bab 04

Setelah ciuman itu berakhir, Hana memilih bergegas pergi meninggalkan Ethan. Ia terlanjur kepalang malu karena menikmati ciuman Epria itu di bibirnya bahkan hingga saat ia masih bisa merasakan jejak pria itu di bibirnya sendiri.

Wanita itu merbahkan tubuhnya di atas ranjanhmg dan berulang kali menghembuskan nafas dari mulutnya sambil berharap semoga pipinya yang panas kembali normal namu  masalah lainnya adalah detak jantungnya, yang saat ini berdetak cepat layaknya orang sehabis berlari.

Apa yang Ethan lakukan barusan sama sekali tak dapat di prediksi dan sialnya Hana menikmatinya. sumpah demi apapun Hana tak tahu lagi harus besikap seperti apa ketika ia bertemu kembali dengan Ethan nanti.

bisakah ia bersikap normal seperti biasanya lagi?

Berbeda dengan Hana, Ethan lebih memilih segera pergi dari kediamannya meninggalkan pesta yang sedang berlangsung. ia merasa tidak tenang. Langkahnya terburu-buru memasuki istal dan tanpa perduli ia membangunkan Jack memeritahkan pria tambun itu untuk membawakan kudanya.

Lalu saat semua sudah siap dengan sigap Ethan menaiki kudanya dan berlalu pergi. Ia berencana untuk menemui seseorang untuk di mintai bantuan dan ketika ia sudah sampai dengan tergesa-gesa Ethan turun dari kudanya dan memasuki sebuah gedung.

"My Lord apa yang membawamu kemari?" Sahut seorang pria dari sebrang mejanya.

Ethan tak mau basa-basi ia segera memberitahukan maksud dan tujuannya datang ke tempat tersebut.

"Aku ingin kau mencari informasi tentang seseorang. Semuanya, tak boleh ada yang terlewatkan sedikitpun."ujarnya dengan tegas.

...***...

Dua Hari berlalu, malamnya Pesta kembali di gelar. Para tamu undangan tengah menikmati aktivitas mereka masing-masing.

Diam-diam Hana mengamati dengan jelas setiap hal yang ada di pesta dari mulai lampu-lampu ktistal yang menggantung hingga pakaian-pakaian mewah para lady yang menampakan sisi anggunnya, tak lupa ia juga mengamati banyaknya kalangan pria dari berbagai gelar terhormat  lainnya. meski Hana tidak begitu yakin dwngan ingatannya namun baginya saat ini para pria yang tengah berkumpul di sana adalah sebuah mahakarya luar biasa, mereka benar-benar sempurna dengan pakaian luar biasa melekat di tubuh mereka meski hal tersebut berbeda dengan pria di dunianya tapi ya...pada hakikatnya mereka tetap sama dan tetap sempurna dengan apa yang mereka miliki.

"Puas mengintip miss miller?"Hana terlonjak kaget saat mendengar seseorang bertanya di belakangnya dan Hana tahu betul siapa pemilik suara tersebut.

"Kau mengagetkanku saja."balas Hana kesal tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Mengintip adalah hal yang di larang Miss Miller. Pergilah kedapur dan lakukan tugasmu!"perintahnya membuat Hana jengkel.

"Semua yang harus di kerjakan di dapur sudah beres Sir, apa kau tidak melihat banyak makanan terhidang di meja sana ?"

"Oh...kalau begitula pergilah kekamar tidur atau kemanapun dan lakukan apapun yang ingin kau lakukan."ucapnya tegas.

Hana memilih tidak menjawab, ia kembali mengamati kedaan pesta dan untuk sesaat terjadi keheningan. Hana mengira mungkin tuannya sudah pergi tanpa suara lagi, mengingat ketika Ethan datang ia tak mendengar langkah sepatunya hingga suara kecupan bibir serta lengguhan terdengar. Hana terperangah, pandangan matanya menangkap dua insan berbeda jenis kelamin itu tengah berciuman tak jauh dari tempatnya berdiri, dengan susah payah Hana meneguk salivannya sendiri. Hana merasa kikuk mendapati tontonan seperti itu, ia juga bisa merasakan pipinya panas sementara ingatannya melayang pada kejadian dua hari yang lalu. Dua hari yang lalu Ethan menciumnya dan meski itu bukan ciuman pertama Hana tapi dirinya justru menikmatinya. Oh saat itu Ethan terasa lembut saat pria itu menciumnya.

Astaga! ia harusnya melupakan hal itu dan tidak mengingatnya lagi. Ethan tidak mungkin sadar saat melakukannya. Itu pasti karena suasana dan tentu saja sebuah kesalahan.

Hana menepuk kecil pipinya sendiri untuk mengingatkan dirinya kemudian ia pun memutuskan kembali ke dapur namu saat Hana membalikan tubuhnya ia terdiam seketika, Ia tidak tahu Ethan masih berada di belakang tubuhnya dan kini lelaki itu tengah memandanginya.

Hana sontak menundukan kepala, ia bisa merasakan pipinya memanas lagi sekarang.

           diam-diam Ethan tersenyum kecil, ia tahu apa yang sedang di pikirkan wanita di hadapannya kini.

"Katakan sesuatu Hana."ucap Ethan berbisik.

"Hm...apa?"balas Hana gugup.

"Tanya apapun yang kau mau."

Hana ragu dan tidak tahu apa yang harus ia pertanyakan, lagi pula mengapa ia harus bertanya.

"Hana."

"Ya." Hana mendongak seketika.

"Apa ada yang ingin kau katakan?"

"sir apa aku boleh pergi?"

Ethan tidak menjawab. ia hanya fokus memandangi wajah cantik Hana yang kini bersemu merah.

Oh sial. Ia melupakan sesuatu. Seharusnya ia tidak menyia-nyiakan waktu. ia mencari Hana untuk berbicara kepadanya mengenai informasi yang ia dapatkan bukan seenaknya mengamati wajah cantik Hana yang bersemu merah.

"Sir."Hana mulai tidak tenang saat suara lengguhan dan ******* di belakang tubuhnya kembali terdengar.

Sial.

"Ikutlah denganku."

Sebelum Hana sempat menolak, Ethan sudah terlebih dahulu menari tangan Hana.

"Sir, kau mau membawaku kemana?"tanya Hana sambil tergopoh-gopoh. Langkahnya tak nyaman karena pakaian sialan yang ia pakai terlalu panjang di tubuhnya. Pakaian yang ia pakai adalah milik mina dan mina memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya.

Ethan membisu, tangannya masih setia menarik Hana entah kemana.

Jalan yang di lalui keduanya melewati lorong yang di sisinya terdapat taman. Hana akui ia takjub dengan mansion milik Ethan selain karena luasnya dan megahnya , mansion tersebut di lengkapi dengan taman dan beberapa bunga yang Hana tak ketahui apa namanya.

Sesampainya di tempat. rupanya Ethan mengajak Hana ke perpustakaan. itu yang Hana yakini karena melihat banyaknya buku di dalam beberapa rak.

Dengan lembut, Ethan mendorong tubuh Hana untuk menduduki salah satu kursi.

"Kau ingin wine Hana?"

"apa di sini seorang pelayan di perbolehkan meminum hal tersebut?"jawab Hana dengan pertanyaan.

"Di tempatku pelayan boleh meminumnya, mereka bukan budak tapi pelayanku. Seorang manusia biasa yang ku pekerjakan dengan gaji. Tapi seperti yang kau pikirkan Hana, mereka terlalu penurut tak pernah ada yang mau menyentuh sama sekali minuman seperti ini, bahkan ketika aku yang menyuruh mereka."

"ternyata selain pemarah dan egois kau juga sangat aneh sir."

"Aneh, bukan baik?"

"Menurutmu mungkin kau baik tapi bagiku kau aneh. kau bahkan tidak keberatan rumahmu sendiri di jadikan tempat mesum orang yang tidak kau kenal."

"Aku mengenal mereka dan tidak merasa keberatan sama sekali."

Hana mengerutkan dahinya."kenapa?"

"Itu hal biasa Hana, mereka punya hak mereka sendiri. kau tidak tahu?"

"Tidak. karena aku tidak berasal dari sini."jawab Hana asal, tanpa sengaja menyebutkan kalimat penting.

Hana menggigit bibirnya, memejamkan mata untuk sesaat, merutuki kebodohannya karena asal berbicara.

Ethan mengamati gelagat wanita tersebut dengan serius. dirinya yakin Hana menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kalau begitu katakan dari mana kau berasal?" Ethan bertanya sambil mengamati ekspresi wajah Hana yang terkejut.

"Apa!?itu aku beradasal dari...ah Sudahlah tempat tinggalku tidak penting."balasnya gugup, ia merasa terpojok saat ini.

"Kau berbohong.".

"Kenapa kau mengira aku berbohong sir?"tanya Hana akhirnya.

Ethan membawa tubuhnya sejajar dengan Hana dan secara alami kedua tangannya menggenggam jemari tangan Hana.

"Aku tahu kau sedang berbohong Hana. Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku. kumohon katakan padaku apa yang kau sembunyikan. mungkin dengan begitu aku bisa membantumu."kata Ethan dengan wajah serius.

Hana tak mengerti mengapa dirinya membiarkan Ethan menyentuhnya. ia seperti menikmati genggaman tangan Ethan pada tangannya. meski bingung, Hana tetap berusaha mengendalikan pikirannya terlebih saat ia mendengar perkataan Ethan barusan. sejatinya Hana tahu Ethan memiliki insting tajam dan itu bisa meluluh lantahkan pertahanannya.

"Hari ini."ujarnya terhenti, Ethan sedikit menghela nafas." Maksudku beberapa hari yang lalu aku menyewa beberapa penyelidik bahkan seorang pemburu untuk menemukan sedikit informasi tentangmu. Tapi hari ini, dari semua laporan yang mereka bawa kepadaku tak ada satupun yang menyebutkan keluarga miller ada atau informasi lainnya tentang keluargamu dan itu membuatku bertanya-tanya. Hana siapa kau sebenarnya?"

Hana terpaku, Akhirnya hal yang paling ia takuti terjadi. lagi pula cepat atau lambat Ethan pasti akan bertanya hal tersebut. seharusnya ia tahu resikonya apabila berbohong. Ethan memiliki segalanya, dia bisa dengan mudahnya mencari tahu tentangnya yang memang hasilnya akan nihil.

"Hana, apa namamu benar-benar Hana? Atau kau sedang menipuku?" Ethan kembali bertanya. membuat wanita tersebut bingung sekaligus khawatir.

"Hana percayalah padaku. Aku tidak akan mengatakan rahasiamu pada orang lain dan aku tidak akan menghukummu aku berjanji!"

Hana merasa mendapatkan dorongan semangat setelah mendengar janji pria tersebut. Ia ingin sekali berkata jujur sejujur-jujurnya kebenaran tentang dirinya pada Ethan tapi rupanya ego dan perasaan takutnya berhasil mengalahkan semua itu. ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika dirinya saja masih belum yakin.

"Hana."

"Sir aku hanya pelayan miskin yang melarikan diri dari tuannya yang kejam karena hampir memperkosaku. aku minta maaf aku tidak bermaksud menyembunyikan identitasku, aku hanya tidak ingin tuanku yang kejam itu menemukanku, itu alasannya mengapa aku memakai nama palsu. sungguh sir maafkan aku."

Ethan menghela nafas. Ia merasa tidak yakin dengan perkataan Hana tapi untuk sekarang ia akan mencoba percaya pada perkataan wanita tersebut. Jika benar apa yang di katakan Hana adalah kebenarannya maka ia harus melindungi Hana. Ia tidak akan membiarkan wanita ini tersakiti lagi oleh tuannya yang terkutuk itu, sekaligus ia juga akan mencaritahu apa yang ia rasakan saat ini? apa benar ia menyukai Hana atau lebih dari rasa suka? Ia akan mencari tahu.

"terimakasih karena telah mempercayaiku Hana."ujarnya membuat Hana di liputi rasa bersalah.

ya tuhan...hari ini sikap Ethan terhadapnya sangat lembut tapi apa yang sudah Hana lakukan, ia berbohong padanya dan pria itu mempercayainya bahkan mengucapkan terimakasih padanya. tidakkah Hana kejam tapi mungkin inilah yang terbaik baginya dan juga Ethan.

"Hei kau mau bergabung denganku di pesta Hana?" Ethan tiba-tiba saja mengejutkannya dengan ajakannya.

Hana membelalakan matanya."tapi...aku."

"Ada gaun yang sudah kusiapkan untukmu, kau hanya perlu membiarkan Mina membantumu memakai gaun itu, Kau mau kan Hana?"

Satu lagi yang membuatnya makin merasa bersalah. kebaikan Ethan hari ini membuatnya canggung sekaligus bingung.

"Hana mengapa kau melamun hm?"

Hana tertegung. Saat mendengar pria di hadapannya terus menerus menyerukan namanya. Hana dan Hana oh Hana rasanya begitu senang saat sampai di telinganya.

"Sekali lagi Hana apa kau mau ikut bergabung denganku?"

"Maafkan aku sir, aku hanya berpikir aku tidak pantas menerima kebaikanmu."Hana mencoba menolak kebaikan tersebut secara halus.

Ethan menangkap sirat kecemasan dari wanita tersebut. Ia pun lantas tersenyum." Kau tak perlu mencemaskan apapun Hana. Aku tidak akan mengancammu."

"Sir mengapa kau melakukan hal ini kepadaku, apa kau merasa kasihan terhadapku?"

"Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja aku pikir sudah waktunya aku berbuat sesuatu yang baik terhadapmu. Kau seperti tamuku Hana lagipula apa kau tidak lelah terus-menerus bertengkar denganku?" Ethan terkekeh." Sekarang pergilah kekamarmu sementara ku panggilkan Mina untukmu."

Hana tak ingin membantah lagi, ia pun menganggukan kepalanya meski canggung.

...***...

Di dalam kamarnya mina dengan cekatan membatu Hana, dari mulai membersihkan dirinya hingga memakaikan gaun indah untuknya, merias wajahnya dll.

Hana tersenyum melihat refleksi dirinya sendiri di cermin. Ia tidak pernah mendarinya bahwa dengan balutan gaun indah yang panjang dan lebarnya membuatnya mengernyit ia bisa terlihat anggun dan cantik.

Gaun yang Ethan berikan kepadanya sangat indah dan pas di tubuhnya dan ia menyukainya. Warna lembut yang Ethan pilihkan untuknya sangat menyatu dengan warna kulitnya yang putih tapi rupanya hal yang dilakukan Ethan untuknya justru membuatnya sedih. Ia sedih tidak bisa mengatakan yang sejujurnya pada Ethan dan tanpa ia sadari ia sudah melukai pria tersebut.

" aku tahu kau istimewa untuknya miss." Mina berkata, menyadarkan Hana dari lamunannya.

"Istimewa?"

"Ya miss. Kau istimewa untuk tuanku, kau adalah perempuan pertama yang ku layani dan ku perlakukan baik di Mansion ini. Tahukan kau miss, meski kau bukan wanita pertama yang tuan Ethan bawa kemari tapi aku bisa melihatnya bahwa tuan Ethan memiliki rasa terhadapmu, ia menyukaimu."

Hana sedikit tertawa mendengar penuturan Mina. Wanita paruh baya yang patut di acungi jempol karena kasih sayangnya yang tak tanggung-tanggung terhadapnya padahal Hana hanya orang asing, tak ada yang tahu siapa dirinya atau dimana dirinya berasal.

Akan tetapi apa yang dikatakan Mina sama sekali tak masuk akal. bagaimana bisa Ethan menganggapnya spesial dan bagaimana bisa pria itu menyukainya. bukankah selama ini ia sering bertengkar dengan Ethan. jadi kecil kemungkinan Ethan menyukainya. tapi apa yang Ethan lakukan hari ini membuatnya gelisah. jelas, hari ini Ethan terlalu baik padanya. apakah kebaikan Ethan terhadapnya karena pria itu menyukainya? Tidak mungkin.

Selesai dengan urusannya. Hana berjalan keluar dari kamar dan ternyata di depan pintu Ethan sudah menunggunya.

"Kau Sudah siap."

"Kurasa ya."

"Kalau begitu biarkan aku menuntunmu, Hana."

Seraya mengulurkan tangannya. Hana menerima uluran tangan tersebut dengan gugup, parahnya lagi saat ini jantungnya berdegup kencang membuatnya takut sewaktu-waktu akan meledak.

"Rileks Hana."Ethan berbisik. dia bisa melihat ketegangan dari tubuh Hana.

Mungkin Hana tidak tahu. Ketika pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Hana dalam balutan gaun indah. saat itu, perasaan Ethan membuncah. Ethan merasa ingin merengkuh tubuh kecil Hana, Ia juga nyaris ingin membatalkan ajakannya karena takut banyak sepasang mata pria memandangi Hana dengan intens. Tapi ia sadar bahwa Hana bukan siapa-siapa di hidupnya atau ia belum menyadari perasaanya pada Hana namun Ethan yakin cepat atau lambat jawaban akan segera datang.

Dalam hati Hana bertanya-tanya mengenai apa yang di katakan Mina beberapa saat yang lalu.

Hana sedikit melirik ke arah Ethan dan ya dia sempurna seperti biasa. Dengan tubuh tegap, rahang kokoh dan satu lagi mata elangnya membuat Hana terkesima. lalu benarkan seorang Earl dimasalalu menyukainya? apa hal itu mungkin?

Sampai di aula pesta. Semua para tamu mengalihkan perhatiannya kearahnya dan juga pada Ethan.

Hana berjalan pelan dengan canggung. ini pertama kalinya seorang Hana canggung apalagi gugup. mungkin karena ia bukan di dunianya sendiri. karena sejatinya Hana miller terbiasa berjalan di atas catwalk berpose dengan penuh percaya diri, lantang dan mempesona tapi disini ia merasa seperti bubur .

"Kau membawa kejutan Ethan."sahut pria tampan yang jelas Hana tak mengenalnya.

Sementara Ethan tersenyum sambil sesekali melihat ke arahnya.

"Ya aku membawa tamu." Balas Ethan.

"Semua hadirin, semua tamu yang ku hormati perkenalkan dia Hana Miller, tunanganku."

Suara terkesiap dari beberapa perempuan terdengar, begitu pula dengan Hana sendiri.

Hana menatap ke arah Ethan tak percaya. Demi tuhan apa yang baru saja Ethan katakan atau apa mungkin telinganya bermasalah?

"My Lord, apa ia seorang keturunan bangwmsawan Lady ?" Tanya perempuan bertubuh sintal dengan balutan gaun merah menyala.

"Bukan, dia bukan keturunan bangsawan." Sambil menatap Hana." Dia seorang pelayan dan meski dia pelayan siapa yang perduli, dia tetap akan menjadi tunanganku."lanjutnya sambil kembali menatap para tamu.

"Nah sekarang mari kita lanjutkan pestanya."ajak Ethan antusias kepada para tamunya.

"Ethan kita harus berbicara."setelah beberapa saat yang lalu merasa di abaikan, Hana akhirnya berbicara.

"Nanti. dua jam berikutnya kita akan berbicara sekarang cobalah berbaur dengan mereka aku yakin mereka akan sangat dengan senang hati menerimamu. Hana."ujarnya, kemudian berlalu pergi.

Satu jam berikutnya. di dalam aula pesta Hana mendengus kesal 'Sangat dengan senang hati menerimamu, Hana' katanya dasar tolol! mana ada yang mau menerimanya. Hana di kelilingi para lady saat ini dan parahnya ia dengan terang-terangan mendapat cibiran dari sana- sini.

"Seharusnya kau menjadi simpanannya saja."ucap wanita berambut merah, yang Hana tahu bernama Esme.

"Iya, sangat tidak pantas seorang pelayan menikah dengan seorang Earl."balas si rambut pirang yang tidak Hana kenal. raut wajahnya sungguh memuakkan.

"Kau benar temanku, sangat tidak pantas dan tidak tahu diri."kali ini Lady Brenna.

"Apa kau memberikan sihir pada Lord Ethan sampai ia mau bertunangan denganmu."sahut Lady Esme tajam.

"Aku yakin kau pasti memaksanya."kata lady Brenna yakin. sementara sang lady tak di kenalinya hanya termanggut-manggut mengikuti pembicaraan kedua temannya.

"Sudah jelas itu sihir Bren."tukas Lady Esme.

Hana tak menjawab perkataan para lady tersebut namun saat ini tangannya terasa gatal, ia sudah sangat siap memberikan tamparannya tapi dengan sangat terpaksa ia harus menahannya atau jika tidak ia pasti akan mengacaukan pesta. Bersabar untuk keadaan seperti saat ini adalah konyol. tapi apa boleh buat, nanti jika saatnya tiba akan ada seseorang yang tepat untuk menerima tamparannya.

"Hei kurasa sudah waktunya sesi Dansa." Lady Brenna antusias.

"Seperti biasa Lord Ethan pasti mau menerima ajakan dansa dariku."kata Lady Esme menyobongkan diri.

"Tentu saja, kau sudah jelas lebih baik dari pelayan ini." Ucap Lady Brenna memuji.

"Hei...jangan samakan aku dengannya. Karena aku sudah jelas lebih baik darinya, Ayo kita pergi." Balas Lady Esme masih tetap dengan gaya sombongnya. Ketiga perempuan tersebut akhirnya pergi.

Hana mendengus sebal dan kemudian pergi. Ia memutuskan untuk mencari udara di taman namun ketika ia memutuskan hendak menyusuri lorong sebuah tangan menghentikannya.

Hana menoleh menatap kearah seseorang yang kini menahannya dan itu adalah pria yang beberapa hari yang lalu mendapat tamparannya.

"Aku tidak tahu ternyata pelayan yang menamparku adalah kekasih Ethan."

Kekasih...bah konyol dan tolol sekali. Pikir Hana sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan pria tersebut di tangannya namun nihil, ternyata tak mudah melepaskannya yang ada saat ini cengrkaman tersebut semakin erat membuatnya tanpa sadar meringgis pelan.

"Hana miller. Kau sudah menamparku, apa kau tidak akan meminta maaf padaku.

minta maaflah padaku atau aku akan memaksa."

Dan itu membuat Hana mengingat sesuatu. Pria di hadapannya saat ini selain memiliki paras hampir seperti Roy ternyata sikapnya saat ini memang persis seperti Roy mantan kekasihnya dulu. Angkuh dan pemaksa.

"Maafkan aku Sir. kemarin aku tidak sengaja. Jadi, bisakah kau lepaskan aku sir."ucap Hana menahan amarah.

"aku tidak akan melepasmu, bagaimana jika kita melakukan sesuatu terlebih dahulu Hana, sesuatu yang menggairahkan."

Hana terperangah. Ia tahu maksud ucapan kotor pria tersebut dan itu menyulut amarahnya.

"Persetan dengan menggairahkan, lepaskan aku!" Hana berteriak.

"lepaskan dia Richard." Ucap Ethan, berada tak jauh darinya.

Dalam hati Hana bersyukur Ethan datang tepat pada waktunya karena sungguh ia sudah sangat muak dengan segalanya, yang ia inginkan saat ini hanya beristirahat, menenangkan pikirannya sebelum ia berbicara dengan Ethan nanti tapi sepertinya harapannya akan melebur menjadi abu tertiup angin.

"Oh hai saudaraku, kau membuatku takju, bagaimana bisa seorang pelayan menjadi tunanganmu, apa ****** ini memaksamu?"

Dan perkataan sial pria tersebut makin membuatnya kesal.

"Bajingan!"Ujar Hana geram.

"Wow...dan bibirmu sangat nakal. Untuk seorang pelayan memang pas tapi tunangan Ethan..."Richard menggeleng."kurasa tidak."

"Kau pikir aku mau. Tidak sir aku tidak mau, apa lagi menjadi tuangan dari Earl Ethan Thomas Essex lebih baik aku mati hari ini juga!"

Ethan mengetatkan rahangnya saat mendengar perkataan Hana. Ia tidak senang ada seorang wanita yang berani menantangnya. Ethan tidak menyangka ada wanita yang dapat menolak gelar nama bangsawannya sendiri, seolah hal itu adalah sebuah kalimat kotor.

"Richard bibi memancarimu." Ucap Ethan berbohong. Ia sengaja melakukannya agar Richard segera pergi.

"Tapi wanita ini..."

Ethan menatap Richard tajam."Wanita ini," seraya mengalihkan tatapannya pada Hana.

" biar aku yang menanganinya."

Richard menyeringai."Baiklah aku akan pergi. Pastikan kau menghukumnya Ethan."

"Dan selamat bersenang-senang My Lady."ujar Richard dengan sebuah penghinaan.

Tak terima. Hana baru saja akan membalas ucapan Richard tapi Ethan berbicara.

"Ikuti aku Hana!"ucap Ethan memberi perintah.

"Kau pikir aku mau. "Hana menolak.

"Kita harus bicara"

"Kita akan berbicara, tapi di sini!"

"Sial! Ikut aku sekarang juga!"

Hana ingin melawan tapi sekali lagi Ethan sudah lebih dulu menariknya. Kali ini dengan kasar tanpa perasaan.

Sesampainya di tempat yang sama seperti sebelumnya, Perpustakaan. dengan kasar Ethan melepaskan cengkramannya. Tangan Hana sekarang terasa nyeri dan pegal karemanya.

"Puas membuatku kesal. Hana."

Plak....

Hana melayangkan tamparannya. Sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ya tamparan untuk para sang Lady centil harus dengan terpaksa ia tahan, karena ternyata Ethan lah lebih pantas mendapatkannya.

"Keparat siapa yang kesal di sini hah!?" Teriak Hana lantang." Aku yang kesal tuan. Hari ini kau melakukan seauatu yang fatal, kau telah mengatakan aku tunanganmu Bah...tolol sekali."

"Tolol kau bilang! aku melakukannya agar kau mendapatkan seorang teman atau mungkin seorang sponsor yang akan mengubah hidupmu. tergantung kemampuanmu Hana!"

Hana tertawa miris." Mungkin yang kau maksud adalah belas kasihan Sir, tapi maaf aku tidak butuh."

"Aku melakukannya demi kebaikanmu."

"Jika kau memang melakukannya demi kebaikanku lakukan dengan benar, bukan memperkenalkanku sebagai tunanganmu, kau bisa mengatakan hal lain. Aku yakin otak pintarmu tahu sesuatu."

"Apa yang harus kukatakan? Apa aku harus mengatakan kau kerabatku? Itu telalu beresiko."Ethan memprotes.

"Memangnya memperkenalkanku sebagai tunganmu itu tidak beresiko Sir? Kau salah besar sir, aku akan menjadi sasaran para lady tak waras hanya karena kepopuleranmu!"protes Hana tak mau kalah.

"Apa kau bilang? lady tak waras. Jaga ucapanmu woman atau aku terpaksa memotoh lidahmu agar kau tak bisa bicara lagi!"Ethan kembali mengamcamnya.

"Oh...lakukan apapun yang kau mau tuan pengancam. Kau hanya bisa mengancamku dan menggertakku Sir, Bodoh sekali!"

PLAK...

"Dasar wanita hina!!"ucap Ethan bengis setelah puas menamparnya.

"KAU...." ucap Hana tehenti. Ia terengah-engah karena amarah"KEPARAT !!!"maki Hana marah.

"Apa kau baru saja menamparku sir! Sebuah ketololan lain dari seorang Earl yang terhormat, aku membencimu Ethan Thomas Essex."

Tak ada tatapan lain selain tatapan amarah dari keduanya. Dua insan berbeda jenis kelamin itu sama-sama tak ada yang mau mengalah.

Dalam hati Hana menyesal sempat membiarkan dirinya mengingat perkataan Mina. dia tidak akan lagi bertanya-tanya mengenai alasan kebaikan Ethan terhadapnya. pria itu brengsek tidak mungkin Ethan menyukai dan tidak mungkin ia juga menyukai pria itu.

"Aku muak sekali denganmu !" Ucap Hana. Wanita itu bergegas pergi meninggalkan Ethan sendiri. Untuk sekali lagi ia kembali meninggalkan pria itu. masa bodoh dengan amukan pria itu yang terpenting saat ini ia harus pergi, berlari menjauhi kediaman Ethan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!