan lain dia ingin mencari tahu siapakah orang yang bernama Rio itu dari resepsionis.
Setelah mendengarkan cerita dari petugas hotel, Tasya malah semakin kebingungan, pasalnya petugas hotel bilang jika Rio adalah orang yang misterius, dia sering menginap di sini bahkan dalam sebulan dia bisa datang lebih dari 7 kali, pria itu pun tidak pernah berbicara dengan orang, biasanya ada orang lain yang akan memesankan hotel dan keperluannya.
"Tasya cepatlah kita harus segera ke bandara"
Teriakan Aliana yang langsung membuyarkan lamunan Tasya.
"Baiklah aku akan melupakan siapa dia, toh juga kita tidak akan bertemu lagi"
Ungka Tasya yang berbicara dengan dirinya sendiri, sambil berlari ke arah Aliana.
Mereka pun menaiki mobil dan bergegas ke bandara untuk penerbangan kembali ke rumah.***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments