"Tapi bos jangan lama perginya takutnya hsl buruk akan terjadi, karena apa musuh kita akan menganggap kami lemah jika tidak ada bos di markas." Awan tau maka dari itu Awan menemui patner kerja untuk menyusun disaat jangan ada yang sampai mengetahui jika beberapa hati dia akan pergi ke Jawa jika ada yang tahu mestilah markasnya akan di serang oleh sekelompok orang yang menginginkan Awan hancur.
"Baik lah, aku pergi dulu jangan kecewakan diriku ini, mengerti kan." kedua rekan kerjanya tersenyum.
Tugas berat lagi nih bagaimana cara mereka menjaga markas jika ketuanya saja mengkrat alias melarikan diri.
Eh bukan melarikan diri melainkan ingin bertemu calon istri, ciee calon.
Kemal dan Nando saling pandang nih tugas negara yang sangat berat.
Awan melihat ibunya yang sedang berkemas, ibunya terlihat tersenyum sendiri.
Apa yang ibunya tengah pikirkan?
Pasti sedang memikirkan wanita yang ingin di jodohkan dengan nya? Seperti apa sih dia kok ibu sampai segitunya tersenyum apa memang aku yang selama ini tidak memperhatikan ibu ya?
Tidak memikirkan kebahagiaan ibu pasti ibu juga ingin mempunyai seorang cucu dari ku.
Apalagi Vina juga malah ingin melanjutkan kuliah nya tidak ingin memikirkan tentang pernikahan.
Awan mendekati sosok ibunya, dia juga tersenyum sendiri melihat ibunya yang bahagia sedangkan dia bahkan belum bisa membuat ibunya bahagia apa dia menerima saja ya perjodohan ini seperti apa yang di katakan kedua teman gilanya itu?
Tapi itu sama saja mengorbankan perasaan nya dong? Tapi masa dia akan terus menerus menjomblo sih, usianya saja dua tahun lagi menginjak kepala tiga.
Hah apakah memang harus menurut saja? Kan cinta bisa datang karena keterpaksaan dan karena kebiasaan.
Semoga saja wanita itu akan menerima sikap dinginnya ini.
"Ibu!" ucap Awan yang segera duduk di samping ibunya.
"Em.. ibu!"
"Iya."
"Mengapa ibu membawa banyak barang dan bukankah itu sekotak perhiasan yang ibu beli tempo hari bersamaku?" tanya Awan masih ingat dengan sekotak perhiasan itu.
"Benar, kamu masih ingat saja sayang, ini memang sengaja ibu persiapkan untuk Rembulan calon istri kamu." Ucap Ibu nya membuat Awan menelan ludahnya sendiri.
Kan benar pasti yang di bahas perempuan itu lagi, tapi pasti ibu sudah pernah melihatnya apa jangan-jangan ibu malah sudah menemuinya diam-diam?
"Kamu itu lupa apa gimana sih, terlalu lama di kota jadinya lupa dengan orang terpenting bagimu."
Awan terkekeh kenal aja tidak orang terpenting apa? siapa kah orang yang dia maksudkan bahkan dia tidak ingat akan siapa dia.
Kenapa ibunya menganggapnya penting padahal dia sama sekali tidak mengenal dirinya bahkan mungkin ini kali pertama dia akan bertemu dengan calon istrinya semoga saja cantik, jika jelek sekali pun ibunya akan berusaha untuk membuat menantunya uwaw di ajak kemana pun kakinya melangkah.
"Entah lah bu, Awan sama sekali tidak mengingatnya." jawab Awan tidak bisa mengingat apapun yang jelas dia tidak ingat siapa orang yang di maksudkan ibunya.
"Mungkin saat ini kamu masih belum mengingatnya. Tapi kamu nanti akan tahu jika seseorang itu adalah orang yang ingin kamu bahagiakan dulu sampai kau berjanji untuk tidak mengenal cinta dari saat itu." Awan tersenyum bagaimana mungkin yang jelas bahkan dia tidak ingat siapa yang di maksudkan ibunya.
Di dalam pikirannya tidak ada seseorang yang pernah singgah.
Bagaimana mungkin dia pernah jatuh cinta sebelumnya?
"Ibu ini, jika aku ini memang tidak bisa jatuh cinta dari dulu bu maka dari itu ibu masih belum mempunyai cucu sampai sekarang." Fera tersenyum padahal anaknya sendiri yang telah berjanji pada seseorang itu.
Menang sih dia tidak bisa di salahkan seutuhnya karena sesuatu hal yang membuat dia harus melupakan semuanya.
Melupakan janji yang dulu pernah dia ucapkan kepada seseorang hingga sampai saat ini rasa itu selalu mengganjal dalam pikirannya tanpa dia sendiri tahu alasannya.
"Kamu ini, ya sudah sekarang kamu kemas barang-barang mu setelah itu kita langsung berangkat." ucap ibunya membuat Awan hanya mengangguk mengerti di tolak saja percuma jika seperti ini.
Awan melangkah pergi meninggalkan ibunya yang hampir selesai berkemas dia pun melihat adik perempuannya yang sangat heboh mengemasi barang bawaannya nih emangnya di kira mau pindahan? Awan menggeleng melihat tingkah adiknya sedangkan ayahnya terlihat sedang membaca koran di dekat televisi.
Itulah kebiasaan ayahnya yang selalu sabar menunggu ketika para perempuan yang ada di rumah ini sedang ingin pindahan seperti ini.
Padahal cuma pergi loh beberapa hari nah bawaannya sebanyak itu.
Dasar wanita!
Jika di salahkan kan selalu saja wanita yang menang.
"Loh di mana koper mu nak?" tanya ayahnya seraya menghamburkan pandangan ke kanan dan ke kiri mencari koper putra nya namun dia tidak membawa apapun.
Kebiasaan tuh bocah.
"Hehe... Awan belum beres-beres yah, em memang kita semua mau pergi berapa hari?" Ayahnya tersenyum.
Sebenarnya mereka bukan hanya pergi untuk melamar melainkan langsung menikah kan mereka namun dari pihak sana meminta mengadakan prosesi lamaran terlebih dahulu.
Setelah itu dua hari setelah lamaran usai mereka akan menikah.
"Mungkin paling cepat satu minggu dan paling lambat mungkin dua mingguan. Memang nya kenapa?" tanya ayahnya membuat Awan menggeleng pelan.
Dua minggu itu paling lambat menangnya ada acara apa sampai harus dua minggu segala sih, ini acara keluarga apa mau piknik apa pindahan?
"Lama sekali ayah, bagaimana dengan kuliahku?" tanya Awan seakan merengek tidak ingin pergi namun ayahnya kembali lagi mengatakan jika dia memang harus ikut.
Nanti dia akan menyesal akan nantinya.
"Sudahlah, jangan pikirkan akan hal itu, sekarang ke masi barang-barang mu sebentar lagi kita semua akan berangkat." ucap ayahnya membuat Awan langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan dengan asal-asalan Awan memasukkan bajunya ke koper walau asal asalan Awan memperhatikan apa yang harus di bawa dan apa yang harus dia tinggalkan.
Tapi dia tidak bisa meninggalkan liontin ini, entahlah dia pun tidak mengerti alasannya, Awan selalu berharap menemukan sepasang hati yang satunya.
Entah dari mana persepsi padahal liontin ini mungkin sudah kuno modelnya tapi dia hanya ingin tahu apa alasannya tidak bisa melepaskan dan meninggal kan liontin hati walau hanya sebagian ini.
Awan selalu menyimpannya di dalam kotak berwarna merah marun.
Dia berharap akan bisa mengetahui perasaan nya, kenapa dan mengapa dan ada apa? Mengapa setiap kali dia melihat liontin itu dia itu terbayang akan sosok wanita, tapi dia tidak tahu apakah itu wanita yang sangat berarti dan hidupnya atau bukan.
Yang jelas liontin ini selalu mengingatkan dia pada seseorang yang tidak ia kenal dan anehnya perasaan di hatinya menjadi terlalu berharap pada sosok itu.
Sosok wanita berparas cantik yang membuatnya sekali berharap tapi berharap itu juga akan sia-sia jika tidak ada nyatanya.
Namun dia selalu beranggapan jika sosok wanita itu nyata. Kan ada apa sih dengan dirinya ini, selalu saja seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments