Hana terus berlalari menelusuri kegelapan di dalam hutan. Ia tidak perduli bahwa langit bukan lagi sore hari, ia juga tidak perduli dengan suara-suara burung hantu yang sedang berusaha menakutinya. Yang kini ia inginkan hanya satu bahwa ia ingin pulang. Ia ingin kembali ketempatnya, ia merindukan segala hal tentang kehidupannya di masa depan.
hari ini adalah hari terberatnya dan karena itu hari ini juga ia merasa putus asa.
Dengan nafasnya yang terengah engah dan dadanya yang terasa sakit, Hana tetap memutuskan untuk berlari menembus kegelapan malam di hutan. dalam pelariannya Hana hanya berharap bahwa ia dapat menemukan sesuatu. Mungkin sesuatu yang dapat membawanya pulang, itu terdengar bagus tapi ia tidak tahu dan ia hanya bisa berharap.
Entah sudah berapa menit berlalu, ia mulai merasakan amat sangat lelah. Hana memutuskan untuk berhenti sejenak, ia menurunkan tubuhnya dan bersandar di pohon besar di belakang tubuhnya.
Gelapnya malam di dalam hutan bagaikan menelannya, hanya cahaya bulan yang masuk lewat celah-celah daun rindang yang mampu membuatnya tersadar bahwa ia berada dalam kegelapan dan ia hanya sendiri.
tiba-tiba sekelebat bayangan hitam mengejutkannya. Hana spontan berdiri dan merasa waswas. kemudian ia bergegas mencari apapun untuk di jadikan sebagai pertahannya.
Matanya mencari-cari dalam kegelapan, Hingga akhirnya ia menemukan sebuah kayu yang cukup berguna tak jauh dari tempatnya,lantas ia pun segera mengambilnya.
"Apa kau berniat memukulku dengan itu?"
Hana menjerit seketika, ia sangat terkejut. Suara itu, suara yang tak asing di telinganya. Hana mulai mencari sosoknya dan tak perlu susah payah sekarang ia bisa melihatnya.
Lelaki itu berdiri tak jauh darinya dan masih dengan pakaiannya yang sama.
"Kau--"
"Mengapa kau melarikan diri Hana?"tanyanya dengan nada dingin.
Hana terpaku, tubuhnya mendadak terasa dingin. Hana baru menyadari sesuatu, ia merasa semuanya terasa salah, Semua tentang Ethan .
Ethan ada di sini, pria itu berhasil menemukannya dan yang menjadi pertanyaannya sejak kapan Ethan mulai mengejarnya, lalu mengapa ia tidak tahu sama sekali?
Barangkali jika memang Ethan mengejarnya ia pasti akan mendengar suara gemerisik dari kakinya yang bertabrakan dengan daun dan ranting. tapi Hana tak begitu yakin, ia tidak mendengarnya selain suara angin dan burung hantu.
"Miss Miller."Ethan memanggil nama belakangnya. pria itu mulai melangkah mendekatikatinya.
Hana sebenarnya ketakutan. tapi ia berusaha sebisa mungkin tak begitu menampakannya.
"Kau tahu, bahwa setiap pelayan yang tak mau mentaati tuannya akan mendapatkan hukuman. "
Hukuman. Hana menegang, ia jelas tahu soal itu. tapi apa kesalahanya? karena sungguh ia tidak merasa bersalah sama sekali.
"Seharusnya kau bersyukur dan berterima kasih padaku karena menjadikanmu tunanganku bukan kabur seperti saat ini."
"Aku tidak bermaksud kabur darimu Sir. Aku hanya ingin pulang."Hana membela diri. terselip kebohongan dalam perkataannya.
"Tapi kau mengatakan padaku bahwa kau sedang dalam pelarian, lantas kau mau pulang kemana hm ?"
Dan Hana baru mengingatnya. Pria itu benar, ia sendiri yang mengucapkan kebohongannya sendiri. Jadi akan pergi kemana dirinya? Pulang tentu saja, tapi bagaimama caranya? ia tidak tahu arah dan tujuan lantas bagaimana?
Hana merutuki diri. ia tidak percaya ia melupakan hal penting itu, sangat bodoh. Lalu sekarang bagaimana ia akan menjawab pertanyaan Ethan. Oh demi apapun pikirannya buntu.
"Jawab aku Miss Miller."
Hana mendengus sebal, ia memilih mengabaikan pria itu.
Ethan mengetatkan rahangnya, ia tidak menyukai reaksi wanita itu terhadapnya. tidak ada yang boleh mengabaikan ucapannya bahkan jika manusia itu tuli sekalipun. tangan Ethan meraih pergelangan tangan milik Hana dan mencengkramnya erat.
Hana meringis mendapati nyeri di pergelangan tangannya.
"Bedebah ini---"
"Jangan membuatku marah lagi Hana. Sekarang ikut denganku, kita akan pulang!"
Tanpa membiarkan Hana kembali berbicara, Ethan sudah menariknya.
Hana harus bergerak cepat untuk mengimbangi langkah Ethan tetapi nyatanya gaun yang ia kenakan saat ini justru menyulitkannya.
"bisa kau lepas aku sebentar!?"pinta Hana berteriak.
"Tidak!"tukas Ethan tajam.
"Kalau begitu pelankan cara berjalanmu itu keparat! Apa kau tidak melihatku!"
Ethan menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Hana.
"Apa maksudmu?"tanyanya dengan tatapan tajam.
Melihat tatapan tajam Ethan terhadapnya. Hana langsung menyesali ucapannya.
"Apa yang membuatmu memakiku Miss Miller?"
raut wajah Ethan mengeras seketika.
Hana ketakutan ia menundukan kepalanya, tidak berani menatap pria itu.
" Gaunku."kata Hana berbisik.
Ethan mengerutkan dahinya tajam, lalu Ia menatap Gaun Hana yang terlihat pas melekat di tubuhnya dan tatapannya terjatuh pada payudara Hana. diam-diam Ethan menyunggingkan senyumnya, ia tidak pernah seperti ini sebelumnya tapi ketika ia memperhatikan bagaimana gaun itu melekat di bagian payudara wanita itu dengan pas membuat sensasi nikmat tersendiri baginya, Ethan menerka-nerka apa bentuknya akan pas di tangannya atau melebihi telapak tangannya? well siapa yang perduli soal itu. Ethan mengerang mengetahui gairahnya tersulut karena payudara Hana.
Sementara Hana mendengus kesal saat ia menyadari kemana arah tatapan mata Ethan. Jangan pria itu kira ia tidak tahu karena hutan yang gelap, dan berterimakasihlah ia pada bulan terang karena berkatnya ia tahu apa yang harus ia lakukan.
"Jika kau tidak menghilangkan tatapan menjijikan itu dari payudaraku maka akan ku buat kau buta saat ini juga !!"Hana kesal.
Ethan terkesan karena Hana mengetahuinya lalu tertawa kecil saat ia mendengar kalimat bernada ancaman dari wanita cantik di hadapannya.
"Oh Hana, biar ku luruskan sesuatu. Well aku tidak tahu dimana letak kesalahan gaunmu itu selain...memperlihatkan bagaimana bentuk tubuhmu."
Hana kesal. Ethan benar-benar tidak bisa di percaya. lelaki itu bahkan berani melihatnya dengan tatapan mesum.
" Sialan !! Mengapa kau tidak melihat kebawah gaunku saja, hah!?"
Ethan melihat bagian bawah gaunnya, lalu kembali menatap wajah Hana.
" Oh begitu rupanya."dengan raut wajah tenang.
Hana tidak mengerti.
Ethan melangkah maju mengikis jarak yang tercipta, lalu menurunkan tubuhnya.
Hana membelalakan matanya, terkejut."Apa yang kau lalukan!?"
Ethan tidak menjawab. Pria itu lalu mengeluarkan benda perak mengkilat dari sepatu botnya. Hana yakin ia tahu persis benda apa itu.
"A-apa kau akan menusukkan pisau kecil sialan itu ke lututku?"tanya Hana, suaranya sedikit bergetar karena takut.
Ethan menatapnya dengan senyuman misterius.
"Apa boleh aku melakukannya?"
Yang membuat Hana panik. Tetapi hanya sesaat sebelum ia terkejut atas apa yang Ethan lakukan terhadap gaunnya.
Hana geram. Pria itu telah merusak gaun indah pertamanya saat ini. Mula-mula Ethan memberukan lubang cukup besar di gaunnya lalu merobeknya dengan kekuatan tangannya. hingga gaun panjang itu kini hanya sebatas lututnya saja.
"Apa kau gila, Kau merobeknya!!"teriak Hana tak terima.
"Sedikit robekan gaun tidak akan membuatmu mati bukan."
Hana terperangah."Tapi aku kedinginan."
"Kalau begitu tahan. Lagi pula siapa yang menyuruhmu berlari malam-malam ke hutan tanpa membawa mantel hm?"
"Astaga..."Hana kehabisan kata-katanya.
Ethan masih belum beranjak dari tempatnya. Fokusnya tersita pada goresan yang mengintip di atas lutut Hana. tangan Ethan sedikit menaikan gaun itu lalu jarinya mengikuti panjang garis yang terlihat di atas kulit paha wanita itu.
Hana merinding. tubuhnya memberikan respon luar biasa ketika kulit tangan Ethan menyentuh bagian luka memanjang di atas lututnya.
Ethan mendongakan kepala menatap Hana.
"Darimana kau mendapat luka ini?"lelaki itu bertanya, Raut wajahnya tidak terbaca.
Hana terdiam untuk sejenak. ia mengamati wajah Ethan yang tampan. ia bertanya-tanya apa yang Ethan rasakan ketika pria itu menyentuh lukanya
"Pasti menyakitkan."ucap Ethan menyadarkannya.
Hana menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia mencoba menghilangkan wajah Ethan dari pikirannya.
"Apa yang terjadi saat itu?"
"Aku..."ucapannya terhenti, lalu gelak tawa keluar dari mulutnya."hei itu hanya luka kecil."
Ethan mengerutkan dahinya."apa tuanmu yang memberikan luka ini padamu, Hana?"
Lalu Hana menghentikan tawanya. Sepertinya ada yang salah dan benar saja ternyata ia telah melupakan hal penting lainnya.
Bah, ia ingin sekali menjerit dan memaki-maki pria itu. ingatan kembali pada saat bagaimana dirinya menceritakan hal konyol mengenai pelariannya yang di sebabkan oleh tuannya, dan lebih konyol lagi pria ini mempercayainya. bahkan sekarang hanya karena pria ini melihat lukanya ia langsung beransumsi bahwa tuannya lah yang melakukannya.
Hana merasa frustasi tetapi di satu sisi ia juga merasa bersalah.
"Maafkan aku." akhirnya hanya itu yang bisa Hana ucapkan.
Ethan menegakkan tubuhnya, pria itu mengulas senyum lembut di hadapannya dan hasilnya jantung Hana berdebar-debar tak karuan.
"Mengapa kau meminta maaf padaku. tidak apa jika kau tidk mau mengatakannya.tidak masalah."ujar Ethan lembut. tangannya bergerak mengelus rambut Panjang Hana.
Sekarang Hana ingin menangis. ia tidak mau dan tidak tahan jika sedang berhadapan dengan Ethan yang bersikap lembut. akan lebih baik Ethan kembali mengancamnya karena itu membuatnya melupakan perasaan bersalahnya meskipun terkesan jahat tapi begitulah nyatanya, ia merasa terganggu dengan kebaikan Ethan terhadapnya.
"Kemarilah."Ujar Ethan berkata.
Hana menghambur dan memeluk Ethan. ia membenamkan wajahnya di dada bidang Ethan sementara tangannya melingkar di pinggang pria itu. Ia memeluk pria itu dengan erat. Hana tahu dan ia cukup sadar apa yang di lakukannya ini salah tetapi ia tidak ingin melepaskannya. Ia menyukai keadaan ini terlebih ia juga menyukai aroma maskulin yang menguar dari tubuh Ethan.
Tanpa Hana ketahui, diam-diam Ethan tersenyum. Tangannya membelai punggung Hana dengan gerakan lembut. jantung Hana berdebar keras sampai Ethan bisa menghitung setiap detaknya, Ethan dapat merasakan setiap lekukan lembut tubuh Hana, setiap senti kulit hangat wanita itu.
Ethan tidak mau berbohong bahwa ia menikmati ini, tubuh mungil Hana terasa pas dalam pelukannya dan demi tuhan ia menyukai ini. jika boleh, ia tidak berniat melepaskan Hana saat ini.
"Apa ini tandanya kau setuju denganku."
Hana mengerutkan dahinya bingung, ia melepas pelukannya pada Ethan lalu mendongak menatap Ethan penuh tanya.
Ethan tersenyum dan merasa gemas pada Hana, ia tahu Hana tidak akan paham maksudnya, wanita ini ... Ethan tidak tahu apa lagi yang akan ia katakan tapi yang ia tahu sekarang bahwa semuanya sudah terjawab dengan pasti bahwa ia memang tertarik pada Hana, ia menyukai wanita ini.
Hana mengerjapkan matanya dan Ethan terpesona melihat gerakan mata Hana juga bulu mata Hana yang tebal dan lentik. lalu tangan Ethan meluncur pelan ke leher putih pucat Hana dan membelainya dengan intensitas lembut dan sensual.
Kemudian Ethan mencondongkan wajahnya, lalu berbisik di dekat bibir Hana.
"Hana, maukah kau Menjadi kekasihku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments