Arga kembali kekamarnya tanpa ingin tahu perihal undangan sang mantan istri. Arga memasuki walk in closet dan mengganti pakaiannya dengan pakaian renang. Siang ini dia ingin berendam.
Arga membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam kolam renang besarnya. Mendinginkan kepalanya yang mendidih dan serasa akan meledak.
"Papa, papa!" suara Devan memanggil manggilnya kembali terngiang-ngiang dalam benaknya.
Arga muncul kepermukaan. Diraupnya oksigen sebanyak-banyaknya, hampir saja kehabisan napas. Mengatur napasnya hingga normal kembali. Lalu mengapungkan tubuh atletisnya dengan posisi terlentang. Ditatapnya langit biru muda yang menyilaukan mata. Benar saja. Silau. Matahari saat ini berada di atas ubun2. Dia memejamkankan matanya.
"Papa, ajarin Devan renang ya Pa, Devan pengen jago renang kayak Papa." suara pria kecil itu kembali terngiang ngiang ditelinganya.
Arga membuka matanya. Cahaya menyilaukan yang langsung menyerbu indera penglihatannya membuatnya seketika menyipitkan matanya namun tidak memalingkan wajahnya. Dia tetap menatap langit biru muda itu.
Senyumnya mengembang tatkala melihat bayangan wajah Devan diatas sana.
"Devan, Papa rindu boy." gumamnya lirih.
Ada rasa getir yang menelusup kedalam hatinya. Arga merindukan putranya. Matanya berkaca-kaca. Dia menghela napas untuk menetralkan perasaannya.
5 tahun sudah berlalu sejak kecelakaan yang merenggut nyawa putra tercintanya, namun sakitnya masih terasa nyata.
Devan. Putra semata wayangnya. Apapun rela dilakukannya saking sayangnya. Termasuk tetap mempertahankan pernikahannya dan memaafkan perselingkuhan sang istri. Agar putranya memiliki keluarga yang utuh dan mendapat kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. Meski terluka dengan penghianatan sang istri, tapi dirinya tidak ingin egois. Putranya membutuhkannya dan ibunya.
Rasa sakit karena merasa gagal sebagai suami dan ayah mampu sedikit demi sedikit diterimanya. Namun barusan, sang mantan istri datang membawa kembali segala kenangan buruk di masa lalu. Bukan karena dirinya masih mencintai sang mantan istri. Rasa cintanya sudah hilang bersama dengan hilangnya nyawa sang putra. Arga menghela napas dan membuangnya dengan kasar.
Hingga saat ini, Arga belum bisa memaafkan sang mantan istri yang sudah tega meninggalkan putra semata wayang mereka. Dirinya tidak mengerti dengan jalan pikiran sang mantan istri. Sebenarnya, apa kurangnya dirinya? Jika hanya ingin diberi kebebasan berkarir, jelas Arga sudah mengizinkannya. Arga hanya meminta pada sang mantan istri untuk tetap meluangkan waktu untuk keluarga mereka, terutama putra mereka.
Dihari sang mantan istri meninggalkannya, Arga sudah merendahkan harga dirinya. Dia memohon sepenuh hati agar sang mantan istri tidak meninggalkan dirinya dan Devan, putra mereka. Bahkan dirinya sudah membutakan matanya dan menulikan telinganya terhadap perselingkuhan sang mantan istri. Demi melihat Devan yang selalu murung jika sang ibu tidak berada dirumah dan menemaninya.
Bagi Arga, perkembangan mental Devan lebih penting daripada perasaan dan harga dirinya. Maka dari itu, dirinya rela memaafkan penghianatan sang mantan istri. Namun, apa yang dilakukan Arga tidak bisa menahan sang mantan istri tetap disampingnya. Bahkan rengekan dan jeritan Devan seakan tidak mampu menahannya.
Ketika kecelakaan menimpa Devan pun sang mantan istri tidak tahu menahu. Hingga sang putra meregang nyawa. Kepergian Devan merenggut seluruh kebahagiaan Arga. Dirinya terpuruk dalam waktu yang lama. Perusahaannya diabaikannya, beruntung Iden cekatan mengambil alih tugas-tugas Arga bersama dengan Reza dan Dian, mengendalikan perusahaan Arga hingga tetap stabil.
Arga mendesah kasar. Mengingat sang mantan istri dan perbuatannya, membuatnya muak. Jika bisa dirinya ingin menghancurkan sang mantan istri, dan itu sangat mudah baginya. Namun, Arga bukanlah seorang pendendam. Dirinya lebih memilih melupakan dan tidak lagi menjalin hubungan apapun dengan sang mantan istri. Seperti yang selama ini dilakukannya.
Tatapannya masih lekat ke arah langit biru yang membayang wajah putra semata wayangnya yang perlahan menghilang dan berubah menjadi wajah wanita bermata kelinci yang ditemuinya semalam. Senyumnya menghilang. Arga mengerjap-ngerjapkan matanya memastikan penglihatannya. Bukannya semakin jelas, bayangan itu malah menghilang. Dia? Dia mendesah. Kenapa tiba-tiba terbayang wajah wanita itu?
Arga berenang ke tepian ketika melihat Bi Sumi mengantarkan orange juice dan sandwich yang dipesannya. Sesiang itu Arga baru menyantap sarapannya. Arga kembali memasukkan tubuhnya kekolam renang besar itu setelah selesai menyantap menu yang terhidang. Berenang kesana kemari hingga lelah. Lalu mengakhirinya. Dia sangat letih. Ingin segera tidur.
Baru memejamkan mata, Arga kembali membukanya. Bayangan wajah wanita bermata kelinci itu semakin tercetak jelas ketika dirinya memejamkan mata. Ditatapnya langit-langit kamarnya.
"Mata itu seperti tidak asing." gumamnya.
"Aku seperti mengenalnya." monolog Arga.
"Tapi kenapa aku lupa? Dimana aku melihatnya?" lanjutnya bertanya dalam hati.
Memikirkan wanita bermata kelinci itu membuat Arga sering tersenyum akhir-akhir ini. Bagaimana dirinya seperti terobsesi pada seseorang yang baru ditemuinya beberapa kali. Bagaimana jantungnya berdebar dan darahnya berdesir ketika bertemu dengannya. Entahlah. Padahal wanita cantik itu hanya menatapnya dan kadang tersenyum atau membalas semyumannya. Tidak bertingkah berlebihan, pun tidak tebar pesona mencari perhatiannya.
Wanita cantik yang entah bagaimana dengan mudahnya menguasai pikirannya. Dan entah kenapa hatinya ingin mengejar wanita itu.
Sikap dan tingkah laku Arga jelas mengundang perhatian Reza, Dian, dan Iden, dan tentu saja sang Ibu. Bahkan juga beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Melihat Arga senyum-senyum sendiri adalah pemandangan ganjil. Pasalnya, meskipun tetap bersikap ramah pada karyawan-karyawannya bukan berarti Arga kerap menebar senyum, apalagi tiba-tiba melihatnya senyum-senyum tanpa adanya hujan dan angin. Bikin geleng-geleng kepala saja.
Iya. Reza sang asisten yang setia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah tentu dengan beragam pikiran dibenaknya. Lalu mendesah atau menghela napas dan membuangnya Apalagi karena sikap atasannya belakangan ini, dirinya kerap mendapat tugas dadakan yang bikin kaget saja. Semakin kesallah dirinya.
*********
Selamat membaca Novelians. Semoga bisa membayangkan alurnya ya... Kritik dan saran boleh disampaikan. Jangan lupa like dan vote nya... ehem dan beri hadiah ya :)
Salam Sayang**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Suharnik
Hem Arga Bucim😀😀❤❤❤❤❤
2022-01-31
0