Di belahan lain dunia dengan perbedaan waktu yang jauh, tepatnya di negeri tercinta Indonesia...
Klotang...
Klotang...
Seorang gadis tengah berdiri menghadap sebuah tempat sampah dengan jarak sekitar 10 meter, dia memegang sebuah kaleng minuman.
Gadis dengan rambut panjang , memakai Hoodie hitam dengan celana pendek dan sepatu sport sedang beraksi untuk kesekian kalinya melempari wadah bulat berwarna hitam yang sekilas mirip tempat sampah dengan kaleng minuman yang sudah dikumpulkan untuk dia jual kepada pengumpul barang bekas.
"Huh... Kenapa lubangnya sempit sekali, huaahhh, coba lagi!!!" Ucap gadis yang sering disapa Lisa itu.
Klotang... Klotang......
"Aaahhhhkk..... shhh gagal lagi gagal lagi, siapa sih yang buat lubang tempat sampahnya sekecil ini,grrhhhh" gerutu Lisa sambil mengacak acak Rambutnya dia duduk di atas aspal sambil menatap benda yang dia pikir tempat sampah umum karena di letakkan di pinggir jalan itu.
"Ehh si kampret, woi ngapain Lo lempari Drum gue oiii itu bukan tempat sampah paooookkk!!!" Teriak seorang pria yang ternyata pemilik rumah sekaligus pemilik benda bulat yang ternyata adalah drum yang sedang di letakkan di pinggir jalan dengan posisi terbalik dan malah di kira tempat sampah oleh Lisa.
"Eh buset dah mampus aku, harimau lapar bangun" ucap Lisa sambil bangkit berdiri dan memungut semua sampah miliknya dan berlari secepat mungkin meninggalkan rumah itu.
"hei pembuat onaaaaarrrrr!!!" Teriak pria itu sambil berlari membawa kaleng minuman yang dilemparkan Lisa ke dalam drumnya tadi.
"Kurang ajar kau, Bukan sekali dua kali kau melakukannya tapi setiap hari dasar pembuat onaaaaarrrrr!!!!" Teriak pria itu sambil berlari dan mengejar Lisa.
"Wleeekkk makanya jangan ejek keluargaku!!!" Ucap Lisa sambil menjulurkan lidahnya ke arah pria tadi.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Lisa melakukan hal itu, semua karena kesalahan mereka juga, yang selalu menjelek jelekkan Lisa dan keluarganya.
Pria itu menarik nafas dan mengangkat tangannya lalu membidik kepala Lisa dengan kaleng di tangannya.
Dan....
Syuuuttt...
Pletaakk...
Kaleng minuman itu tepat mengenai jidat Lisa membuat gadis itu ambruk dan terjatuh ke atas tanah..
"Hahahahaha rasakan itu, makanya jadi orang miskin jangan belagu, dasar sudah miskin, jelek, ayahnya cuma tukang jual gorengan, gak punya Ibu pantas gak ada attitude !!" Ejek pria itu.
Lisa bangkit berdiri, dia mengepalkan tangannya dan menatap kesal ke arah pria sombong itu padahal umur mereka tak beda jauh.
"Eh Herman jangan sombong ya jadi orang, emangnya harta kau udah sebanyak apa hah!!!" Balas Lisa dengan wajah kesal dan marah.
Menjadi bahan ejekan warga dan bahan bully sudah menjadi makanan sehari hari Lisa, dia tidak peduli dengan semua ocehan mereka.
Lisa adalah seorang putri dari keluarga sederhana, dia tumbuh di lingkungan keluarga yang terbilang masih di bawah taraf rata rata dalam segi pendapatan.
Lisa tumbuh tanpa seorang Ibu sejak usianya 13 tahun hingga kini dia berusia 22 tahun, seluruh harta mereka habis dan terlilit utang akibat biaya perobatan Ibunya yang menderita penyakit kanker rahim kala itu.
Bahkan untuk melunasi semua utang itu, Ayahnya terpaksa menjual rumah mereka dan tinggal di gubuk sederhana di kota Jakarta.
Setelah menjual rumah dan segala harta benda milik mereka, barulah mereka terlepas dari lilitan hutang selama delapan tahun. Ayahnya yang senantiasa menjaga Lisa sejak dia kehilangan sang Ibu, Lisa terpaksa putus sekolah sehingga tidak bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan dia yang hanya tamatan SD, sungguh menyedihkan.
Namun hal itu tak membuat Lisa patah semangat dan pasrah pada keadaan, dia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mandiri, dia sangat menyayangi Ayahnya, setiap pulang kerja sang ayah yang menjual gorengan di pinggir jalan selalu membawa buku buku yang dia temukan di tempat sampah untuk di berikan pada Lisa.
Lisa anak gadis yang baik dan senang membaca, dia senang belajar hal hal baru, bahkan pengetahuannya sangat luas, mungkin karena tak bisa bersekolah formal membuatnya tertantang untuk belajar tanpa guru.
Lisa juga pandai berbahasa Inggris dan Jerman, dia banyak belajar dari buku dan orang orang yang ditemuinya.
Meski hidup dalam taraf kemiskinan, tidak membuat Lisa mengeluh, kerasnya kehidupan di Ibu Kota Indonesia membuatnya paham bahwa hidup itu butuh perjuangan, dia tak akan kenyang hanya dengan mengeluh dan marah pada keadaan.
Lisa terus belajar dan tumbuh menjadi gadis yang cerdas tetapi dia juga adalah pembuat onar dan pemberontak. Dia akan menghajar siapa pun yang menghina ayahnya, karena menurutnya tak ada satu pun manusia yang bisa menghina orang lain sebab orang itu belum tentu tau apa yang sudah dialami oleh orang tersebut.
Seperti saat ini, Lisa yang tengah marah mengambil kaleng minuman yang ada di dalam kantongannya.
Krekkk... Krekkk
Dia meremukkan kaleng minuman itu lalu mengangkat tangannya dan...
Syuuuttt
Pletaakk
"Head Shot!!" Teriak gadis itu kegirangan saat kaleng itu mendarat tepat di kepala Herman yang melemparnya sebelumnya.
"Wleeekkk rasakan itu dasar orang sombong!!!!!" Ejek Lisa sambil berlari meninggalkan pria itu secepat mungkin agar tidak di kejar oleh warga lain.
"Liiisaaaaaaaa !!!!" Teriak Herman marah karena Lisa benar benar mengacaukan moodnya, belum lagi Drumnya sudah dipenuhi dnegan Sampah akibat ulah Lisa.
Lisa berlari terengah engah di sepanjang jalan, dia masih membawa kantong plastiknya tadi.
"Haaahh... Haahhh... Capeekkkkk" Lisa duduk di atas jalan aspal sambil mengusap keringatnya.
"Haahhh dia tidak mengejar lagi, huh syukurlah, dasar orang bodoh itu, dia benar benar gila sepertinya," ucap Lisa sambil bersandar di pohon yang berada di dekat jalan itu.
Orang orang yang lewat mengira dia pengemis sehingga mereka memberikan uang pada gadis itu.
"Eh loh, mbak ini uangnya kenapa di kasih saya, saya gak ngemis loh!!" Ucap Lisa mengangkat uang Lima ribuan dan sepuluh ribu itu.
"Ambil aja neng, saya tau kamu butuh," ucapnya lalu pergi meninggalkan Lisa .
"Ehhh tapi saya gak ngemis mbaakkk" teriak Lisa namun tak dihiraukan wanita tadi.
Sekeras apapun kehidupan yang dia alami, dia tidak akan pernah mengemis meski pun terdesak dengan keuangan, Karena hal itu Lisa membuat ayahnya sedih dan merasa tak berguna.
"Huffft, ya gak apa apalah, lumayan rejeki, semoga mbaknya dapat banyak rejeki," ucap Lisa sambil memasukkan uang itu ke dalam kantong celananya.
Lisa bangkit berdiri lalu beranjak berjalan menuju rumahnya, tiba tiba sebuah sedan hitam berhenti di dekatnya membuat Lisa ikut berhenti.
Kaca mobil di buka, tampak seorang pria Tampan menatap Lisa, selain itu ada dua orang lagi di dalam mobil itu, satu memakai Hoodie hitam sedang terlelap di bahu pria dengan masker dan kacamata yang tampak meliriknya.
"Maaf Nona mengganggu waktunya sebentar, jalan ke kafe Golden lewat mana ya? Kami sedari tadi mutar mutar di jalan yang sama," ucap Pria itu.
"Kafe Golden?" Ucap Lisa tampak berpikir.
"Egal, Mike, das weiß er nicht, sieh dir seine Klamotten an, er weiß nicht, dass es so einen Ort in dieser Stadt gibt." Ucap seorang pria berkacamata yang melemparkan tatapan jijik ke arah Lisa.
(Sudahlah Mike dia tidak tau itu, lihatlah pakaiannya dia mana tau ada tempat seperti itu di kota ini.)
"warte Adam, wir brauchen die Hilfe dieser Dame, unterschätze andere Leute nicht" ucap Pria itu.
(Tunggu dulu Adam, kita butuh bantuan nona ini, jangan memandang remeh orang lain).
Lisa membalas tatapan jijik Adam, pria berkacamata itu.
"Cih... Es stellt sich heraus, dass die Sprache die menschliche Natur nicht unterscheidet, es ist dasselbe, als würde man Menschen nur nach ihrem Aussehen beurteilen." Ucap Lisa
(Ternyata bahasa tidak membedakan sifat manusia, sama sama hanya menilai orang dari penampilannya saja.)
Sontak Lisa membuat mereka terbelalak bahkan pria yang bersandar di samping Adam sampai terbangun karena ia mendengar semua perkataan mereka.
Adam membulatkan matanya, baru kali ini dia merasa malu di hadapan orang lain.
"Wenn Sie zum Golden Café gehen möchten, müssen Sie nur von dieser Straße geradeaus gehen, an der ersten Kreuzung gehen Sie ca. 5 Meter hinein, Sie finden es dort. Ahh und danke für die Beleidigung, Sir, der keine Manieren hat,"
(Kalau mau menuju kafe Golden kalian tinggal lurus saja dari jalan ini, pada persimpangan pertama masuk ke dalam sekitar 5 meter, kalian akan menemukannya disana. Ahh dan terimakasih atas hinaannya tuan yang tidak punya tata krama.)
Mereka terbelalak, gadis itu benar benar lancar berbahasa Jerman, Adam sampai terbelalak.
"Terimakasih nona, maaf atas sifat kasar teman saya," ucap Mike.
"Tak masalah, hanya saja ku harap dia punya setidaknya satu gram saja yang dinamakan dengan tata Krama," ucap Lisa lalu pergi meninggalkan mereka dengan Wajah kesal, dia mengangkat kantong plastiknya di atas bahu dan berjalan dengan cepat menuju rumahnya.
Adam terbelalak, dia tak kuasa menahan malu karena ketahuan menjelek jelekkan orang dnegan bahasa asing tapi ternyata orang itu tu bahasanya.
"Pffftthhh..... Hahahahahahah," Mike dan Dev tertawa terbahak-bahak melihat Adam yang diam membeku karena harga dirinya benar benar runtuh sekarang.
Sementara itu Lisa sudah tiba di rumahnya, dia meletakkan kaleng bekas itu di tempat tumpukan barang lalu masuk dengan wajah kesal sambil bersungut-sungut.
"Loh anak Papa kenapa tuh, kenapa mukanya di tekuk begitu sayang," ucap Ayah Lisa yang biasa disapa Pak Kevin.
"Papaaaa.." Rengek Lisa sambil memeluk Papanya dari depan.
"Kenapa? Ada yang bikin kamu kesal?" Tanya Pak Kevin.
"Nggak, Lisa cuma lapar heheh," ucapnya.
"Tcihhh bilang aja gak mau cerita kamu ini ya pakek ngeles lagi," ucap Pak Kevin yang kini memeluk anak gadisnya yang beranjak dewasa itu.
"Hehehe Papa tau aja," ucap Lisa.
"Entar deh Lisa cerita, Lisa makan dulu ya " ucapnya sambil melepas pelukannya dan ngacir ke dapur untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.
.
.
.
like, vote dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
MarTy Ravi MisTry
suka Sama Ceritanya,,,
2022-10-12
0
Agustina Kusuma Dewi
wehhhhwehhhh..bhs jerman coy... ckcckkck.. ora ngerti blas gadas..🤣😂😆😅😄😃😁😀 ngelu jezz
2022-08-20
0
Ika Reno
Bahasa apa ini??
2022-04-28
0