Bab.4 Memberi Pelajaran

Sabrina turun dari mobilnya. Ia menatap nyalang pada bangunan tinggi di hadapannya. Sejenak ia nampak bingung, melihat tulisan besar yang terpampang di depan gedung itu, 'HAPPY PARTY CLUB'.

Ia menengok ke sisi kanan dan kirinya, mencoba mencari tahu apakah supirnya mengantarkannya ke tempat yang benar. Tidak mungkin, 'kan, Fabian memintanya datang ke tempat seperti ini. Fabian tahu benar siapa dirinya, dan Sabrina pun yakin Fabian tak ingin mempermalukan diri sendiri dengan pergi bersama dengannya ke tempat semacam ini.

Sabrina berbalik, dan sedikit merunduk untuk bisa melihat wajah Paman Robert. "Paman, apa kau tidak salah mengantarku ke mari?" tanya Sabrina.

"Tidak, Nona. Ini adalah alamat yang Tuan Muda kirim untuk mengantar Nona," jawab Robert yakin.

"Anda langsung saja masuk, penjaga akan mengantar Anda ke tempat Tuan Muda, begitu tadi pesan Tuan Muda," sambung Robert.

Sabrina mengangguk, lalu meminta Paman Robert untuk kembali. Sabrina kembali menatap pintu masuk kelab itu, ada dua orang penjaga bertubuh besar dan tegap yang tengah mengawasinya juga. Ia menarik napas panjang, meyakinkan dirinya untuk masuk.

"Semua akan baik-baik saja karena Fabian yang memintanya," lirihnya untuk menenangkan diri.

Perasaannya masih ragu saat ia mulai melangkah masuk ke dalam gedung, tapi ia terus saja melangkah menghampiri pria besar yang sedari tadi mengawasinya. Penjaga itu langsung menghadangnya. "Ada yang bisa kami bantu, Nona," tanya salah seorang dari penjaga itu.

"A-aku ... aku ingin bertemu dengan Fabian," jawab Sabrina takut-takut.

Penjaga itu memperhatikan Sabrina dari atas hingga bawah. "Apakah Anda, Nona Sabrina?"

"I-iya." Sabrina mengangguk.

"Mari ikuti saya, Tuan Fabian sudah menunggu Anda." Pria kekar itu jalan terlebih dulu, membimbing Sabrina untuk bertemu suaminya.

Sepanjang koridor, Sabrina memperhatikan setiap hal yang ia lewati. Ini pertama kalinya ia masuk ke tempat seperti ini, tempat yang menurutnya begitu berisik. Terdengar dentuman musik yang memekakkan telinga. Ia juga bisa melihat sekilas banyaknya orang yang menari-nari di atas lantai disko, meski dengan pencahayaan yang begitu minim.

Ada beberapa meja di sudut ruangan, ada yang terisi dan ada pula yang masih kosong. Tadinya, Sabrina pikir tempat itulah yang ia tuju, tapi nyatanya tidak. Penjaga itu terus berjalan melewatinya, membawanya ke tempat yang Sabrina pikir akan sangat jauh.

"Maaf, apa masih jauh?" tanya Sabrina yang penasaran.

Penjaga itu berhenti sejenak dan menoleh pada Sabrina. "Sebentar lagi, Nona."

Kemudian mereka kembali berjalan. Hingga sampai pada sebuah ruangan, yang nampak seperti kamar hotel. Penjaga itu membuka pintunya, dan mempersilakan Sabrina masuk. "Masuklah, Nona. Tuan Fabian sebentar lagi akan ke sini. Mohon ditunggu." Penjaga itu langsung berpamitan saat Sabrina sudah masuk.

Sabrina masih tidak mengerti maksud Fabian mengundangnya ke tempat ini. Terlebih saat melihat ke kamar ini, ruangan yang luas dan mewah.

Akankah Fabian mengajaknya berbulan madu, mengingat sejak mereka menikah belum sekali pun Fabian membawanya pergi berbulan madu. Ah ... itu tidak akan pernah mungkin terjadi, apalagi setelah kejadian malam sebelumnya. Ia sudah meminta cerai dari pria itu, tidak mungkin Fabian akan mengajaknya berbulan madu.

Lagi pula, siapa dirinya?

Bukan siapa-siapa bagi Fabian!

Saat fokusnya masih pada ranjang ukuran king size, seseorang telah membuka pintu kamar itu. Sabrina menoleh seketika demi melihat siapa yang datang.

Matanya membelalak lebar, saat orang yang membuka pintu itu mulai memasuki kamar.

Di tempat yang sama, di sebuah ruang VIP yang dikhususkan untuk member eksklusif kelab, Fabian tengah meneguk minuman berwarna merah. Ia terlihat bahagia, ditemani para wanita penghibur di sana.

"Apa kau sedang menang tender?" tanya Martin sembari mengelus paha wanita yang ada di pangkuannya.

Fabian mengulum senyum, tak ingin menjelaskan tapi yang pasti ia bahagia saat ini. Senyumnya semakin lebar saat petugas keamanan yang begitu ia kenal akrab menghampirinya.

"Permisi, Tuan. Saya sudah melaksanakan perintah Anda, Nona muda itu sudah masuk ke kamarnya," lapornya pada Fabian.

"Bagaimana dengan orang suruhanmu?"

"Mereka baru saja masuk."

Fabian mengeluarkan uang dari saku jasnya, lalu meletakkannya di atas meja. "Pergilah!" titahnya bak seorang raja.

Tanpa ragu, penjaga kelab yang tadi mengantar Sabrina mengambil setumpuk uang yang Fabian berikan. "Terima kasih, Tuan." Penjaga itu segera pergi dengan senyum yang tak lekang dari bibirnya. Malam ini ia bisa berpesta dengan teman-temannya.

"Apa yang dia lakukan, sampai-sampai kau memberinya begitu banyak uang," tanya Marti penasaran.

Bukannya menjawab, Fabian justru menampilkan seringainya yang menyebalkan.

"Apa kau sudah gila, dari tadi aku bertanya, tapi kau hanya senyum-senyum saja?" Martin nampak kesal dengan sikap temannya ini.

Fabian kembali meneguk air merah dalam gelas yang ia pegang. Ia mengamati jam tangannya, setiap detik yang berlalu semakin membuatnya senang. "Ini pasti menyenangkan!"

Tiga puluh menit sudah waktu berjalan, saatnya Fabian melihat pertunjukan. Ia berdiri dan merapikan jasnya sebelum melenggang pergi tanpa pamit. Ia juga tak menghiraukan pertanyaan Martin yang sedari tadi memanggilnya. "Hei ... kau mau ke mana?" seru Martin.

Di kamar tempat Sabrina berada, ia mulai merasa takut saat seseorang yang baru saja memasuki kamarnya berjalan mendekatinya. Bukan hanya satu orang, tapi ada tiga pria bertubuh besar yang tak ia kenali. Mereka nampak seperti preman dengan wajah garangnya.

"Si-siapa, kalian?" tanya Sabrina takut.

"Kami adalah temanmu malam ini," jawab pria berkumis yang tadi pertama kali masuk.

"A-apa, maksudmu?"

"Maksud kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang," jawab pria satunya dengan kalung rantai di lehernya.

"Ka-kalian salah tempat, aku sedang menunggu suamiku." Sabrina mencoba menjelaskan.

"Tidak, Sayang ... kami masuk ke kamar yang benar. Malam ini kami lah suamimu," ucap pria ketiga yang memakai topi. Dua pria lainnya pun tertawa keras menyetujui ucapan temannya.

Sabrina semakin takut, ia membawa langkahnya mundur. "Jangan macam-macam, kalian tidak tahu siapa suami dan ayah mertuaku. Kalian akan menyesal jika berani menyentuhku!" ancam Sabrina.

Tidak ada yang tidak mengenal nama keluarga Ramos di kota ini, semua tahu siapa Sergio Ramos. Pria kaya dengan jutaan dolar aset, dan juga kekuasaan.

"Oh ... harus kah kami takut?" Pria berkumis memasang mimik takut, tapi untuk mencemooh Sabrina.

"Memang siapa suami dan mertuamu, hingga kami harus merasa takut?" timpal pria berkalung rantai. Dia pun menertawakan Sabrina.

Sabrina semakin mundur, ia tak mau kalau harus menjadi santapan pria-pria be reng sek ini. "Jangan macam-macam!" Mimik ketakutan terlihat jelas di mata Sabrina. Semakin jelas semakin membuat ketiga pria berandalan itu semakin senang.

Sabrina berusaha lari dan menerobos ketiga pria besar itu, tapi sayang, pria yang memakai topi dengan cepat menangkapnya.

"Tolong jangan lakukan apa pun padaku," mohon Sabrina. Air matanya sudah menganak sungai sekarang.

"Kami tidak akan menyakitimu, Sayang. Kami hanya akan mengajakmu bersenang-senang," jawab pria bertopi.

"Bagaimana, kita mulai dari siapa?" pria bertopi bertanya pada kedua temannya.

"Meski tidak terlalu cantik, tapi lumayan juga," jawab pria berkumis.

"Kau salah, dia ini sebenarnya cantik kalau sedikit dipoles. Lihat, kulitnya saja begitu halus." Pria bertopi mengusap pipi Sabrina.

Namun, dengan cepat Sabrina tepis.

"Sialan, kau berani menolakku!" teriak pria bertopi tepat di wajah Sabrina, hingga Sabrina memalingkan wajah.

"Aku akan memberimu pelajaran gadis jelek!" pria bertopi mencengkeram dagu Sabrina, pria itu hendak memaksakan ciumannya. Sabrina yang tak tahan berusaha sekuat tenaga untuk mendorong pria itu, dan berhasil. Satu tamparan keras ia layangkan di pipi pria kurang ajar itu. Sangat keras, hingga wajah pria bertopi itu berpaling, topinya bahkan terjatuh begitu saja.

"Aku sudah bilang, jangan pernah macam-macam denganku!" ucap Sabrina.

"Gadis jelek sialan! pegangi dia, aku akan memberikan pelajaran yang tak akan dia lupakan!" Pria bertopi berteriak memerintah dua temannya.

Kedua preman lainnya dengan cepat menangkap Sabrina, memegangi kedua lengan wanita malang itu. "Lepaskan aku!" Sabrina meronta.

Sama seperti Sabrina tadi menampar pria bertopi itu, seperti itu juga pria itu menampar Sabrina. Sangat sakit dan perih. Bukan hanya sekali, pria itu menampar Sabrina beberapa kali, hingga bibir Sabrina pecah, darah segar mengalir dari sudut bibirnya.

Sabrina hanya bisa menangis. Meminta tolong pun akan percuma. Dalam hati ia bertanya, siapa yang tega berbuat seperti ini kepadanya. Ia tak pernah punya teman apalagi musuh. Lalu kenapa orang-orang ini begitu tega menyakitinya.

Sabrina terus saja menangis sembari menahan perih di pipi dan bibirnya.

"Kau lihat sekarang, apa akibatnya jika berani melawanku!" teriak pria bertopi.

Sabrina tak ingin lagi bersuara. Ia tak ingin memancing amarah yang lebih besar.

"Ini belum seberapa, aku akan membuatmu mengingatku seumur hidupmu!" Pria itu menarik Sabrina dari cengkeraman kedua temannya, lalu melemparkan wanita itu begitu saja ke atas ranjang.

Pria itu menghampiri Sabrina dengan beringas.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya pria berkumis.

"Diam, kau!" sentak pria bertopi.

"Kau tidak bisa melakukan ini, Tuan tidak menyuruh kita melakukannya!" jelas pria berkumis.

"Persetan dengan perintah Tuan, aku akan memberi gadis jelek ini pelajaran yang tak terlupakan!" Pria bertopi itu tak lagi menggubris ucapan temannya. Ia terus melangkah mendekati ranjang, di mana Sabrina tergeletak di sana.

"Apa yang akan kau lakukan?" Sabrina semakin takut saat pria itu mulai naik ke atas ranjang.

"Jangan lakukan, aku mohon," pinta Sabrina memelas.

Seringai di bibir pria itu memperlihatkan jelas niatnya yang buruk.

Sabrina terus memohon agar pria itu tak menyakitinya. Namun pria itu tak peduli, niatnya untuk melampiaskan kemarahannya pada Sabrina harus ia puaskan.

Baru saja pria itu akan menarik baju Sabrina saat seseorang menarik dan melemparnya ke belakang.

Sabrina kaget sekaligus bersyukur melihat kemunculan pria yang menolongnya.

Terpopuler

Comments

Wance Purba

Wance Purba

suatu saat nyesal kamu Fabian

2024-12-30

0

yeonjunlope

yeonjunlope

FABIAN ANJ**********

2023-12-28

0

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

suami sialan

2022-03-14

2

lihat semua
Episodes
1 Bab.1 Bukti Pengkhianatan
2 Bab.2 Gadis Gagu
3 Bab.3 Awal Rencana
4 Bab.4 Memberi Pelajaran
5 Bab.5 Memberi Pelajaran 2
6 Bab.6 Pergi Dari Rumah
7 Bab.7 Tersiksa Sendiri
8 Bab.8 Masa Lalu
9 Bab.9 Perintah Bukan Ancaman!
10 Bab.10 Menunggumu
11 Bab.11 Aku Akan Datang
12 Bab.12 Membalaskan Dendam
13 Bab.13 Kembali Puasa
14 Bab.14 Mencari Istri yang Hilang
15 Bab.15 Halusinasi
16 Bab.16 Menghancurkan Kenangan
17 Bab.17 Negosiasi
18 Bab.18 Mau atau Tidak
19 Bab.19 Temani Aku
20 Bab.20 Siapa Pelakunya
21 Bab.21Sosok Di Atas Sofa
22 Bab.22 Kode Kunci Apartemen
23 Bab.23 Dia Bukan Kekasihku
24 Bab.24 Kedatangan Mark
25 Bab.25 Lucas Dan Vannesa
26 Bab.26 Vannesa
27 Bab.27 Rasa Bersalah
28 Bab.28 Tidak Punya Pekerjaan
29 Bab.29 Kau Ingin Menjadi Janda?
30 Bab.30 Bisa Gila
31 Bab.31 Hati yang Tertawan
32 Bab.32 Menunggu Tiada Hasil
33 Bab.33 Kembali Menghilang
34 Bab.34 Aku Menyerah
35 Bab.35 Jemput Aku
36 Bab.36 Kehilanganmu
37 Bab.37 Pergilah!
38 Bab.38 Surat Gugatan Cerai
39 Bab.39 Selamat Datang
40 Bab.40 Ingin Lari
41 Bab.41 Tertangkap
42 Bab.42 Gelisah Tak Tentu Arah
43 Bab.43 Terbongkar
44 Bab.44 Masih Mual
45 Bab.45 Penyesalan
46 Bab.46 Dua Tahun Berlalu
47 Bab.47 Akhirnya Kumenemukanmu
48 Bab.48 Kenapa Harus Bertemu Lagi?
49 Bab.49 Taksi
50 Bab.50 Sepuluh Detik
51 Bab.51 Bisakah Kembali?
52 Bab.52 Kita Belum Berpisah
53 Bab.53 Ups ... sorry!
54 Bab.54 Hatimu Masih Milikku
55 Bab.55 Berpamitan
56 Bab.56 Kembali Ke Sydney
57 Bab.57 Demi Ayah, Bukan Kau!
58 Bab. 58 Buaya Kelaparan
59 Bab.59 Membalasmu
60 Bab.60 Permainan
61 Bab. 61 Maafkan Aku
62 Bab.62 Lucas
63 Bab.63 Fakta Mengejutkan
64 Bab.64 Tidak Bisa Melepaskan
65 Bab.65 Memaafkanmu dan Lepaskan Aku
66 Bab.66 Ikhlas Melepasmu
67 Bab.67 Stuck With You (The End)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab.1 Bukti Pengkhianatan
2
Bab.2 Gadis Gagu
3
Bab.3 Awal Rencana
4
Bab.4 Memberi Pelajaran
5
Bab.5 Memberi Pelajaran 2
6
Bab.6 Pergi Dari Rumah
7
Bab.7 Tersiksa Sendiri
8
Bab.8 Masa Lalu
9
Bab.9 Perintah Bukan Ancaman!
10
Bab.10 Menunggumu
11
Bab.11 Aku Akan Datang
12
Bab.12 Membalaskan Dendam
13
Bab.13 Kembali Puasa
14
Bab.14 Mencari Istri yang Hilang
15
Bab.15 Halusinasi
16
Bab.16 Menghancurkan Kenangan
17
Bab.17 Negosiasi
18
Bab.18 Mau atau Tidak
19
Bab.19 Temani Aku
20
Bab.20 Siapa Pelakunya
21
Bab.21Sosok Di Atas Sofa
22
Bab.22 Kode Kunci Apartemen
23
Bab.23 Dia Bukan Kekasihku
24
Bab.24 Kedatangan Mark
25
Bab.25 Lucas Dan Vannesa
26
Bab.26 Vannesa
27
Bab.27 Rasa Bersalah
28
Bab.28 Tidak Punya Pekerjaan
29
Bab.29 Kau Ingin Menjadi Janda?
30
Bab.30 Bisa Gila
31
Bab.31 Hati yang Tertawan
32
Bab.32 Menunggu Tiada Hasil
33
Bab.33 Kembali Menghilang
34
Bab.34 Aku Menyerah
35
Bab.35 Jemput Aku
36
Bab.36 Kehilanganmu
37
Bab.37 Pergilah!
38
Bab.38 Surat Gugatan Cerai
39
Bab.39 Selamat Datang
40
Bab.40 Ingin Lari
41
Bab.41 Tertangkap
42
Bab.42 Gelisah Tak Tentu Arah
43
Bab.43 Terbongkar
44
Bab.44 Masih Mual
45
Bab.45 Penyesalan
46
Bab.46 Dua Tahun Berlalu
47
Bab.47 Akhirnya Kumenemukanmu
48
Bab.48 Kenapa Harus Bertemu Lagi?
49
Bab.49 Taksi
50
Bab.50 Sepuluh Detik
51
Bab.51 Bisakah Kembali?
52
Bab.52 Kita Belum Berpisah
53
Bab.53 Ups ... sorry!
54
Bab.54 Hatimu Masih Milikku
55
Bab.55 Berpamitan
56
Bab.56 Kembali Ke Sydney
57
Bab.57 Demi Ayah, Bukan Kau!
58
Bab. 58 Buaya Kelaparan
59
Bab.59 Membalasmu
60
Bab.60 Permainan
61
Bab. 61 Maafkan Aku
62
Bab.62 Lucas
63
Bab.63 Fakta Mengejutkan
64
Bab.64 Tidak Bisa Melepaskan
65
Bab.65 Memaafkanmu dan Lepaskan Aku
66
Bab.66 Ikhlas Melepasmu
67
Bab.67 Stuck With You (The End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!