Mentari Istriku
"Ma, Papa hari ini pulang telat," ujar Yuda pada istrinya.
"Papa ada meeting sampai pulang telat?" tanya Ajeng istri Yuda.
"Tidak, Papa mau jenguk Surya. Kasian dia, Ma. Sekalian mau jemput Mentari," jelas Yuda.
"Mentari jadi tinggal di sini?" tanya Ajeng.
"Jadi, Ma."
Sementara mereka memiliki anak tunggul yang bernama Alga. Di mana anaknya itu belum memunculkan batang hidungnya pagi ini.
"Alga belum bangun?" tanya Yuda lagi.
"Seperti biasa, Pa. Hari Senin, dia pasti telat bangun," jawab Ajeng dengan santai.
Ajeng sendiri sudah tidak heran lagi dengan anaknya itu, karena dia tahu apa yang dilakukan anaknya. Dia pasti menjemput Citra, kekasihnya yang berstatus model.
Disaat Yuda dan istrinya tengah sarapan, Alga pun datang dan langsung mendudukkan diri di sebelah mamanya.
"Pagi Ma, Pa?" Ucap Alga sembari mencium pipi sang mama.
"Alga? Papa gak suka dengan kebiasaanmu yang selalu terlambat ke kantor," cetus Yuda sang papa.
Semetara Alga, dia hanya terdiam karena tidak bisa menjawab. Dia sendiri menyadari akan hal itu, semenjak ia kembali menjalin hubungan dengan Citra, ia sering kesiangan dan terlambat ke kantor.
Alga dan Citra sempat berpisah setelah beberapa tahun silam, dan mereka dipertemukan kembali. Yang di mana, Citra adalah cinta pertama Alga.
Sayang, orang tua Alga sendiri tidak terlalu suka dengan wanita itu. Karena propesinya yang sebagai model yang di mana selalu memakai baju terbuka seperti barang diobral.
Yang membuat orang tua Alga tidak menyukainya adalah, tidak harus selalu terbuka bukan jika di luar kerjaan?
Karena Yuda lebih dulu selesai, akhirnya ia berangkat ke kantor lebih dulu.
"Tunggu, Pa!" kata Alga.
"Habiskan sarapanmu, Papa tidak mau kamu sakit." Yuda pergi meninggalkan anaknya.
Alga hanya bisa menghela napas, ia kembali melanjutkan sarapannya sendiri. Sementara sang mama mengantar suaminya ke depan rumah. Setelah itu, mama Alga kembali duduk di kursi meja makan. Menemani anaknya di sana.
"Alga, jangan membuat Papa tidak menyukai pacarmu." Kata Ajeng sambil merapihkan piring kotor dan hendak menyimpannya ke dapur. Tapi disaat itu juga asisten rumah tangganya datang menghampiri.
"Biar saya saja, Nyonya." Bi Ati datang dan langsung mengambil piring kotor itu.
"Loh, bukannya Bibi masih sakit?" tanya Ajeng dan obrolannya dengan Alga terputus.
"Sudah baikan, Nya," jawab bi Ati.
Setelah kepergian bi Ati, Ajeng kembali berbicara pada anaknya.
"Kamu denger gak sih Mama ngomong!"
"Denger, Ma. Tapi aku kasihan pada Citra jika tidak menjemputnya, Mama tahu 'kan kalau dia model baru? Dia belum punya segalanya, Ma." Alga mencoba memberi pengertian pada mamanya.
"Iya Mama tahu, tapi kalau keseringan begini Papamu bisa marah, Alga. Apa lagi Papamu itu tidak terlalu suka dengannya," jelas Ajeng.
Tidak ingin mendengar ceramah dari sang mama, Alga lebih memilih menyudahi sarapannya meski belum selesai.
"Alga berangkat, Ma." Pamit Alga sembari mencium pipi mamanya.
Ajeng hanya menggelengkan kepalanya, anaknya itu memang susah dibilangin jika menyangkut kekasihnya.
* * *
Alga mulai sibuk di kantor, karena papanya memberi tugas banyak padanya dan itu menyita waktunya. Ia sampai tidak sempat menyapa ponselnya, bahkan sudah beberapa pangilan dan chat masuk. Namun ia membiarkan itu meski ia tahu panggilan dan chat siapa yang masuk.
Tapi sepertinya hanya dengan cara itu agar ia bisa fokus pada kerjaannya.
Disaat Alga sibuk, papanya datang ke ruangannya. Pria paruh baya itu tersenyum melihat keseriusan Alga yang sedang bekerja.
Alga memang orang yang bertanggung jawab. Sedari kecil, Yuda menanamkan sifat itu pada putranya. Alga berumur 28 tahun, cukup matang untuk menjalani rumah tangga.
Yuda tahu, anaknya itu setia pada kekasihnya. Meski sudah cukup matang, ia sendiri tidak menyuruh anaknya untuk menikahi kekasihnya itu. Pria paruh baya itu akhirnya duduk di depan Alga.
"Apa masih banyak pekerjaanmu?"
"Sedikit lagi, kenapa memangnya?" Alga bertanya tanpa menoleh sidikit pun pada Yuda. Karena ia ingin cepat selesai dan ingin menemui Citra, ia sendiri sudah berjanji akan menjemputnya.
"Kamu masih ingat Om Surya 'kan?"
"Hmm."
"Beliau sakit keras, Papa akan menjenguknya sekalian menjemput Mentari."
Mendengar itu, Alga menoleh ke arah papanya.
"Sakit, jemput Mentari. Maksud Papa?" Alga hanya kenal dengan Surya, untuk Mentari ia tidak begitu kenal.
"Iya, sementara, Tari tinggal bersama kita. Kasian dia tinggal sendiri di rumahnya, kamu tahukan semenjak Mamanya meninggal mereka hanya tinggal berdua."
Surya sendiri adalah orang penting bagi Yuda, karena Surya, ia bisa hidup seperti sekarang. Sayang nasibnya tak seberuntung dirinya.
Yuda merasa berhutang budi pada Surya, dan ia akan menjalankan amanah sahabatnya itu. Jika kelak ia tak berumur panjang, ia hanya meminta agar anak gadisnya itu dirawat olehnya.
"Tapi aku gak bisa ikut, Pa. Ada janji dengan Citra," tolak Alga, ia sendiri tahu kalau percakapan mereka mengarah pada bahwa ia harus ikut dengannya menjenguk Surya.
"Ya sudah, Papa berangkat sendiri. Ingat! Jangan pulang larut. Biasakan pulang tepat waktu!" Bukannya apa-apa, Yuda hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada anak tunggalnya. Tahu Citra selalu memakai baju kekurangan bahan dan membuat anaknya terbawa suasana.
"Iya, Pa. Aku janji tidak terlambat pulang. Aku hanya akan menjemputnya dan mengantarnya pulang, tidak lebih," janji Alga.
Karena omongan Alga selalu menepati janjinya, Yuda pun percaya. Anaknya tidak mungkin mencoreng nama baik keluarga.
* * *
"Yuda, Aku titip anakku ya?" lirih Surya yang tengah terbaring lemas di atas branker.
"Kamu tenang saja, Sur. Aku pasti menjaga Tari," jawab Yuda.
"Tari, kamu baik-baik ya di sana? Jangan merepotkan Om Yuda," kata Surya pada anak gadisnya yang bernama Mentari.
Mentari berumur 18 tahun, ia tengah duduk di bangku kelas tiga dan hampir lulus.
"Iya, Yah. Tapi Ayah janji ya? Ayah harus sembuh, aku tidak mau hidup sendiri." Tari mulai menjatuhkan air matanya, ia belum siap ditinggalkan oleh ayahnya apa lagi ibu Tari belum ada setahun meninggal.
"Masih ada Om, Tari." Yuda mengusap lembut bahu Tari, sampai gadis yang terkenal jutek itu akhirnya tersenyum tipis.
"Sudah malam, sebaiknya kalian pulang," titah Surya.
Akhirnya, Mentari ikut bersama Yuda ke rumahnya.
Dalam perjalanan, Mentari mencoba bertanya dan menghilangkan kecanggungan. Tari belum cukup dekat dengan Yuda, meski ayahnya sudah cukup lama menjalin hubungan dengannya.
"Apa rumah Om masih jauh?"
"Sebentar lagi sampai."
Dan benar saja, mereka pun sampai. Tari melihat pagar menjulang tinggi, ia sendiri sampai takjub.
"Ayo, Tari. Masuk?" ajak Yuda.
"Ah, iya. Om."
Tari dan Yuda masuk ke dalam rumah.
"Bi, ajak Tari ke kamar tamu."
"Maaf, Tuan. Kamar tamunya sedang dalam perbaikan."
Yuda nampak berpikir, karena kamar tamu hanya ada satu, sementara kamar yang lain masih kosong tanpa adanya kasur di dalamnya. Akhirnya ia putuskan.
"Ajak dia ke kamar Alga."
"Baik, Tuan. Ayo, Non," ajak bi Ati.
...----------------...
Semoga readers suka dengan cerita ini, jangan lupa vote, like, dan komen. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Adi Raffi Prasetya
wahhhh.....bigin penasaran ceritanya.
2023-03-27
0
Qaisaa Nazarudin
Seperti yg ku baca di nivel2 lain,Biasanya cewek Model selalunya suka selungkuh,dan biasa melakukan sex bebas,,
Mampir thor🙋🏻♀️🙋🏻♀️
2023-02-01
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
lanjut
2022-12-04
0