Penampilan baru

Melda masih menemani Nisa di dalam kamar.

"Nis, tadi aku sudah hubungi Tante Siti kalau kamu nginap disini lagi semalam. maaf yah tadi aku kirim pesan pakai ponselmu." ucap Melda

"Tidak apa-apa Mel, tapi aku masih bingung kalau pulang besok."

"Bingung kenapa?" tanya Melda

"Kira-kira besok bekas merah ini sudah hilang apa belum yah." ucap Nisa sambil menunjuk lehernya.

"Kalau menurut kisah novel yang aku baca sih tidak bisa hilang secepat itu." kata Melda

"Lalu aku harus gimana nih?" Nisa mulai panik.

"Gimana kalau kamu pakai jilbab saja. jadi bekas merah di lehermu tidak akan kelihatan." ujar Melda memberikan ide.

"Berapa hari?" tanya Nisa

"Ya tersera kamu mau sampai bekas merah itu hilang atau selamanya." jawab Melda

"Ih gerah banget pakai jilbab." kata Nisa

"Itu semua juga demi kebaikanmu Nis. kalau orang tuamu melihat tanda itu bisa gawat. lagian bisa nambah masalah baru untuk kamu." jelas Melda

"Iya sih, kita harus beli dulu dong baju muslimnya?"

"Pakai punyaku saja dulu. aku juga punya baju muslim tidak pernah aku pakai."

"Baiklah, besok aku pinjam yah kalau aku mau pulang."

"Iya Nis, kamu jangan sedih lagi yah." pinta Melda

"Aku akan berusaha kuat Mel." ucap Nisa

"Sekarang kamu istirahat dulu yah. aku mau ke depan dulu bantuin Bibi beres-beres."

"Iya Mel" ucap Nisa lalu memposisikan diri tiduran lagi di atas kasur.

Beberapa saat kemudian Nisa tertidur karena pengaruh obat yang menyebabkannya mengantuk.

Keesokan harinya Nisa sudah tampak cantik mengenakan gamis milik Melda. dia melihat dirinya di depan cermin.

"Cantik sekali Nis, pasti orang tuamu senang melihat kamu seperti ini." puji Melda

"Tapi gerah banget Mel baru sebentar pakai juga."

"Sabar Nis, setidaknya untuk beberapa hari."

"Hm" Nisa menghela nafas kasarnya.

"Ya sudah ayo aku antar pulang." Melda menawarkan untuk mengantar Nisa.

"Ayo" ucap Nisa

Nisa dan Melda langsung bergegas pergi meninggalkan rumah itu. mereka masuk ke dalam mobil milik Melda yang sudah terparkir di depan rumah. Melda langsung mengendarai mobilnya menuju ke alamat rumah Nisa.

Di dalam mobil Melda terus menasehati Nisa.

"Ingat Nis jangan sampai kamu terlihat sedih di depan orang tuamu. karena itu akan membuat mereka curiga."

"Iya Mel" jawab Nisa

"Sebisa mungkin kamu tahan kesedihanmu. kamu boleh bersedih tapi jangan di depan orang tuamu."

"Iya Melda bawel." kata Nisa

"Aku juga bicara seperti ini untuk kebaikanmu Nis. kita juga belum menemukan jalan keluar untuk masalahmu. jadi jangan sampai kamu menambah masalah baru lagi." ujar Melda

"Iya bawel, sudah ngomong berapa kali hm." ucap Nisa

"Maaf, aku hanya tidak mau kamu kenapa-napa."

"Terima kasih"

"Kalau satu bulan ke depan kamu mengalami hal-hal yang aneh seperti mual atau tidak ***** makan, kamu hubungi aku saja."

"Lah memangnya kenapa? kamu kayak dukun saja?"

"Siapa tahu kamu hamil." kata Melda

Nisa langsung terdiam lalu menoleh menatap sahabatnya.

"Jangan panik gitu, doakan saja semoga kamu tidak hamil. karena itu bisa memperkeruh keadaan."

"Amin, semoga saja."ucap Nisa

Nisa tampak termenung dengan fikirannya. sampai lupa dia memikirkan hal ini. bisa saja di dalam perutnya tumbuh kehidupan lain. namun dia hanya berdoa supaya dia tidak hamil setelah kejadian itu.

Mobil yang di kendarai Melda sudah sampai di depan rumah Nisa. keduanya langsung turun dari mobil.

"Assalamu'alaikum" ucap keduanya di depan pintu masuk yang tidak tertutup.

"Waalaikum'salam" jawab Bu Siti yang kebetulan sedang duduk di ruang keluarga.

"Eh Nak Melda" ucap Bu Siti saat melihat Melda. memang penampilannya Melda terbuka dan tidak memakai jilbab. lalu tatapannya beralih kepada seorang wanita cantik yang ada di sebelah Melda. "Ini siapa Mel? eh tunggu-tunggu, kok mirip anak Tante?" Bu Siti masih menatap wanita yang mirip seperti anaknya.

"Ini emang anak Tante loh." kata Melda.

"Astagfirullahaladzim, kok Tante sampai pangling lihat anak sendiri." ucap Bu Siti

"Sini duduk dulu sayang." pinta Bu Siti kepada Nisa dan Melda.

"Nis, kamu tidak sedang sakit kan? tiba-tiba penampilan berubah seperti ini?" tanya Bu Siti sambil menatap anaknya.

"Tidak Mah, Mamah senang kan lihat Nisa seperti ini?" tanya Nisa

"Senang dong sayang, sudah dari dulu Mamah minta kamu untuk menutup aurat." jawab Bu Siti

"Ada apa nih rame-rame?" sahut Pak Ahmad yang kebetulan akan berangkat ke pesantren. tapi Pak Ahmad melihat dan mendengar istrinya tampak heboh.

"Ini loh Pah, anak kita sekarang berhijab."

"Alhamdulilah" ucap Pak Ahmad lalu Pak Ahmad ikut bergabung sebentar dengan mereka.

"Kamu cantik Nis, Papah harap seterusnya kamu akan berhijab. dan untuk kuliah, apa kamu sudah memikirkan tawaran Papah?" tanya Pak Ahmad

Nisa tampak berfikir.

Apa aku harus menerima tawaran Papah untuk kuliah sekaligus mesantren.

tapi ---- ah sudahlah aku terima saja. mungkin itu lebih baik." batin Nisa

"Iya Pah Nisa terima tawaran Papah." ucap Nisa

"Tawaran apa? Melda ikut dong, Melda mau kuliah bareng Nisa." sahut Melda

"Kamu yakin Nak?" tanya Pak Ahmad

"Yakin" jawab Melda

"Tapi kamu harus merubah penampilan kamu dulu. karena kalian akan kuliah di Universitas Islam. dan akan tinggal

di pesantren."

"Pesantren?" Melda kaget mendengar kata pesantren.

*Su*mpah demi apa, masa seorang Melda yang anti hijab sekarang malah harus tinggal di pesantren. tapi aku sudah berjanji pada diri sendiri jika akan mengikuti Nisa kemanapun dia pergi. ah sudah lah dengan berat hati aku terima. siapa tahu dapat gebetan anak santri." batin Melda

"Bagaimana Nak?" tanya Pak Ahmad

"Melda mau kok, Melda mau tinggal di pesantren."

"Alhamdulilah" Pak Ahmad dan Bu Siti keduanya berucap syukur.

"Kalau begitu besok Mamah antar kalian untuk berbelanja busana muslim."

"Terima kasih Tante" kata Melda

"Sama-sama"

"Tapi kan di dalam lemari Nisa banyak baju muslim Mah? apa harus beli lagi?" tanya Nisa

"Itu sudah kuno Nis, dari tahun kapan Mamah beliin baju itu tapi tidak kamu pakai. besok kita beli baju-baju muslim yang lagi trend." ujar Bu Siti

"Wah Tante keren tahu fashion." puji Melda

"Harus dong, setidaknya anak Tante ini tidak terlalu kuno dalam berpakaian."

"Terus baju yang ada di kamar Nisa mau di kemanain Mah?"

"Mau Mamah sumbangkan ke orang yang membutuhkan."

"Baiklah" ucap Nisa

Sejak tadi Pak Ahmad hanya menyimak pembicaraan para wanita. dia sampai lupa jika harus cepat-cepat berangkat.

Bu Siti melihat suaminya masih duduk disana menyimak pembicaraan mereka.

"Papah tidak berangkat?" tanya Bu Siti

"Eh Papah lupa, dari tadi asyik menyimak kalian sih."

Setelah mengatakan itu Pak Ahmad langsung berpamitan untuk pergi.

°°°°

Gaes terus baca cerita ini😅 nanti kisah Nisa bakalan lebih seru loh😊

Terpopuler

Comments

Dede Dewi

Dede Dewi

keren thor... diawal cerita udah disuguhi cerita yg bikin nyesek...moga entar endingnya bikin haru...hehe

2022-07-10

0

Sweet Girl

Sweet Girl

semoga kejadian yg menimpa Nisa, menjadi titik balik untuk Nisa berhijrah.

2022-05-22

0

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

lanjuut lagi

2022-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!