"Apa yang terjadi sama kamu Nis?" tanya Melda khawatir.
Nisa langsung memeluk Melda dan menangis di dalam pelukannya.
"Kamu kenapa Nis? semalam kamu dimana? aku nyariin kamu tapi tidak ketemu." kata Melda khawatir.
"Hiks hiks aku---" Nisa hendak bicara namun isak tangisnya membuat perkataannya terputus.
Nisa melepas pelukannya lalu menatap Melda. Melda juga memperhatikan Nisa terutama tanda merah yang ada di lehernya begitu jelas terlihat.
"Nisa kamu sudah--" Melda menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena kaget.
Nisa menganggukan kepalanya.
"Aku ternoda hiks hiks" Nisa sangat hancur untuk menerima kenyataan pahit ini.
"Nisa maafkan aku, ini semua salahku. andai saja aku tidak mengajakmu ke club mungkin kamu tidak akan seperti ini." Melda ikut menangis dan merasa bersalah kepada sahabatnya.
"Semua sudah terjadi, kesucianku tidak akan bisa kembali. aku harus bagaimana sekarang? jika kedua orangtuaku tahu pasti mereka akan marah besar." kata Nisa
"Ayo kita masuk dulu Nis. kita cari solusinya sama-sama." ajak Melda menyuruh Nisa untuk masuk ke dalam rumah.
Melda mengajak Nisa menuju ke kamarnya. dia menyuruh Nisa berganti pakaian dengan pakaiannya.
"Ini pakai dulu bajuku." ucap Melda sambil memberikan dres miliknya kepada Nisa.
"Terima kasih" jawab Nisa lalu mengambil dres milik Melda. Nisa langsung menuju ke kamar mandi.
Cukup lama Nisa berada di dalam kamar mandi. dia mengguyur dirinya di bawah sower. Nisa masih diam di bawah guyuran air dingin sambil menangis. dia meratapi hidupnya yang begitu malang. Nisa merasa sangat kotor. hidupnya sudah hancur. satu-satunya harta berhaga miliknya tidak bisa dia jaga. entah dia ingin marah tapi kepada siapa. diantara dirinya dan lelaki asing itu sama-sama salah.
Nisa tidak mungkin meminta pertanggung jawaban kepada lelaki asing itu. kedua orang tuanya tidak mungkin setuju jika anak semata wayangnya menikah dengan lelaki tak jelas. apalagi akhlak itu nomor satu bagi Pak Ahmad dan Bu Siti.
"Ya alloh, maafkan Nisa yang sudah berdosa hiks hiks." Nisa terus menangis sesegukan di bawah guyuran air. hingga beberapa lama dia merasa kedinginan. Nisa merasa tak bertenaga dan jatuh pingsan.
Melda menunggu Nisa yang tak kunjung keluar dari dalam kamar mandi. dia mencoba untuk memanggilnya.
Tok tok
"Nisa, kamu sudah selesai belum? kenapa mandinya lama sekali?" Melda memanggil Nisa dari balik pintu kamar mandi.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan Nisa? Kenapa tidak ada sahutan dari dalam? apa dia tidak mendengarku. " gumam Melda
Cukup lama Melda berdiri di depan pintu kamar mandi namun tidak ada tanda-tanda Nisa akan keluar. akhirnya Melda mencari kunci duplikat kamar mandi itu.
Cukup lama Melda mencari kunci itu. karena letaknya yang bercampur dengan kunci lain. akhirnya ketemu juga kunci yang dia cari. Melda langsung bergegas untuk membuka pintu kamar mandi.
Cklek
Tatapannya langsung tertuju kepada Nisa yang sedang terbaring di lantai.
"Nisa" teriak Melda lalu segera menghampiri Nisa.
Melda langsung mematikan sower itu. Melda berniat untuk menggendong Nadia namun tidak kuat.
Bagaimana caranya aku membawa Nisa?" Melda tampak berfikir.
Melda akan meminta tolong kepada satpam depan tapi tidak mungkin. Melda tidak ingin jika aurat Nisa di lihat oleh orang lain. akhirnya Melda mencoba untuk mengangkat Nisa. dengan susah payah akhirnya Melda bisa membawa Nisa keluar kamar. walaupun dengan sedikit menyeretnya.
Melda langsung membaringkan Nisa di atas kasur. lalu dia mulai mengeringkan badan Nisa yang masih basah. dia juga mengambil hairdrayer untuk mengeringkan rambut Nisa. Melda sudah memakaikan baju Nisa lengkap. namun dia khawatir karena Nisa belum juga sadar. dia langsung menelfon Dokter keluarganya untuk datang.
Tak lama kemudian Dokter itu datang. Melda langsung menyuruh Dokter untuk memeriksa Nisa.
"Bagaimana Dok?" tanya Melda setelah Dokter sudah selesai memeriksa.
"Teman Nona Melda ini syok berat. apa terjadi kekerasan kepadanya?" tanya Dokter karena melihat banyak tanda merah.
"Dia korban pel*e*ce*han Dok." jawab Melda sendu.
"Saya ikut sedih, saran saya Nona Melda dampingi temannya yah. jangan biarkan dia sendirian karena bisa saja dia melakukan hal-hal yang membahayakan nyawanya." ujar Dokter
"Saya akan berusaha Dok." ucap Melda
"Ini obat-obatan untuk sahabat Nona. disini sudah ada aturan minumnya. kalau begitu saya permisi pulang." pamit Dokter
"Terima kasih Dok, nanti pembayarannya saya trasfer." ucap Melda
"Sama-sama" jawab Dokter sambil tersenyum. lalu Dokter itu langsung pergi untuk pulang.
Setelah kepergian Dokter, Melda duduk di pinggiran ranjang. dia membelai rambut panjang Nisa.
"Sebenarnya aku ingin kuliah ke Luar Negeri Nis. tapi jika lihat kondisi kamu seperti ini sepertinya aku tidak bisa pergi dengan tenang. aku akan disini saja bareng kamu. hitung-hitung itu adalah balasan untuk rasa bersalahku. aku akan ijin ke orangtuaku agar melanjutkan kuliah disini bareng kamu." gumam Melda
"Eugghh" Nisa memegangi kepalanya yang pusing.
"Akhirnya kamu sadar Nis." ucap Melda penuh syukur.
"Aku dimana?"
"Kamu di kamarku Nis, apa kepalamu pusing?"
"Kalau gitu kamu minum obat dulu yah. tapi harus makan dulu. sebentar aku mau ambil makanan untuk kamu." setelah mengatakan itu Melda langsung keluar dari kamar.
Melda kembali dengan membawa makanan.
"Kamu makan dulu yah." ucap Melda lalu dia menyuapkan nasi untuk Nisa.
Nisa hanya makan tiga suap saja. Melda menyuruhnya lagi untuk makan namun Nisa tidak mau. Melda langsung menyuruh Nisa meminum obat. setelah meminum obat Nisa kembali tiduran. dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. lalu dia langsung tidur miring membelakangi Melda.
Melda yang melihat itu merasa sangat bersalah.
Melda mengambil ponsel milik Nisa lalu mengirim pesan kepada Bu Siti.
♡Mamah♡
Assalamu'alaikum
"Maaf Mah, sepertinya Nisa pulang besok. Nisa masih betah di rumah Melda."
Sekiranya seperti itu isi pesan yang di kirim oleh Melda.
Setelah mengirim pesan kepada Bu Siti, Melda langsung keluar kamar untuk membawa piring bekas Nisa makan.
Nisa yang sedang tiduran tampak diam.
air matanya kembali membasahi pipinya.
Melda kembali ke kamar dan mendengar isak tangis.
"Nisa, plis jangan seperti ini Nis. kamu membuatku semakin merasa bersalah hiks hiks." Melda ikut menangis karen merasa jika kejadian yang menimpa Nisa atas kesalahannya.
Nisa mendengar sahabatnya menangis sesegukan. dia bangkit dan menatap sahabatnya.
"Ini bukan salah kamu kok Mel. ini sudah takdir yang harus aku jalani." kata Nisa
"Tapi kamu jangan seperti ini Nis? aku semakin bersalah jika kamu kehilangan semangat hidup."
"Aku cuma merenung Mel, aku tidak apa-apa kok. aku akan mencoba untuk ikhlas." ucap Nisa pura-pura kuat.
"Aku janji untuk menebus semua kesalahanku, aku akan tetap disini sama kamu. aku aka ikut kemanapun kamu pergi. aku tidak akan melanjutkan kuliah di Luar Negeri."
"Terima kasih Mel, kamu memang sahabat terbaikku. tapi itu terlalu berlebihan jika kamu mengorbankan pendidikanmu demi aku." kata Nisa
"Tidak Nis, aku akan kuliah disini bareng kamu. bagiku sama saja mau kuliah dimana. Mamah juga pasti mengerti dengan keinginanku ini." ucap Melda
"Terima kasih sahabatku" kata Nisa lalu langsung memeluk Melda.
°°°
Yuk tinggalkan like & komentar sebanyak-banyaknya biar saya semangat Up😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Helen Apriyanti
sahabat sejati
2022-05-28
0
Sweet Girl
kasihan Bisa.
kurang ajar tu si Roy....
2022-05-22
0
Een Surasedana
mampir
2022-02-07
0