Di sebuah kafe di dalam mall ternama di kota Jakarta, Hania duduk sendiri ditemani secangkir cappucino kesukaanya, sedang menunggu sahabat yang sudah seperti kakaknya sendiri, Mba Niken.
"Hania....!" seru Niken menyapa Hania lalu memeluknya dari samping.
"Kangen tau." lanjutnya riang.
Hania membalas pelukan hangat itu sambil tertawa lebar.
"Sama Mba, aku juga kangen." ucapnya.
Matanya sudah berkaca kaca. Dirinya terharu. Senang. Sudah hampir 3 bulan Niken menemani suaminya di luar negeri.
Sekembalinya Mba Niken dari Jepang karena menemani suaminya berbisnis, dia segera menghubungi Hania. Baginya Hania adalah keluarganya mengingat dia yang anak tunggal yang ingin memiliki saudara. Tapi dari sekian teman yang dekat dengannya sepertinya hanya ingin memanfaatkannya saja.
Wanita cantik berusia 41 tahun itu bertemu Hania untuk pertama kalinya di restoran milik Hania sendiri. Restoran yang tidak begitu besar tapi suasananya nyaman dan bikin betah. Apalagi sajian yang dihidangkan selalu cocok dilidah Niken dan sang suami. Dirinya sering menggunakan jasa katering dari restoran Hania untuk menjamu tamu-tamu undangannya, pun ketika dirinya memiliki hajat.
Kedekatan mereka terjalin sejak 6 tahun yang lalu. Kala itu, Niken yang sedang sakit, sendirian di rumah besarnya. Suaminya sedang keluar kota, kedua anaknya belum pulang sekolah. Hania yang datang sendiri mengantarkan makanan pesanan Niken mendapati Niken pingsan tak berdaya, membawa Niken ke RS untuk mendapat pertolongan. Untung saja, nyawa Niken tertolong.
Maksud hati ingin membalas budi dengan memberi sejumlah uang yang bernilai 1 unit rumah kelas menengah, dirinya malah dibuat tercengang. Hania menolak dengan tegas. Baginya menolong nyawa seseorang tidak bisa dibandingkan dengan harta apapun. Apalagi orang yang ditolong itu selamat dan dapat hidup dengan baik. Pemberian itu akan melukai harga dirinya.
Ya. Sejak itulah, Niken akan melakukan apapun untuk membalas budi. Karena dia merasa Hania tulus padanya.
"Laras beneran mau nikah ini?" tanya Niken setengah kurang percaya.
"Di undangan tulisannya begitu Mba." jawab Hania sekenanya.
Laras merupakan salah satu anggota kelompok sosialita Hania. Hania tergabung disana karena paksaan Niken dan ternyata anggota yang lain juga menyukainya.
Niken masih memegang undangan itu, mungkin takjub dengan keputusan Laras. Hania pun masih dalam mode itu. Bukan apa. Laras adalah anggota termuda di kelompok mereka. Drama percintaanya sudah seperti cerita didalam sinetron. Berepisode-episode. Siapa sangka seorang lelaki manis berlesung pipi bernama Dio itu mampu membawanya ke pelaminan. Hubungan itupun penuh dengan drama-drama yang membuat Hania geleng-geleng kepala.
"Selamat ya sayang, semoga samawa, langgeng hingga maut memisahkan, cepet dikasih momongan." ucap Hania begitu berhadapan dengan sang pengantin lalu memeluknya.
"Sama-sama Mba Hania sayang, makasih nasehat dan supportnya selama ini, jangan kapok ya." balas Laras sembari terkekeh.
Hania juga memberi ucapan selamat pada suami Laras. Lalu berjalan menuruni panggung sepanjang 10 meter yang dihiasi ratusan kuntum bunga segar itu.
Pandangannya menyapu seisi ballroom hotel yang dijadikan tempat dihelatnya acara sang sahabat. Pandangannya tidak menemukan sosok wanita cantik yang datang bersamanya tadi. Niken. Kepalanya mendadak pusing. Tempat itu terlalu penuh. Bahkan dirinya tidak menemukan sahabatnya yang lainnya. Dimana mereka? Perasaan, tadi juga cuma sebentar dirinya diatas pelaminan.
Merasa seperti orang hilang, Hania melangkahkan kakinya keluar ruangan yang luasnya mirip lapangan sepak bola itu. Didudukannya tubuhnya di sebuah kursi taman yang menghadap taman bunga. Melepas high heel nya dan meluruskan kakinya. Tubuh semampainya disandarkan pada sandaran kursi. Dirinya benar-benar lelah.
Seharian berkutat direstoran. Tidak hanya urusan hidangan tapi juga urusan administrasi yang membutuhkan sentuhannya. Energinya terforsir siang tadi. Ingin rasanya merebahkan tubuhnya ke ranjang empuknya dan terlelap untuk waktu yang lama.
"Ah, Hania, disini ternyata!" tegur Niken.
Lamunannya dikejutkan oleh sapaan yang menyebut namanya.
"Ayo buruan, aku kenalin sama istri walikota baru." ajak Niken sambil menarik tangan Hania.
Buru-buru dikenakan kembali sepatu high heelnya lalu melangkah mengikuti Niken masuk ke dalam ballroom yang membuatnya tidak nyaman. Ditangga masuk, pandangan Hania bersiborok dengan seorang pria tampan, bertubuh tinggi atletis, berkulit putih. Tatapan matanya tajam. Pun menatap Hania.
"Tampan." pujinya dalam hati.
Hania melemparkan senyum semanis madunya pada pria tampan itu namun segera memalingkan wajahnya ketika menyadari pikirannya. Dia menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyum.
"Aku mikir apa sih?" tanyanya bermonolog dalam hati.
******
Thanks for reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Suharnik
Argakah yg d senyumim Hania???
2022-01-31
0