...*...
Wanita itu mulai memberikan tanda akan terbangun. Perlahan tapi pasti kelopak matanya mulai terbuka.
Hana mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya di dalam ruangan. dalam keadaan samar-samar untuk yang pertamakalinya Hana melihat ada sosok wanita yang mungkin usianya lebih tua dari Hana sedang tersenyum kepadanya.
siapa? pikir Hana bertanya-tanya.
"Oh miss akhirnya kau sadar?"ujar perempuan itu nampak terdengar lega.
Hana tak menjawab, Ia masih kebingungan.
Wanita itu menggunakan sebuah gaun lusuh berwarna krem lengkap dengan sedikit noda di gaunnya, rambut hitamnya tersanggul sedikit berantakan dan keringat nampak mengenang di dahinya.
"Aku dimana?"tanya Hana dengan suara serak, seraya menggelengkan kepala mengusir rasa pusing.
Sosok perempuan itu sedikit mencondongkan badan kearahnya kemudian tersenyum lagi.
"Kau ada di mansion tuanku nona?"
Mansion...?
Tuan?
Hana mengernyitkan dahinya, kemudian ia mengedarkan pandangannya mencoba mengamati.
"Nona, aku akan memanggil tuanku terlebih dahulu."ujarnya sambil berlalu pergi,
sementara Hana kembali tak menanggapi. dalam hati Hana bertanya-tanya. ia tidak mengenal tempat ini tentu saja, ia juga tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai di tempat ini? ia telah mengamati keadaan sekitarnya dengan teliti tapi sungguh semua yang ia lihat masih begitu asing dan ia bingung saat ini.
Sebenarnya aku ada dimana?
Hana memejamkan matanya untuk sesaat. Kemudian ingatan itu terlintas.
Pertama-- Roy lelaki brengsek yang diam-diam selingkuh darinya, kedua sebuah club malam, kemudian jembatan sungai Thames,bulan,rumput, pedang dan dia....
Hana kembali membuka matanya. Ingatan itu memberinya jawaban dengan jelas bagaimana ia bisa di sini. tapi bagaimana bisa ia ada di mansion ini? Oh tunggu...Pria itu.
Hana mengingat pria itu. Pria yang mengancamnya dengan sebuah pedang di lehernya. Sialan dimana pria gila itu?apa jangan-jangan pria itu yang...
Suara pintu yang terbuka terdengar membuat Hana mau tidak mau menolehkan kepalanya. mencoba mencari tahu siapa yang datang dan sepertinya tebakannnya benar, seperti yang ia duga pria itu yang membawa Hana ke tempat ini, pria yang baru saja Hana pikirkan itu nampak tengah bersandar pada sisi pintu seraya menyilangkan tangan di dada.
Sial...
Bahkan di saat seperti sekarang ini, seharusnya Hana memberikan tamparan keras pada pria tersebut karena berani mengancam Hana, tapi kenyataannya saat ini ia sedang lemah dan kepalanya mendadak kosong.
Well...siapa yang tidak akan terpesona, ketika dirinya melihat gambaran seorang dewa di hadapannya. pria itu benar-benar tampan dan mengagumkan meski senyum pria itu terkesan dingin sekalipun Hana akui ia tidak bisa untuk tidak terpesona karenannya. Namun sekejap kemudian Hana menepis semua itu dan menatap tajam pria itu.
Ethan tersenyum sinis, saat ia melihat perubahan ekspresi wajah yang di berikan wanita itu kepadanya. meski terkesan aneh dan membingungkan tapi baginya wanita tersebut menakjubkan.
"Kau sudah bangun? Aku ingin membuat beberapa kesepatakan denganmu. tertarik untuk mendengarnya?"ujarnya tanpa menunggu waktu lama.
Hana mengubah posisinya. Ia terduduk kemudian mengernyit kembali tatkala rasa pusing melanda kepalanya lagi.
"Kau baru saja mengancamku dengan pedang terkutukmu itu dan sekarang kau ingin membuat kesepakatan denganku."sambil memijat pelipisnya sendiri."yang benar saja Sir, aku bahkan tidak mengenalmu."ujar Hana menatap pria itu kesal.
Ethan menggaruk bawah dagunya yang tidak gatal."oh...rupanya kau mengingat kejadian dua hari yang lalu yah."
Hana terkejut, bola matanya membulat penuh. dua hari? Hana mencoba berpikir keras, bahwa apa yang ia dengar baru saja adalah nyata karena meskipun ia membenturkan kepalanya, Hana ragu untuk percaya.
Tapi jika seandainya memang benar. Astaga sudah dua hari? selama itukah ia tidur.
Sekali lagi Hana mengamati sekitarnya. Jika apa yang dilihatnya adalah nyata berarti ada kemungkinan ia benar-benar berada di masalalu saat ini, tapi bagaimana dirinya bisa yakin bahwa saat ini ia ada di masalalu? Jawabannya mungkin hanya tuhan yang tahu.
Ethan menatap wajah cantik itu yang berubah pucat. Ia tahu wanita itu belum sepenuhnya pecaya dengan ucapannya.
"Benarkah ini sudah dua hari?"tanya Hana.
Dan Ethan menganggukan kepalanya.
"Astaga !"
"Kurasa kau masih butuh istirahat atau mungkin sudah waktunya."ujarnya kemudian membuat Hana bingung.
"Apa?"
"Siapa namamu?"
Pertama Hana ragu untuk menjawab tapi bibirnya tetap bersuara."Ha-na miller."
"Hmm... baiklah . Miss miller hari ini ada perayaan di rumahku dan aku kekurangan pelayan, bagaimana jika kau saja yang ---"
Hana membulatkan matanya syok.
"Apa maksudmu? Pelayan? Bah yang benar saja."Hana mendengus kesal.
Ethan menyipitkan matanya tidak senang."apa kau menolakku?"tanyanya dingin.
"Ya"balas Hana yakin. ia menyilangkan tangannya di depan dada.
"Apa kau tidak berniat membalas kebaikanku karena sudah menolong dan membawamu kemari? Dan Oh aku bahkan memberikanmu baju yang kau pakai saat ini. Kau tahu, itu sangat mahal."
"Apa aku meminta semua ini kepadamu, tuan?"tanya Hana sarkas.
membuat rahang pria itu seketika mengeras.
"Kalau begitu pergilah."balasnya mencoba tetap tenang sementara Hana kembali mendengus kesal.
"Tanpa kau perintah pun aku akan pergi sir."
Setelah itu Hana bangkit, ia melangkahkan kaki kearah pintu tapi benda mengkilat kembali menghentikan Hana.
Ethan menyeringai seraya mengacungkan pedangnya kembali keleher Hana.
"Kau!"pekik Hana marah. Dirinya tak habis pikir bahwa ia akan kembali mendapat ancaman tersebut, terlebih lagi ia tidak tahu sejak kapan pria ini memegang pedangnya. Tapi pikiran itu tidak penting sama sekali, untuk sekarang yang harus ia lakukan adalah bagaimana caranya ia melawan pria arogan dan terlepas dari pedang sialannya.
"Kau tahu apa yang akan ku lakukan bukan?"ancaman itu terdengar mengerikan. Blberhasil meluluhlantahkan rencana perlawanan yang ingin Hana lakukan.
Angin sepoi-sepoi menyeruak masuk melalui jendela yang tebuka kedalam ruangan tersebut. bau alam saat malam hari terasa menyejukan sekaligus menakutkan baginya saat ini.
Tangan Hana meremas kuat gaun di kedua sisi tubuhnya. ia berusaha untuk tetap tenang meskipun ia ketakutan.
"Kau bisa pergi tapi sebelum itu akan ku pastikan aku akan memenggal kepalamu terlebih dahulu, Hana."
Ketakutannya makin menjadi. Hana ingin menangis tapi airmata tak kunjung ingin keluar.
Demi tuhan apa yang terjadi? Apa salahnya hingga ia di pertemukam dengan pria brengsek yang sialnya tampan ini? Tidak cukupkah ia terhempas ke masalalu?
Hana menutup matanya sejanak untuk berpikir. Mau bagaimana lagi, pikirnya muram. Ia sangat membenci keadaannya saat ini tetapi ia tidak mau jika harus menuruti keinginan pria gila ini. Jadi ia akan melawan pria gila ini sampai titik darah penghabisan.
Sementara itu Ethan kembali mengamati raut wajah Hana dengan intens, tatapannya jatuh pada bibir wanita tersebut. Demi apapun yang ada di dunia ini Ethan ingin sekali mencoba mencicipi manisnya bibir itu. Tapi mengapa?
"Kau ingin membunuhku sir ."Hana berkata. Mengejutkan Ethan yang sebelumnya tidak bisa berhenti menatap bibir wanita itu.
"Ya."balas Ethan tenang.
"Kalau begitu lakukanlah, lakukan apapun yang kau mau sir karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menjadi pelayanmu."
Pria itu kembali menyeringai. Ia mengagumi keberanian wanita di hadapannya saat ini, wanita mungil yang bahkan tak memiliki tinggi melebihi bahunya. ini seperti ia mendapatkan mainan baru yang mengasikkan dan Ethan tidak mungkin membunuhnya begitu saja bukan.
Baiklah, sudah di putuskan ia akan sedikit bermain dengannya lalu ketika ia merasa bosan ia hanya perlu mengakhurinya. Setelah itu Ethan pun menyarungkan pedangnya.
Ia kembali menatap lekat wajah cantik si hadapannya. Ya --Ethan akui Hana memiliki wajah cantik dan manis apalagi meski memiliki tubuh mungil namun lekukannya sempurna di tempat yang tepat, Seolah mempertegas pesonanya dan Ethan yakin banyak pria yang akan menganguminya.
"Dengarkan aku wanita pemberang!"desis Ethan tajam."Bagaimana jika kita sedikit bermain yang pastinya aku yakin kau tidak akan menyesal sama sekali." Ethan sedikit mendekatkan wajahnya lalu berbisik "Bermainlah denganku Hana."
Hana membuka matanya saat ia dapat merasakan deru nafas seseorang dan seketika itu pula tubuhnya menegang saat wajah pria tersebut nampak sudah berada dekat dengan wajahnya. dalam sekejap pula Hana dapat merasakan pipinya memanas dan ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.
Asik dengan pikirannya sendiri, tanpa Hana sadari Ethan mengangkat satu tangannya ke sisi wajahnya. Membelai sisi wajahnya dengan kelembutan yang menggoda dan memikat yang membuat Hana diam-diam menikmatinya.
Melihat hal tersebut Ethan tersenyum puas mengetahui Hana memberikan respon.
"Kurasa Kau menyukainya."kata Ethan parau.
"Aku tahu kau menyukainya,woman." Imbuhnya kemudian. Tangannya sudah berada di permukaan kulit leher Hana lalu turun hingga belahan ***********.
Tersadar akan pelecehan yang dilakukan pria tersebut, sontak membuat Hana marah dan melayangkan tamparan keras di pipi pria tersbeut.
Plaaak...!
Bunyi tamparan itu sukses menyadarkan Ethan. Ia mengepalkan kedua buku jemari tangannya menahan amarahnya.
"Bajingan!"desis Hana marah.
Ethan tekejut, ia mendapati amarah melungkupi wajah Hana. Tiba-tiba saja Ethan tertawa lepas mengingat Ini kali pertama dirinya mendapati tamparan dari seorang wanita, apalagi wanita mungil seperti Hana.
"Mengapa kau tertawa? kau pikir ini lucu, ini tidak lucu sama sekali sialan! Jika Kau pikir aku akan diam saja maka kau salah, aku memperingatimu sir, jika kau---"
"Jika kau berani memperingatiku woman maka bersiaplah untuk kematianmu."Ethan memotong ucapan Hana.
Mendengar ancamnya membuat wanita itu makin di liputi rasa amarah. meski Hana akui ancaman tersebut juga berhasil menakutinya.
Dan untuk sesaat keadaan menjaduhening. Hana menatap langsung pada mata pria tersebut dengan amarah meluap-luap namun untuk sesaat, sekilas ia merasa melihat ada kilatan aneh di dalam mata pria itu. Hana sedikit terkejut ketika melihat mata pria itu berubah warna meski hanya sebentar, tapi benarkah apa yang ia lihat barusan atau itu hanya ilusi semata? tak ada yang berbicara sama sekali hingga kemudian seseorang menghentikan keheningan tersebut.
"My Lord."ucap Mina menyela keheningan yang berlangsung dan Ethan adalah orang pertama yang menyadari kedatangannya. "Lady Harrington mengatakan pada saya bahwa ia ingin bertemu dengan anda My Lord."
Lady Harrington. Seorang janda berusia empat puluh lima tahun. bertubuh gembul dan glamor, Lady Harrinton adalah seorang paranormal. Meski Ethan sendiri tidak terlalu percaya pada hal tahayul seperti itu, tapi tetap saja ia harus menghormatiinya bukan. Lagi pula lady Harrington sudah ia angap seperti bibinya sendiri.
Sambil menahan amarah Ethan mulai melangkah pegi meninggalkan Hana yang kini masih terpaku, tapi kemudian ia berhenti beberapa saat untuk menyampaikan sesuatu.
"Kau bisa pergi tapi tidak sekarang. Aku tidak mau seorang wanita seperti dirimu melangkah keluar dan terlihat oleh tamu-tamuku. kuharap kau mengerti maksudku, Hana."ujarnya kemudian kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Hana.
Hana menatap kepergian pria tersebut penuh kebencian tapi rasa ngilu di tangan menyadarkan Hana.
"Sial, aku bahkan tidak ingat tanganku terluka." Rutuk Hana kesal.
...***...
"Bibi kau sudah tiba, bagaiamana kabarmu?"tanya Ethan setelah sampai di tempat wanita tersebut.
Lady Harrington nampak glamor seperti biasa. Senyum cerahnya tersemat di bibir tebal sang lady.
"Ethan kabarku baik nak. oh lihat kau sungguh tampan sekali hari ini , kemarilah biar ku perkenalkan kau dengan kerabat jauhku Lord sydney dan istrinya ."wanita itu menggiring Ethan bersamanya, kemudian berhenti di depan pria dan wanita yang kira-kira menurut Ethan tak jauh berbeda dengan umur bibinya.
"Senang rasanya menghadiri pestamu Ethan."sahut Lord sydney. Ethan mengangguk seraya memberikan senyumnya.
"Dan Ethan ini veronica, putri tunggal Lord Sydney."ucap Lady Harrington kembali berkata.
"Suatu kehormatan bisa datang ke pesta Anda My Lord . aku Veronica Sydney senang bisa bertemu dengan Anda."ujarnya seraya menjulurkan satu tangannya.
Ethan yang mengerti isyarat tersebut bertindak langsung dengan mencium tangan ramping dalam balutan sarung tangan tersebut. Sebenarnya Ethan sedikit malas melakukan hal tersebut terlebih ia juga sudah tahu apa maksud Lady Harrington mengenalkan Ethan pada keluarga Lord sydney dan itu adalah sifat yang Ethan benci dari Lady Harrington. Ethan memang mengakui Lady Harrington seperti bibinya sendiri tapi sikap wanita itu terkadang menyebalkan dan terlalu memaksa, seolah Ethan tidak akan berkomentar apapun dan menyukai apa yang ia lakukan. terhitung, entah sudah berapa kali ia perlakukan seperti itu oleh Lady Harrington, yang jelas Ethan tidak menyukainya.
Selama beberapa menit mengahabiskan waktu dengan bercakap-cakap akhirnya ia terbebas. Ethan kembali melangkahkan kakinya dan sesekali menyapa para tamunya.
Ethan menyesap brendi di tangan sambil menikmati beberapa tamu yang sedang berdansa dalam alunan musik. Pesta tahunan yang di rayakan di mansionnya hari ini akan berlangsung selama sebulan. saat siang hari akan di adakan beberapa kegiatan olahraga seperti berburu, berkuda,memanah dll, sementara malam hari seperti hari ini pesta tersebut berfokus pada beberapa dansa serta musik. mungkin sebagai pelengkap manisnya ada beberapa brendi, wine dan daging dalam porsi besar. mengingat beberapa hari yang lalu ia baru saja berburu bersama Jack dan Sam, pelayannya yang lain selain James dan mina tentunya.
namun seketika pandangan matanya tiba-tiba menangkap sosoknya. wanita itu tengah mengendap-mengendap layaknya maling tak ingin tertangkap basah, tak menyadari Ethan berada tak jauh darinya. dengan gaun biru pucatnya wanita itu melangkah pelan seraya sedikit mengangkat gaunnya, mempertontonkan kaki putihnya, sementara rambut panjang bergelombangnya tergerai terombang-ambing kemana-mama seiring wanita itu melangkahkan kakinya, melihat hal itu sontak membuat Ethan menyunggingkan senyumnya dan segera menyusul wanita tersebut.
Hana mengangkat sedikit gaunnya. Tentu saja karena tak terbiasa mengenakan gaun sepanjang ini. Ia tidak perduli jika kaki putihnya terekspos yang di inginkannya saat ini adalah mencari jalan keluar dari mansion. tapi banyaknya kerumuman orang sungguh membuat Hana pusing.
Satu tarikan di atas perutnya membuat Hana terkejut. Ia ingin berteriak tapi tangan lainnya membekap mulut Hana anehnya... mengapa tak ada seorangpun yang menyadarinya.
Ah sial..
Hana meringis saat tubuhnya di hempaskan dengan kasar keatas ranjang. sesungguhnya ia sudah tahu siapa yang berani melakukan semua ini terhadapnya. dengan cepat Hana ingin kembali berdiri tapi pria itu sudah terlebih dahulu menahan tubuh Hana dengan tubuhnya.
"Kau pikir kau bisa lari dariku, Hana?"decaknya kasar.
Hana mencoba mendorong tubuh kekar yang menindihnya, tapi gerakannya sama sekali tak menimbulkan reaksi apapun terhadap tubuh pria tersebut hingga akhirnya Hana berhenti. nafas wanita tersebut terengah-engah karena amarah dengan tatapan keduanya bertemu kembali. yang membuat Hana kagum adalah kedekatan dirinya dengan pria tampan tersebut. pesona yang terlihat dari matanya dapat membuat puluhan wanita dengan senangtiasa mengikuti setiap langkahnya kemanapun dan Hana akui mungkin jika situasinya tidak seperti kenyataannya ia dengan senang hati akan mencoba menggodanya.
"Apa kau yang kau pikirkan?"desis Ethan marah.
Suara itu, suara angkuh nan egois yang paling Hana benci terdengar, yang juga mengembalikan Hana dari lamunan berkepanjangannya.
"Lepaskan aku sir, Aku ingin pulang!"ucap Hana setengah berteriak.
Ethan tak bergeming. ia kembali menekan tubuhnya.
Entahlah....Ethan sendiri tidak tahu mengapa dirinya begitu kesal sekaligus marah terhadap Hana yang baru beberapa hari ia temui. yang ia tahu amarahnya saat ini karena sikap keras kepala wanita itu terhadapnya, tapi anehnya mengapa Ethan terkesan tak ingin Hana pergi barang selangkahpun dari rumahnya. apa benar seperti itu atau pikirannya salah? semoga saja memang salah karena jika hal itu sebaliknya berarti petaka bagi hidupnya sendiri.
"Aku ingin pulang, aku ingin pulang!"Hana kembali berteriak mengutarakan keinginannya.
Dengan amarah berkecamuk, Ethan mengcengkram kuat bahu Hana hingga wanita itu meringis kesakitan di bawah tubuhnya.
"dengarkan aku sialan!"bentak Ethan.
"Aku sudah mengatakan kepadamu kau bisa pergi tapi tidak sekarang! Bisakah kau turuti saja ucapanku huh!"
Wanita itu terdiam namun sesaat kemudian Hana menganggukan kepalanya sekali. tiak seperti sebekumnya kali iniwanita itu tidak banyak melawannya dan Ethan menyukai kepatuhan Hana saat ini. Ia tahu Hana dapat terlihat begitu manis jika saja Hana sedikit menurut terhadapnya meskipun Ethan sepenuhnya mengerti dengan perubahan sikap wanita tersebut, tapi Ethan tak ingin ambil pusing karena yang terpenting saat ini Hana tak melawannya dan wanita itu tak akan pergi kemanapun.
"Sekarang kembalilah istirahat, kau masih belum sepenuhnya sembuh, Hana."ujar Ethan kali ini mencoba bersikap lebih lembuta sementara Hana kembali menggukan kepalanya.
Setelah membantu Hana mengatur posisi tidurnya, Ethan pergi meninggalkan Hana. tak di pungkiri seulas senyum terukir di bibirnya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments