Mendengan ucapan Fathur yang terus saja merendahakanya, Emosi Rindu mulai memuncak.
"Ingat baik-baik Tuan Fathur, Aku bukan mereka, jadi jangan samakan aku dengan perempuan-perempuanmu yang ada diluar sana. Cepat menyingkirlah dari hadapanku karena mau mandi dan secepatnya pergi dari sini," Rindu berdiri dan melangkah sempoyongan menuju kearah kamar mandi.
Belum juga dia tiba di pintu kamar mandi, tiba-tiba tubuhnya kembali terjatuh tapi kali ini tidak sempat menyentuh lantai karena Fathur segera menangkap lalu menggendongnya.
"Lepasin, kamu jangan menyentuh tubuhku lagi manusia tidak punya hati," Rindu terus merontah dan memukul-mukul tubuh Fathur tapi, Fathur tidak mempedulikanya, dia terus melangkah membawa tubuh Rindu masuk kedalam kamar mandi.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Fathur segera meletakkan tubuh Rindu kedalam bethup kemudian menyetel suhu airnya.
Setelah dirasa cukup Fathur menyalakan krang dan mengisi air kedalam bethup tersebut.
Sesekali dia mencuri pandang pada tubuh Rindu hingga seketika itu juga Rindu segera menutup area sensitipnya menggunakan kedua tanganya. Satu di bagian bawa dan satu lagi di bagian dada.
"Apa lihat-lihat!, cepat keluar dari sini karena Aku mau mandi," ucap Rindu ketus lalu membalikkan badanya membelakangi Fathur.
Fathur sedikit mengerutkan wajahnya lalu kemudian tersenyum. Baru kali ini pria itu terlihat tersenyum pada orang yang baru ia kenal.
"Ini adalah kamar pribadiku jadi wajar kalau aku ada disini, harusnya Aku yang berkata itu padamu gadis bodoh! Geser sedikit Aku juga mau masuk ke situ," Fatur meletakkan jari telunjuknya ke arah kepala Rindu lalu sedikit mendorongnya.
"Tidak boleh!. kalau kamu masuk kesini maka Aku yang akan keluar," protes Rindu.
"Terserah," Fathur membuka handuknya dan masuk Kedalam bathup.
Seketika itu juga Rindu menutup mata menggunakan kedua telapak tanganya
"Jangan pura-pura malu melihatnya, ?," ujar Fathur santai sambil mengguyur tubuhnya.
"Jijik, Kamu benar-benar manusia tidak punya malu," Rindu mencoba berdiri dari dalam bathup tapi dengan gesit Fathur menangkap pergelangan tanganya.
"Kamu mau kemana?," cegah Fathur tanpa melepaskan genggaman tanganya pada pergelangan tangan Rindu.
"Aku mau keluar, Aku mandi setelah kamu selesai mandi," balas Rindu yang terus merontah sembari menarik tanganganya.
"Tidak boleh!, mandilah, Aku tidak akan macam-macam padamu. Aku ini manusia yang bisa di pegang janjinya jadi diam dan mari kita mandi bersama," Fathur melepaskan cengkramanya pada pergelangan tangan Rindu dan kembali melanjutkan mengguyur tubuhnya dengan air.
Rindu tidak bisa berbuat banyak setelah mendengarkan ucapan Fathur, dia pun melakukan hal yang sama sambil membelakangi Fathur.
Tidak lama kemudian terdengar beberapa ketukan pintu dari luar kamar.
Fathur segera bangkit lalu melilitkan handuk pada pinggangnya.
"Kamu disini saja dan jangan coba-coba keluar sebelum Aku menyuruhmu keluar, Aku tidak mau ada orang melihatmu ada di kamar ini, paham," ucap Fathur sembari mendekatkan wajahnya di telinga Rindu.
Rindu tidak menjawab, dia hanya mengangguk kecil, yang kala itu sedang membelakangi Fathur.
Fathur melangkah keluar kamar mandi lalu menuju kearah pintu kamar ruangan itu.
Pria tinggi besar tersebut memutar gagang pintu dan sedikit menariknya.
Tampak David sang Ajudan berdiri disana sambil menggendong seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 3 tahun.
"Daddy," ucap Bocah itu berpindah dari gendongan David ke ke gendongan Fathur.
"Jagoan Daddy datang," Fathur memutar tubuh bocah itu sembari menciumnya.
"Deddy habis mandi ya! badan Daddy maci telasa basah," tanya bocah imut itu.
"Iya, Daddy habis mandi, Akos sendiri udah mandi tak?," tanya balik Fathur.
"Udah dong dad!. daddy bisa cium sendili kan aloma tubuh Akos,"
"Iya betul, Anak Daddy udah harum," kembali Fathur mencium pipi gembul putranya.
"David, Apa semua pesanku sudah kamu beli?," kini Fathur menatap kearah David.
"Sudah Tuan, ini pesanan Anda?," David menyerahkan sebuah kantong plastik kepada Fathur.
"Bagus, sekarang kamu pulanglah dan langsung ke perusahaan untuk mengawasi para karyawan," Perintah Fathur pada David.
"Baik Tuan," David tanpa memandang Fathur karna lagi mencari seseorang.
"David, kamu lagi mencari siapa?,"
"Anu Tuan!, Apa gadis kecil itu sudah pulang?," tanya David lagi yang terus saja mengarahkan pandanganya kesetiap penjuru kamar itu
Seketika Fathur mengeryitkan dahinya dan menatap lekat pada David.
"Untuk apa kamu mencari perempuan itu, Apa kamu juga menginginkanya?,"
"Mana saya berani Tuan!, kalau begitu Saya permisi dulu," David menunduk kemudian berbalik badan keluar dari kamar itu dan tak lupa menutup daun pintu kembali seperti semula.
Sementara itu Rindu yang sudah menyelesaikan Ritual mandinya segera keluar dari dalam bethup.
"Astaga, Aku lupa membawa handuk. Bagaimana ini. Masa Aku keluar tanpa menggunakan sehelai benang pun," Rindu menggaruki kepala atas kebodohanya.
Lama Rindu berpikir, hingga dia memberanikan diri untuk membuka sedikit demi sedikit daun pintu kamar mandi.
Rindu mengintip dari selah-selah daun pintu dan melihat Fathur dan putranya sedang bercanda gurau diatas pembaringan.
"Bagaimana ini?, Apa Aku harus meminta bantuan si batu dingin itu,
Tidak-tidak Aku tidak mau berurusan lagi denganya. Tapi kalau Aku tidak meminta bantuanya Aku bisa mati kedinginan dalam kamar ini," kembali Rindu berpikir panjang hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk meminta bantuan Fathur.
"Tuan, boleh ambilkan handuk dan juga pakaianku tidak?," teriak Rindu diselah-selah daun pintu.
Fathur dan putranya segera berhenti bercanda dan menatap kearah kamar mandi.
"Daddy, Apa Daddy udah menemukan Mommy?," tanya Akos pada Fathur.
Fathur mengeryitkan dahinya lalu menggeleng.
"Telus yang ada di kamal mandi itu siapa?," tanya Akos semakin penasaran.
"Oh...., dia itu orang yang numpang mandi di kamar daddy, soalnya krang air di kamar tempat dia menginap sedang rusak, kamu duduk disini. Daddy mau memberikan handuk buat tamu itu," Fathur dan melangkah mengambil handuk dan kantong plastik yang tadi dibawa oleh David.
Fathur melangkah kearah pintu kamar mandi dimana Rindu sedang mengintip.
"Ini handuknya!, dan didalam sini ada baju, pembungkus nasi serta sarung tangan Batman. Kamu pakailah, jangan sampai putraku melihat hal yang sama seperti yang semalam Aku lihat dari tubuhmu," Fathur menyerahkan handuk dan juga kantong plastik kepada Rindu.
"Pembungkus Nasi, sarung tangan Batman," Wajah Rindu keheranan.
Dengan sigap Rindu merampas kantong plastik dari tangan Fathur dan segera menutup daun pintu kamar mandi.
Pelan-pelan sekali Rindu membuka kantong plastik tersebut dan mendapati, sepasang baju, CD dan juga bra di dalam sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
wooow keren thor lanjutkan
2023-05-13
0
Eva Rubani
hahaha
2023-04-14
0
Yani Hendayani
bisa aja si Fathur mengumpamakan nya bikin Dede gemes
2023-04-12
0