Bab.2 Gadis Gagu

"Apa maksudmu?" tanya Fabian dingin.

"A-aku ...." Sabrina terdiam sejenak. Rasanya tenggorokannya tercekat, ia menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya. "Aku ingin kau menceraikanku." Sabrina menarik napas lega, Akhirnya kata-kata itu bisa mulus terucap dari bibirnya. Meski saat ini dalam hatinya sedang berkecamuk perasaan yang mungkin akan ia sesali nantinya.

Mendengar permintaan istrinya, seringai di bibirnya terukir begitu saja. "Baiklah, pengacaraku akan mengurus semuanya."

Begitu mudahnya pria itu menyetujui keinginan Sabrina. Sudah bisa dilihat, seperti apa perasaan Fabian terhadapnya, tidak ada. Tidak sama sekali.

Tanpa peduli lagi dengan Sabrina, pria itu melenggang pergi. Ia menutup pintu dengan kasar seperti biasa, seolah tak ada hal yang perlu dipikirkan setelah pernyataan Sabrina barusan.

Persetujuan yang Fabian ucapkan dengan mudah sungguh telah menyakiti hati Sabrina meski ia yang memintanya. Jantungnya seolah berhenti berdetak, dihunus tajamnya belati pengkhianatan. Wanita malang itu kini tak bisa lagi menahan genangan air di pelupuk matanya. Air bening itu akhirnya lolos tanpa suara.

Ia menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang. Semakin mencengkeram selimut yang dari tadi membungkus tubuhnya. Ia gigit kain tebal dalam cengkeramannya untuk menahan raungan yang hendak keluar, agar tak ada yang mendengar jeritan hatinya yang terluka.

Ia tak punya siapapun lagi selain keluarga Ramos, ia tak ingin lagi menambah beban untuk ayah mertuanya, dengan drama rumah tangganya.

Sejak ia kecil ia sudah kehilangan ibunya, karena kasus pembunuhan. Sejak itulah, William Alandro mulai over posesif dengan Sabrina. Ia tak mau mengenalkan Sabrina pada dunia luar yang menurutnya berbahaya, sebab musuhnya tak pandang bulu saat ingin menghancurkannya.

Sabrina menjalani hari-harinya di dalam rumah mewah yang ketat dengan penjagaan. Ia juga tidak pernah merasakan yang namanya bersekolah dan punya teman. Semua pendidikannya ia jalani di rumah dengan home schooling.

Saat ia berusia sepuluh tahun, ia kehilangan ayahnya akibat kecelakaan. Berita di pagi buta itu mengejutkannya. Seisi rumah panik saat mendengar kabar kecelakaan William Alandro. Kala itu jam empat subuh, saat Sabrina terbangun karena mendengar suara riuh dari lantai bawah. Diam-diam, ia keluar dari kamarnya dan mencuri dengar pembicaraan antara Bibi May dan Paman Andrew, orang kepercayaan William.

Mereka meributkan kecelakaan yang terjadi pada majikan mereka. Willian ditemukan tak bernyawa di dalam mobilnya setelah mobil yang ia kendarai menabrak pembatas jalan dan masuk ke dalam jurang. Di duga, William mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk setelah berpesta dengan seorang wanita malam.

Tentu saja, Sabrina yang kala itu berusia sepuluh tahun syok berat mendengar kabar kepergiaan Ayahnya. Satu-satunya keluarganya, dan satu-satunya pelindungnya telah tiada. Tak lama berselang, kerajaan bisnis ayahnya runtuh. Korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh pamannya, membuat bisnis yang dibangun oleh William hancur dalam sekejap.

Sejak itulah, atas saran paman Andrew dan rasa belas kasih Bibi May, Sabrina dibawa ke kota kelahiran pengasuhnya itu. Di sebuah desa terpencil, di rumah yang sederhana, Sabrina tumbuh menjadi gadis introvert. Gadis yang anti sosial.

Setelah menjadi menantu keluarga Ramos, Sergio sang ayah mertua begitu memperhatikannya. Ia menyuruh Sabrina untuk melakukan hal yang Sabrina sukai. Sergio bahkan membuka satu gerai florist untuk Sabrina agar menantunya itu memiliki kegiatan, dan bisa hidup secara normal.

Setelah memenuhi keinginan Fabian, ditambah dengan menangis dalam waktu yang tak sebentar, membuat tubuh rapuh Sabrina merasakan lelah yang luar biasa, hingga tak tahan lagi untuk menutup matanya dan membawanya dalam lena.

Tak terasa sinar mentari hangat menelusup masuk melalui tirai jendela. Sabrina masih terlena dalam alam bawah sadarnya.

"Nona ... Nona Sabrina," teriak seorang pelayan dari luar kamar Sabrina.

"Nona ...." Pelayan itu mengetuk pintu kamar Sabrina.

Mendengar namanya dipanggil, Sabrina mencoba membuka mata. Diusapnya kedua mata agar membuka lebar. Tatapannya mengarah ke jendela yang sudah begitu terang. Suara dari pelayan masih terus terdengar memanggil namanya sembari mengetuk pintu. Ia mengambil jubah tidur untuk menutupi tubuh rampingnya, dan membuka pintu kamar.

"Selamat pagi, Nona," sapa Rosita, asisten rumah tangga keluarga Ramos.

"Selamat pagi, Bibi," jawab Sabrina yang kemudian menguap.

"Tuan besar sudah menunggu Anda sarapan di bawah," ucap Rosita.

"Baiklah, katakan aku segera turun."

Rosita mengangguk dan pergi meninggalkan kamar Sabrina.

Sementara Sabrina harus segera bersiap karena ini sudah sangat terlambat untuk waktu sarapan. Ibu mertuanya pasti akan mengomel padanya karena telah membuang waktunya yang sangat berharga.

"Selamat pagi, maaf, aku terlambat," sapa Sabrina dengan menunduk. Ia segera duduk di seberang Lucas, kakak iparnya.

"Syukurlah, Tuan Putri kita sudah turun, jika lebih lama sedikit saja Ibuku bisa masuk rumah sakit karena asam lambungnya naik," sindir Lucas.

Esme langsung mendelik pada putranya, tidak suka dijadikan bahan lelucon. "Apa yang kamu lakukan sampai kesiangan, Fabian bahkan sudah pergi tengah malam tadi," ucap Esme pada Sabrina.

Semua orang di rumah tahu persis sikap Fabian pada Sabrina, bahkan kebiasaan Fabian yang selalu pergi tengah malam. "Maaf," jawab Sabrina dengan lirih. Ia terus saja menunduk.

"Apa Fabian pergi lagi?" tanya Sergio.

Sabrina mengangguk pelan.

"Anak itu!" geram Sergio.

"Hari ini kau berangkat denganku, ya," ajak Sergio.

Sabrina kembali mengangguk.

"Aku heran, di mana dulu kau menemukan gadis gagu ini, dan berpikir untuk menjodohkannya dengan Fabian. Sudah tidak cantik, selera fashionnya buruk, kampungan, gagu pula. Paket lengkap untuk membuat Fabian illfeel." Esme mencemooh tanpa peduli dengan perasaan Sabrina.

"Esme!" Bentak Sergio. "Jaga bicaramu!"

"Oh ... Ayolah, apakah kita akan bertengkar lagi hanya karena kau membela gadis gagu ini."

"Apa kau sudah selesai?" tanya Sergio.

Sabrina hanya bisa mengangguk, meski ia belum mencicipi sedikit pun dari sarapan yang tersaji.

"Kalau begitu ayo kita berangkat," ajak Sergio tak ingin melanjutkan perdebatannya dengan sang istri.

Sabrina mengikuti langkah Sergio yang keluar.

"Dasar gadis gagu sialan! Sejak kehadirannya, Sergio jadi berubah. Ia bahkan memilih untuk bertengkar denganku hanya karena membela gadis gagu itu!" Ucap Esme kesal. Ia bahkan melempar kasar garpu di tangannya.

"Mungkin Ibu tidak cantik lagi," seloroh Lucas putra kandung Esme.

Sergio menikah dengan Esme saat Fabian berusia delapan tahun. Ibu Fabian pergi dari rumah meninggalkannya dan sang ayah. Tak lama setelah itu, hadirlah Esme yang sebelumnya adalah sekertaris Sergio. Janda itu dinikahi Sergio dengan membawa seorang anak yang usianya dua tahun lebih tua dari Fabian. Dia lah Lucas Alexander Ramos, kakak tiri Fabian.

"Bocah sialan!" Umpat Esme pada putranya sendiri. Namun, Lucas hanya tersenyum geli melihat kekesalan ibunya.

Di dalam mobil, Sabrina hanya terdiam. Persis seperti gadis gagu, predikat yang disematkan ibu mertuanya padanya. Ia kembali memikirkan kejadian tadi malam.

"Apa ada yang kau pikirkan?" tanya Sergio, yang duduk di samping Brina.

Sabrina menoleh, berpikir sesaat. Apakah sekarang saatnya ia mengungkapkan keinginannya?

"Aku sudah tahu semuanya," ucap Sabrina ragu.

Sergio menautkan kedua alisnya, membuka matanya lebar.

"Vanessa," lirih Sabrina.

Sergio sempat terkejut saat Sabrina menyebutkan nama itu. Nama yang sudah cukup lama tak ingin ia dengar kini keluar dari mulut menantu tersayangnya.

"Aku ingin bercerai dari Fabian," lanjutnya dengan wajah tertunduk takut.

Sergio mengepalkan tangannya, tak ia sangka jika wanita murahan itu akan kembali mengusik hidup putranya.

"Apa kau sudah memikirkannya?" tanya Sergio bijaksana.

Sabrina mengangguk. "Semua akan baik untukku dan juga Fabian. Kami akan menjalani hidup kami masing-masing dengan bahagia."

"Apa kau yakin?"

Tak ada pilihan lain selain kembali mengangguk.

"Aku tidak akan bisa memaksamu bertahan jika itu membuatmu terluka, meski aku masih sangat berharap mendapatkan cucu yang lahir dari rahimmu." Gurat kecewa dan kesedihan nampak jelas di wajah Sergio. Namun, ia juga tak ingin memaksa Sabrina jika hal itu justru melukainya, ia tahu persis bagaimana Fabian memperlakukan istrinya.

Mereka terdiam setelahnya. Sementara mobil terus melaju, membawa Sabrina ke florist miliknya. Namun, saat ini pikiran Sabrina tidak sedang berada di mana raganya berada. Ia tengah memikirkan apa yang baru saja ia utarakan pada ayah mertuanya.

Sejujurnya ia sangat menyayangi Sergio, dan berat jika harus pergi dari pria yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri itu. Pikirannya terus membawanya pada bayangan-bayangan tentang apa yang akan ia lakukan setelah berpisah dari Fabian, sampai-sampai tidak sadar kalau mobil yang ia tumpangi sudah berhenti.

"Sudah sampai," ucap Sergio.

Sabrina yang tersadar, masing bingung dengan apa yang Sergio ucapakan. "Ya ...."

Sergio menggerakkan tangannya seolah menyuruh Sabrina untuk turun.

Sabrina yang tak paham, mengikuti arah tangan Sergio. Di sana ia baru menyadari jika dirinya sudah sampai di depan toko bunga miliknya.

"Eh ... ma-maaf," ucap Sabrina saat melihat bangunan yang dipenuhi bunga di bagian depannya.

Sergio hanya tersenyum tipis.

Sabrina baru saja memegang handle pintu, saat Sergio berucap, "Kau adalah menantu keluarga Ramos, jika harus ada yang tersingkir seharusnya dia, bukan kau."

Sabrina mengurungkan niatnya untuk segera keluar demi mendengar apa yang Sergio ucapkan. Ia menoleh sejenak pada Sergio.

"Taklukkan, dia!"

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

bangkit Sabrina, kamu pasti bisa

2023-11-06

0

sri hasan basri, S.Pd.

sri hasan basri, S.Pd.

jika seorang suami memperlakukan istrinya seperti jalang, seperti yg dilakukan fabian, maka dirinya tak lebih mulia dri istrinya tersebut justru lebih hina dan sehina hinanya manusia karena telah menghinakan diri sendiri, bahagia yg seperti apa yg bisa didapat laki2 seperti fabian, jawabnya cuma kesemua belaka.

2022-04-11

2

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

jgn mau

2022-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.1 Bukti Pengkhianatan
2 Bab.2 Gadis Gagu
3 Bab.3 Awal Rencana
4 Bab.4 Memberi Pelajaran
5 Bab.5 Memberi Pelajaran 2
6 Bab.6 Pergi Dari Rumah
7 Bab.7 Tersiksa Sendiri
8 Bab.8 Masa Lalu
9 Bab.9 Perintah Bukan Ancaman!
10 Bab.10 Menunggumu
11 Bab.11 Aku Akan Datang
12 Bab.12 Membalaskan Dendam
13 Bab.13 Kembali Puasa
14 Bab.14 Mencari Istri yang Hilang
15 Bab.15 Halusinasi
16 Bab.16 Menghancurkan Kenangan
17 Bab.17 Negosiasi
18 Bab.18 Mau atau Tidak
19 Bab.19 Temani Aku
20 Bab.20 Siapa Pelakunya
21 Bab.21Sosok Di Atas Sofa
22 Bab.22 Kode Kunci Apartemen
23 Bab.23 Dia Bukan Kekasihku
24 Bab.24 Kedatangan Mark
25 Bab.25 Lucas Dan Vannesa
26 Bab.26 Vannesa
27 Bab.27 Rasa Bersalah
28 Bab.28 Tidak Punya Pekerjaan
29 Bab.29 Kau Ingin Menjadi Janda?
30 Bab.30 Bisa Gila
31 Bab.31 Hati yang Tertawan
32 Bab.32 Menunggu Tiada Hasil
33 Bab.33 Kembali Menghilang
34 Bab.34 Aku Menyerah
35 Bab.35 Jemput Aku
36 Bab.36 Kehilanganmu
37 Bab.37 Pergilah!
38 Bab.38 Surat Gugatan Cerai
39 Bab.39 Selamat Datang
40 Bab.40 Ingin Lari
41 Bab.41 Tertangkap
42 Bab.42 Gelisah Tak Tentu Arah
43 Bab.43 Terbongkar
44 Bab.44 Masih Mual
45 Bab.45 Penyesalan
46 Bab.46 Dua Tahun Berlalu
47 Bab.47 Akhirnya Kumenemukanmu
48 Bab.48 Kenapa Harus Bertemu Lagi?
49 Bab.49 Taksi
50 Bab.50 Sepuluh Detik
51 Bab.51 Bisakah Kembali?
52 Bab.52 Kita Belum Berpisah
53 Bab.53 Ups ... sorry!
54 Bab.54 Hatimu Masih Milikku
55 Bab.55 Berpamitan
56 Bab.56 Kembali Ke Sydney
57 Bab.57 Demi Ayah, Bukan Kau!
58 Bab. 58 Buaya Kelaparan
59 Bab.59 Membalasmu
60 Bab.60 Permainan
61 Bab. 61 Maafkan Aku
62 Bab.62 Lucas
63 Bab.63 Fakta Mengejutkan
64 Bab.64 Tidak Bisa Melepaskan
65 Bab.65 Memaafkanmu dan Lepaskan Aku
66 Bab.66 Ikhlas Melepasmu
67 Bab.67 Stuck With You (The End)
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab.1 Bukti Pengkhianatan
2
Bab.2 Gadis Gagu
3
Bab.3 Awal Rencana
4
Bab.4 Memberi Pelajaran
5
Bab.5 Memberi Pelajaran 2
6
Bab.6 Pergi Dari Rumah
7
Bab.7 Tersiksa Sendiri
8
Bab.8 Masa Lalu
9
Bab.9 Perintah Bukan Ancaman!
10
Bab.10 Menunggumu
11
Bab.11 Aku Akan Datang
12
Bab.12 Membalaskan Dendam
13
Bab.13 Kembali Puasa
14
Bab.14 Mencari Istri yang Hilang
15
Bab.15 Halusinasi
16
Bab.16 Menghancurkan Kenangan
17
Bab.17 Negosiasi
18
Bab.18 Mau atau Tidak
19
Bab.19 Temani Aku
20
Bab.20 Siapa Pelakunya
21
Bab.21Sosok Di Atas Sofa
22
Bab.22 Kode Kunci Apartemen
23
Bab.23 Dia Bukan Kekasihku
24
Bab.24 Kedatangan Mark
25
Bab.25 Lucas Dan Vannesa
26
Bab.26 Vannesa
27
Bab.27 Rasa Bersalah
28
Bab.28 Tidak Punya Pekerjaan
29
Bab.29 Kau Ingin Menjadi Janda?
30
Bab.30 Bisa Gila
31
Bab.31 Hati yang Tertawan
32
Bab.32 Menunggu Tiada Hasil
33
Bab.33 Kembali Menghilang
34
Bab.34 Aku Menyerah
35
Bab.35 Jemput Aku
36
Bab.36 Kehilanganmu
37
Bab.37 Pergilah!
38
Bab.38 Surat Gugatan Cerai
39
Bab.39 Selamat Datang
40
Bab.40 Ingin Lari
41
Bab.41 Tertangkap
42
Bab.42 Gelisah Tak Tentu Arah
43
Bab.43 Terbongkar
44
Bab.44 Masih Mual
45
Bab.45 Penyesalan
46
Bab.46 Dua Tahun Berlalu
47
Bab.47 Akhirnya Kumenemukanmu
48
Bab.48 Kenapa Harus Bertemu Lagi?
49
Bab.49 Taksi
50
Bab.50 Sepuluh Detik
51
Bab.51 Bisakah Kembali?
52
Bab.52 Kita Belum Berpisah
53
Bab.53 Ups ... sorry!
54
Bab.54 Hatimu Masih Milikku
55
Bab.55 Berpamitan
56
Bab.56 Kembali Ke Sydney
57
Bab.57 Demi Ayah, Bukan Kau!
58
Bab. 58 Buaya Kelaparan
59
Bab.59 Membalasmu
60
Bab.60 Permainan
61
Bab. 61 Maafkan Aku
62
Bab.62 Lucas
63
Bab.63 Fakta Mengejutkan
64
Bab.64 Tidak Bisa Melepaskan
65
Bab.65 Memaafkanmu dan Lepaskan Aku
66
Bab.66 Ikhlas Melepasmu
67
Bab.67 Stuck With You (The End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!