pertengkaran Keluarga

Feby pun hanya bisa memeluk putranya, Sandi yang ingin membela pun di tahan ibunya.

“Maafkan saya bude, saya tahu jika semua ini salah, maafkan saya ....”

Bu Fatma ingin menampar Feby lagi, tapi terhenti saat seseorang datang dan melindungi gadis itu.

“Belum cukup kalian merampas semua kebahagiaan miliknya, sekarang kamu ingin membunuhnya juga,” kata pria itu.

“Dasar tak tahu malu, apa maksud perkataan mu!” bentak Pak Harto melihat Ibnu adiknya.

“Setelah kau membuat kami kehilangan ibunya, sekarang kamu ingin merebut kebahagiaannya lagi,” kata pak Ibnu tertawa sinis pada kakak tertuanya itu.

“Tutup mulut mu, itu semua kecelakaan,” jawab pak Harto dan Bu Fatma terkejut.

“Kecelakaan kau bilang, aku tak buta, bagaimana bisa sebuah kecelakaan menimpa seorang wanita dewasa padahal di lantai dua rumah itu ada pagar pembatas, benar tidak mbak Fatma,” kata pak Ibnu.

Bu Fatma pun terdiam, pak Harto langsung menonjok adiknya itu, sedang Feby memberikan putranya pada sang ibu sambung, dan memisahkan kedua saudara itu.

“Aku mohon hentikan,” kata Feby sudah dengan derai air mata melihat ayahnya dan pakdenya bertengkar.

Sandi pun melerai membantu Feby, tanpa sengaja pak Harto terdorong oleh Sandi hingga jatuh, melihat itu Dini pun menghampiri sang ayah.

“kau keterlaluan mas, ini juga mertuamu!” kata Dini sedikit berteriak.

"Maaf, aku tak sengaja, lagi pula kita bisa membicarakan ini baik-baik, tak perlu kita seperti ini, malu dengan tetangga," kata Sandi yang mulai pusing dengan segalanya.

"Aku tidak mau, kalian begitu jahat berani melakukan hal buruk ini padaku," jawab Dini.

"Jangan bicara begitu nak, Sandi akan menceraikan wanita liar itu," kata Bu Sulastri.

"Tidak ada yang akan aku lepaskan, baik kamu ataupun Feby, ini keputusan ku," jawab Sandi tegas.

Dini terluka mendengar itu, pasalnya dia tak ingin memiliki madu, yang bahkan baru dia ketahui jika itu adalah sepupunya.

"Kenapa kamu tak menerimanya saja, anggap saja kamu menebus kesalahan mu dulu Andini," kata Ibnu pada keponakannya itu.

"Kesalahan apa, dia tak melakukan apapun," bela Bu Fatma memeluk Dini.

"Lihatlah kalian keluarga yang menyebalkan, itu sebabnya ayah memilih pergi bersama kami di banding tinggal bersama kalian, bahkan kalian tak menunjukkan tanda-tanda penyesalan sedikitpun, kata Ibnu.

"Tolong jangan mencampur adukkan Masalah ini, aku mohon ..." suara Dini.

"Kita duduk dan bicarakan ini baik-baik, jangan saling berteriak dan tuding, atau masalah ini tak akan berakhir baik," kata pak Ibrahim.

Semua sudah duduk, pak Ibnu duduk di sebelah Feby, sedang Soraya memangku putra Feby.

"Sandi jadi tolong jelaskan kenapa kamu melakukan perbuatan buruk ini, hingga melukai wanita sebaik Dini?" tanya pak Ibrahim pada putranya.

"Cih .... wanita baik katanya," gumam pak Ibnu menertawakan keluarga Sandi.

"Ayah ... aku tau ini salah, tapi ini bukan sepenuhnya salah dari Feby, aku yang secara sadar melakukan ini semua, bukan berniat melukai Dini, tapi aku mencintai Feby," jawab Sandi.

"Kalau begitu, lepaskan aku mas jika kamu mencintainya," kata Dini memohon.

"Tidak bisa, aku dan Feby memiliki syarat dalam pernikahan kami, karena Feby akan ikut pergi saat aku menceraikan mu," jawab Sandi.

"Tapi ini menyiksaku," kata Dini tak habis pikir.

"Feby kamu bisa memiliki pria itu, tapi kamu melakukan ini untuk membuat kakak sepupu mu terluka," hardik pak Harto.

"Tidak pakde, aku dulu sudah berkali-kali menolak ajakan menikah oleh mas Sandi, tapi dia berhasil meluluhkan hati ku, karena berjanji tak akan melukai mbak Dini," kata Feby sambil meremas tangannya menahan tangis.

"Tapi itu sangat menyakiti hatiku," kata Dini dengan suara bergetar.

"Hentikan drama kalian, dari awal aku sudah menolak pria ini, tapi dia memohon sambil menyembah, aku hanya melihat putra Feby dengannya, hingga akhirnya aku luluh menyetujui permintaannya, dan sebelum menyalahkan putri orang lain, lihat dulu kekurangan putrimu," kata Ibnu menunjuk kearah pak Harto

"Tutup mulut mu Ibnu," kata pak Harto.

"Tolong hentikan, ini keputusan ku, aku tak akan menceraikan mereka berdua, dan Andini aku mohon mengertilah kondisiku, aku juga ingin seperti mereka yang bisa bermain dengan anak mereka saat pulang bekerja," kata Sandi yang makin melukai Dini.

"Cukup Sandi, kau sudah terlalu melukai Dini, lebih baik kami membawanya pulang," kata pak Harto ingin membawa putri mereka.

"Tunggu besan, kita bisa membicarakan ini baik-baik, saya yang akan memberitahu dan menjelaskan segalanya pada Sandi," mohon Bu Sulastri.

"Kamu mengerti agama, sekali kamu tak menurut padaku dan lebih memilih orang tuamu, maka kamu berdosa karena tak berbakti pada suamimu," kata sandi menghentikan langkah Dini.

"Suami macam apa yang membohongi istrinya dan menikah dengan wanita lain, lelaki seperti mu tak pantas diikuti," kata pak Harto.

"Tapi kalian juga menipu diriku, kalian mengatakan jika kondisi putri kalian baik-baik saja, nyatanya dia memiliki masalah dalam kesehatan mental dan juga kesuburannya, pernikahan ini sudah salah sejak awal," kata Sandi yang langsung mendapatkan tamparan dari orang tuanya.

"Kenapa kamu mengumbar aib istrimu Sandi!" bentak pak Ibrahim.

"Lihat, kalian begitu mencintai Dini, tapi dia tak bisa memaklumi kondisi suaminya sedikitpun, tolong berpikirlah sebagai diriku, bukan hanya melihat kesalahan ku," kata Sandi.

"Hentikan ini ... biarkan aku yang pergi, kamu masih bisa melihat Yusuf, tapi aku tak bisa melihat keluarga mu hancur, ayo ayah, ibu kita pergi," ajak Feby tak sanggup lagi melihat segalanya.

"Tidak ada yang boleh pergi, kalian berdua harus menerima pilihanku, jika tidak ku pastikan kalian tak akan pernah bahagia," ancam Sandi.

"Kamu egois mas," kata Dini melihat Sandi yang berdiri tanpa rasa berdosa.

"Ini putra yang kalian banggakan, dia tak lebih dari pria bajingan," kata pak Harto.

"Sudahlah hentikan drama ini, lebih baik aku yang membawa putriku pergi, toh kalian semua tak akan pernah memiliki cucu dari wanita itu," tunjuk Ibnu pada Dini.

Semua diam, Bu Sulastri pun mulai berpikir itu benar, terlebih dia melihat Yusuf yang persis dengan Sandi kecil dan mulai goyah.

"Kami pergi, jika ingin meminta Putri kami lagi, datang dengan istrimu dan minta maaf," kata Bu Soraya.

Ibnu pun membawa Feby pergi bersama Cucunya, Sandi menahannya tapi tak di gubris oleh pak Ibnu.

Sedang Dini menghampiri Sandi yang begitu syok melihat kepergian Feby dan Yusuf.

"Kenapa kamu tak mengerti Dini, aku selalu memberikan cinta dan kebahagiaan padamu, tapi kamu tak bisa membuatku sedikitpun bahagia, hanya permintaan kecil ini," kata Sandi yang marah besar.

Dini yang masih begitu mencintai Sandi dan tak bisa mengatakan apapun, dia tak bisa melepaskan suaminya tapi dia juga tak bisa melihat cinta suaminya terbagi.

Terpopuler

Comments

Yati Syahira

Yati Syahira

dini bodoh sdh dihina masih bertahan

2025-01-24

0

Nur Kaila

Nur Kaila

tinggalin aja laki2 begitu, selain berhianat, dia juga, tega mengumbar aib istrinya

2022-03-02

0

Yanti Anin

Yanti Anin

tinggalin din

2022-01-28

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!