Berbagi Cinta : Sepupuku, Istri Siri Suamiku
Seperti setiap pagi, Dini bangun dan menyiapkan semua keperluan dari suaminya.
Dini begitu baik dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri yang berbakti pada suami dan mertuanya.
“Mas Sandi, ayo bangun mas, ini sudah jam tujuh, mas kan ada janji jam sembilan dengan guru dari SMK Askar Diwek,” kata Dini lembut.
Sandi pun membuka matanya, dia pun tersenyum melihat istrinya yang sudah cantik, “pagi, apa sudah mau berangkat, aku antar ya.”
“Tidak perlu mas, nanti merepotkan mas lagi, apalagi aku juga nanti harus ke rumah ibu sebentar,” jawab Dini beranjak pergi.
Tapi sandi malah menariknya hingga terjatuh di pangkuannya, Dini pun mendorong Sandi hingga terlepas.
Sedang Sandi hanya tertawa melihat istrinya itu, “Kamu begitu baik, semoga senyum mu tak hilang dari wajah cantik itu,” gumam Sandi.
Semua sedang sarapan, Sandi pun duduk di samping Dini, dengan cekatan Dini melayani suaminya itu.
“Terima kasih dek, ayolah aku antar ya, nanti kalau pulang kamu telpon saja, kebetulan aku juga sudah lama tak ke rumah ibu,” kata Sandi.
“Bener itu, kalian ini harus sering-sering bersama, biar romantis,” kata Bu Sulastri.
“Iya Bu, ya sudah aku manut mas saja,” jawab Dini pasrah.
Sebenarnya bukan dia tak mau di antar oleh Sandi, tapi ada sesuatu yang ingin Dini bicarakan dengan ibunya.
Tapi sudahlah, Dini harus patuh pada suami dan mertuanya. Akhirnya Sandi mengantar Dini ke sekolah TK Ismailiyah.
Saat sampai Dini pun berpamitan dan mencium tangan Sandi, sedang Sandi mencium kening Dini di depan semua orang.
“Aduh mesranya nih mas Sandi dan bunda Dini, sayang ya belum punya anak,” kata seorang ibu yang mengantar putranya.
“Belum rezeki Bu, lagi pula kami baru satu setengah tahun menikah,” jawab Sandi.
“Itu lama loh mas, apalagi mas Sandi begitu tampan dan gagah, pasti hebat di ranjang, mending periksa deh,” kata ibu itu lagi.
“Iya Bu, memang kami ingin periksa, sudah ya mas, Dini masuk dulu, assalamualaikum,” pamit Dini agar tak mendengar ucapan menyakitkan dari para ibu-ibu lain.
Sandi pun juga tak mengerti kenapa dia dan istri belum di berikan momongan.
Karena Sandi memiliki kehidupan yang begitu sehat, bahkan dia akan melakukan olahraga sore setelah pulang bekerja.
“Apa ada yang bermasalah di antara kami,” gumam Sandi sebelum pergi.
Sandi pun pergi ke bengkel miliknya di kota Jombang, bengkel itu cukup besar dan lengkap.
Saat sampai sandi langsung menuju kantor, tak lama ada rombongan dari SMK Askar.
Seorang guru pembimbing masuk bersama empat orang siswa, tiga laki-laki dan satu perempuan.
“Selamat pagi pak, maaf kami malah datang kecepatan,” kata pak Purnomo.
“tak masalah pak Pur, jadi berapa orang yang akan melakukan kerja praktek di tempat saya?” tanya Sandi yang sesaat melihat gadis yang duduk di ujung.
“Sebenarnya saya minta maaf, seharusnya hanya tiga, tapi di tempat praktek lain ada perubahan, hingga saya harus meminta tolong untuk bapak Sandi bisa menerima siswi saya,” kata pak Purnomo.
“Memang dia jurusan apa pak, kok sepertinya begitu rapi?”.
“Dia jurusan akuntansi manajemen pak, jika bapak berkenan menerima ya Alhamdulillah,” kata pak Purnomo.
Sandi pun melihat gadis yang terus menunduk itu, kebetulan Sandi sedang membutuhkan seseorang untuk membantunya dalam menyelesaikan laporan akhir tahun.
“Kebetulan saya sedang membutuhkan tenaga admin, saya terima pak, dan bapak bisa mengunjungi mereka jika di perlukan,” kata Sandi.
“Terima kasih banyak pak, kalau begitu besok mereka berempat Alan mulai bekerja praktek di tempat bapak,” kata pak Purnomo.
“Iya pak sama-sama, dan nanti Iwan akan memberikan seragam bengkel ini pada kalian berempat,” kata Sandi yang mengantar mereka pergi.
Sandi pun berjabat tangan dengan gadis itu, dan sesaat Sandi pun menyadari jika gadis itu memiliki wajah yang begitu cantik.
Bahkan aroma parfumnya begitu manis dan ceria seperti kepribadiannya, itulah yang di pikirkan Sandi.
Bahkan gadis itu terlihat ramah dengan semua Teman-teman prianya.
“Jadi kita lihat besok, apa benar sekolah itu memiliki siswa-siswi yang unggul seperti yang di banggakan Purnomo,” gumam Sandi tertawa.
Pasalnya Purnomo adalah teman yang sudah seperti keluarga bagi Sandi.
Bahkan mereka sering melakukan touring bersama, dan Purnomo selalu mengajak istri dan anaknya.
Sedang Sandi berangkat sendiri karena Dini yang memang kurang menyukai hal seperti itu.
Di sekolah tempat Dini mengajar semua berjalan baik, apalagi Dini yang begitu menyukai anak-anak.
“Bunda Dini, bolehkah Adel menggambar bunga untuk ayah?” tanya seorang gadis kecil.
“Kenapa harus bunga sayang, kamu bisa menggambar foto keluarga kalian,” jawab Dini lembut.
“Tapi bunda, ibu Adel sudah di sisi Allah, dan ayah bilang sekarang Adel adalah hanya punya ayah,” jawab gadis itu.
“Maafkan bunda sayang, baiklah Adel boleh gambar apapun, dan mari bunda bantu nak,” kata Dini lembut.
Dini pun di kelilingi oleh murid-muridnya, mereka pun setelah menggambar bernyanyi bersama-sama.
Bahkan Dini juga mengajak semua murid menari bersama, hanya dengan begini setidaknya Dini bisa melupakan kesedihannya.
Tak lama jam pulang sekolah, para orang tua sudah menjemput anak-anak mereka.
Dan di situlah Dini harus Menulikan telinganya. Benar saja beberapa ibu yang masih menunggu anaknya yang di kelas lain, sudah bergosip tentang Dini.
“Kasihan ya Bu masih muda tapi sudah mandul, kalau aku jadi suaminya mungkin akan ku tinggalkan istri model begitu,” kata seorang ibu.
“Iya juga ya Bu, padahal dia begitu menyukai anak-anak, tapi malah gak bisa hamil, aku dengar keluarganya itu masih diam karena orang tua Dini dulu itu berjasa, makanya kenapa mertuanya diam saja,” jawab ibu yang lain.
“Owalah, makanya kok diam ternyata keluarga suaminya berhutang Budi toh,” kata ibu yang lain sambil tertawa keras.
Dini pun bergegas menuju ke ruangan guru untuk menghindari omongan-omongan yang menyudutkannya. Semua orang bisa menghina dirinya, dia pun hanya bisa menangis di ruangan itu.
Dulu saat belum menikah Dini di sebut perawan tua karena di usianya yang sudah dua puluh lima tahun dia belum menikah, sedang dia sudah dua kali di langkahi adik-adik perempuannya.
Sedang pernikahannya dengan Sandi pun berkat perjodohan yang di atur oleh kedua orang tuanya, belum lagi umurnya dan Sandi yang sepantar kadang membuat Dini harus selalu menyesuaikan diri dengan suaminya itu.
Tak di duga, Sandi datang dengan motor Mega pro miliknya, dan langsung mencari istrinya di ruang guru, “assalamualaikum dek, kamu sudah selesai?” tanya Sandi yang melihat istrinya sudah beres-beres meja kerja.
“Waalaikum salam mas, iya mas, sekarang ayo pergi, kebetulan aku juga sudah pamit sama ibu kepala sekolah kok,” jawab Dini.
“Kalau begitu ayo dek,” ajak Sandi.
Keduanya pun pergi ke rumah orang tua Dini, saat sampai ternyata ada kedua adik Dini yang juga sedang berkunjung bersama keluarga masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Endang Oke
1,5 tahun masih penganten baru. aneh aja ibu2 yg ngomong.
2022-01-03
0
Chika£Hiats
Aku mampir
2021-12-13
0
RaraQRF
aq mampir kk
2021-12-13
1