Cinta Di Balik Tembok
Part 1
Hidup adalah perjalanan. Manusia tidak akan tahu ke mana arah jalan hidup yang akan dilalui. Jika takdir mengarahkan pada sebuah kisah, maka manusia akan menjalaninya tanpa disadari. Sebuah kisah dimulai saat dua hati bertemu, menjadi satu dalam ikatan suci sebuah cinta.
Shamuel Fernandes, atau orang-orang lebih suka memanggilnya Semy. Lelaki berusia mendekati kepala tiga itu masih setia menyendiri. Di usianya sekarang memang bukan waktunya lagi untuk bermain-main. Keluarga Semy memiliki perusahaan yang cukup besar. Namun, Semy mencoba membuka kantor lain di kota Pekanbaru.
Tentang kesendiriannya dalam gelimang harta, Semy merasa tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya. Mereka hanya berpikir untuk mengambil keuntungan saja jika menjadi pasangan Semy. Oleh karena itu, ia hanya menginginkan cinta yang tulus dari hati, bukan karena perkara harta. Makanya untuk sekarang ... ia tak ingin memikirkan soal hati.
Suatu sore di sekitaran halte bus, mobil Semy berhenti mendadak. Lelaki itu segera mengambil HP di saku celananya dan menelpon Pak Agus untuk mengurus mobil.
Semy memutuskan menunggu di luar mobil. Di saat itulah, ia melihat seorang gadis berkerudung sedang duduk sendirian di halte. Semy memang tidak mengerti, entah apa yang sudah terjadi dengan hatinya. Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan saat melihat gadis itu
"Mas Semy." Panggilan Pak Agus membuyarkan fokusnya dari gadis berkerudung dan bertubuh mungil itu.
"Iya, Pak. Tolong periksa kenapa mobil saya tiba-tiba mogok gini. Diderek atau apa, terserah Bapak saja. Biar saya pulang naik ojek online," tutur Semy kepada Pak Agus, lalu dengan langkah pasti, ia mendekat ke arah halte, ingin bisa menatap gadis itu lebih dekat.
Si gadis memiliki wajah yang masih alami tanpa polesan make up. Namun, di wajah cantiknya itu tergambar raut kelelahan. Cukup lama Semy memperhatikan gadis pemilik hidung mancung tersebut. Hati Semy berbisik, ia berbeda.
Seakan sadar ada yang memperhatikan, gadis itu pun menoleh pada Semy. Refleks, Semy memberikan senyum termanis untuknya. Tanpa diduga, gadis berkerudung tersebut membalas senyumannya, kemudian menundukkan wajah. Tak berapa lama, sebuah bus berhenti di hadapan si gadis dan lantas bergegas menaikinya.
Semy mematung. Senyuman gadis itu selalu berhasil melintas di pikirannya. "Oh God … apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?" batinnya.
***
"Buk, Ibuk pernah jatuh cinta?" Semy berucap tanpa sadar.
Buk Minah yang baru saja menaruh susu cokelat di meja, memandang Semy lalu tertawa. "Aduh, Mas … Ibuk mah udah tua. Gak ingat lagi jatuh cinta itu seperti apa. Mas Semy lagi jatuh cinta, ya? Kalo iya, pepet terus, Mas! Ngurus puluhan karyawan aja Mas bisa, apalagi satu cewek."
Wajah Semy berubah kikuk. Ia langsung meraih susu cokelat dan meminumnya sampai habis. Buk Minah sedikit meledek gelagat Semy yang salah tingkah.
Buk Minah sudah seperti orang tua bagi Semy, karena sedari kecil ia lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya dan Pak Agus. Beliau suami-istri yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan keluarga Semy.
Semy membuka kantor di kota ini pun, memboyong serta Buk Minah dan Pak Agus. Sebab dia tidak akan cocok dengan asisten rumah tangga yang baru.
"Baru kali ini Ibuk ngelihat Mas Semy seperti ini ngadepin cewek. Biasanya cewek yang ngejar-ngejar Mas."
"Mereka bukan ngejar aku, Buk, tapi ngejar harta dan popularitas," jawab Semy agak dongkol.
Buk Minah tersenyum tipis. "Terus, Mas ngelihat gadis itu di mana?"
"Hmm … tadi pas nunggu Pak Agus datang," ucapnya seraya melirik ke arah lain.
"Mungkin saja besok gadis itu datang lagi, Mas. Cinta itu datang tanpa kita duga, Mas. Cinta itu anugerah. Kalo Mas merasa tertarik dengan gadis itu, apa salahnya Mas mencoba!"
Sebelum mendengar penuturan ART-nya itu, Semy pun sudah berinisiatif untuk datang keesokan harinya. Di jam yang sama, Semy bergegas ke halte bus dengan membawa harapan. Ia sengaja memakai pakaian biasa, karena ingin menutupi identitas dirinya.
Gadis mungil berkerudung itu sudah duduk di halte. Semy pun berinisiatif untuk naik bus dengannya agar bisa lebih dekat. Saat bus datang, Semy ikut naik.
Kondisi di dalam bus penuh sesak. Semy dan si gadis pun harus berdiri. Lelaki itu memilih untuk berdiri di dekat gadis tersebut. Situasi yang benar-benar tidak nyaman bagi Semy. Namun, demi pujaan hati, ia tak keberatan.
Saat setengah perjalanan, tiba-tiba gadis itu bertanya kepada Semy. "Bang, jam berapa sekarang?"
Semy yang kaget, spontan mengambil HP di saku celana sebelah kanan. "Jam lima lewat empat puluh lima, Dek." Semy memasukan HP-nya kembali ke saku celana.
"Terima kasih," tutur gadis incaran Semy tersebut.
Bus pun berhenti, gadis itu hendak turun dan Semy juga bersiap-siap untuk mengikutinya. Namun, dengan sengaja ia menyenggol badan Semy, sehingga lelaki itu hampir terjatuh dan menabrak laki-laki di sebelah kanannya.
Setelah Semy bisa menguasai keadaan, dia bergegas turun, mengikuti gadis tersebut. Gadis itu sadar bahwa ada yang mengikuti. Maka ia pun berhenti dan membalikan badan.
"Bang, maaf tadi saya mendorong Abang. Tapi itu ada alasannya. Laki-laki di samping Abang sudah mengincar HP di saku celana Abang. Jadi, Abang jangan marah dengan sikap saya tadi!"
Semy tersenyum simpul. "Saya bukan mau marah, kok. Saya mau mengucapkan terima kasih karena sudah nolongin saya dari copet itu. Kalo enggak ada kamu, pasti HP saya sudah lenyap dan entah kapan lagi bisa punya lagi. Tau sendiri harga HP sekarang mahal," terangnya bersikap seperti orang susah.
"Oh, iya … nama saya Semy. Kalo boleh tau, nama kamu siapa?" lanjutnya.
"Saya Annisa. Maaf, Bang … saya duluan, ya. Sudah mau Magrib, nanti keburu azan." Annisa bergegas memasuki gang.
"Nama yang manis. Annisa … sesuai dengan pemilik nama tersebut," gumam Semy.
Sore hari di jam dan tempat yang sama, Semy sudah duduk menunggu. Namun, ia tidak melihat gadis itu di sana. Satu per satu orang meninggalkan halte, tetapi dirinya tak juga melihat Annisa.
Semy merasa risau, karena gagal bertemu wanita yang telah mengisi pikirannya beberapa hari ini. Sekarang, ia merasa ada sesuatu yang berbeda karena tidak bisa bertemu Annisa. Ketika langit berubah gelap, ia pun kembali ke rumah dengan raut kecewa.
Saat sampai di rumah, Semy dikejutkan oleh kehadiran ibunya. Wanita berpakaian elegan itu menghampiri Semy yang baru saja masuk rumah.
"Mommy kapan datang?"
"Baru aja nyampe. Mommy kangen sama kamu."
"Biasa aja, dong, Mom! Aku udah besar gini. Kalo udah nikah, mungkin udah punya anak tiga," gerutu Semy dengan cuek.
"Nah, itu … kapan kamu mau kasih Mommy cucu? Rumah segede gini cuma diisi kamu sama Buk Minah dan Pak Agus."
"Kalo ada jodohnya juga udah nikah kali, Mom," ujar Semy yang bosan dengan pertanyaan yang sama.
"Nah! Itu yang mau Mommy bicarakan sama kamu."
"Entar aja, ya, Mom. Aku ke kamar dulu."
"Kamu itu kebiasaan, setiap mau bicarakan tentang ini selalu pergi!" protesnya.
Semy pun terus melangkah ke kamar yang ada di lantai dua, meninggalkan ibunya dan tidak memedulikan gerutuannya itu.
"Males, ah! Pasti mau membicarakan anak teman Mommy yang lulusan S2 luar negeri, ‘kan?!" teriak Semy dari lantai atas.
Sejujurnya dari dulu, Semy tak pernah setuju dengan perjodohan itu dan dia juga tidak tertarik dengan gadis-gadis agresif. Apalagi setelah sekarang mengenal Annisa.
"Mengenal? Tidak … tidak … aku belum mengenalnya. Aku hanya tahu namanya saja."
Beberapa jam kemudian, Semy meraih kunci motor di atas nakas dan bergegas ke luar kamar. Sesampainya di lantai bawah, Semy dikagetkan oleh suara mommynya.
"Mau ke mana?"
"Keluar bentar, Mom."
"Malam-malam gini keluar juga?"
"Baru juga jam sembilan. Mommy lupa siapa aku? Aku bukan anak rumahan yang manis, Mom," jawab Semy sambil melangkah ke luar rumah.
Motor melaju menembus hiruk-pikuk jalan raya. Di kota ini, pukul sembilan malam masihlah ramai. Tidak ada aturan bahwa orang-orang harus sudah tidur. Berhubung penghuni perut Semy sudah berdemo, akhirnya ia mengarahkan motor ke sebuah kafe.
Saat sedang asyik menikmati makanan, Semy melihat bayangan mirip Annisa dari balik pintu pembatas antara aula kafe dan dapur.
Semy berpikir jika dia sudah gila, mengira semua gadis berkerudung itu adalah Annisa. Semy pun lanjut menghabiskan makanannya.
Dikarenakan kafe akan segera tutup, Semy pun segera menuju kasir.
Semy memutuskan untuk menunggu kafe tutup dan karyawan pulang semua.
Semy merasa dirinya sudah gila karena memikirkan Annisa. Dia rela menunggu di tempat parkir demi gadis yang dilihatnya tadi.
Tidak lama, lampu kafe mati dan satu per satu karyawan keluar. Tibalah gadis berkerudung itu melewati pintu kaca, berjalan berdua bersama temannya. Tanpa pikir panjang, Semy langsung memanggilnya.
"Annisa."
"Eh, Bang Semy, ya? Ngapain Abang di sini? Kafenya juga udah tutup," jawabnya.
Semy tertegun. Rupanya Annisa masih mengingat namanya. "O, itu … saya tadi makan di sini, kebetulan seperti ngelihat kamu. Jadi, ya … saya tunggu aja sampai pulang."
"Abang nunggu saya?" sahut Annisa
sambil menundukkan kepala.
"Kalo gitu, Kakak pulang duluan ya, Nis?" pamit seseorang di samping Annisa.
"Jangan, Kak! Nanti Nisa pulang sendirian," jawab Annisa cemas.
"Nggak apa-apa, biar saya yang antar Annisa pulang," jawab Semy spontan. Annisa bengong dan membulatkan matanya.
"Tadi sore saya nggak melihat kamu di halte, ternyata kamu masih kerja."
"Iya, Bang. Nisa kerja shift, kadang pulang sore, kadang pulang malam."
"Kamu kerja di kafe sebagai apa?"
"Abang kepo, ya …." Annisa menjawab sambil tersenyum.
"Sejak ada kata kepo, susah sekali kalau mau bertanya."
Annisa tertawa mendengarnya.
"Kalau kata kerennya Asisten Chef, bahasa kampungnya tukang masak," tutur Annisa.
"Bang, Annisa lanjut, ya. Udah malam, nanti gak ada bus lagi."
"Abang antar aja, ya!" Kini, Semy menyebut dirinya dengan sebutan ‘abang’. "Kenapa diam? Enggak mau diantar pake motor, ya?" tanya Semy.
"Naik bus aja, Nissa mau tiap hari, apalagi naik motor. Tapi motor gede gitu, bagaimana cara naiknya, Bang?"
"Makanya jadi orang jangan pendek." Tawa Semy lepas setelah mengatakan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Nurlaila Ginting
suka
2022-02-27
0
💫Sun love 💫
cinta akan menemukan jalannya sendiri.. .
2022-01-29
1
Nomi
semy yang PDKT,.. aku yang salting,..
senyam senyum sendiri,.
berasa kayak ABG yang lagi di deketin cogan,.
2022-01-29
0