Di kantor, Alga sudah bergelut dengan pekerjaannya. Ia sibuk hari ini, disaat sedang sibuk, ponsel miliknya berdering.
Alga langsung saja mengangkatnya karena ia melihat ID pemanggil, dan itu dari mamanya.
"Iya, Ma. Ada apa?" jawab Alga pada sambungan itu.
"Jemput Tari, terus ajak ke rumah sakit. Papanya kritis," kata Ajeng di sebrang sana.
"Iya, Ma." Tanpa menolak Alga langsung beranjak dari tempatnya untuk menjemput Mentari. Kali ini ia tidak mengeluh untuk itu, ia kenal dengan Surya, sahabat papanya.
Di perjalanan, Alga terus menghubungi Tari. Takut gadis itu pulang lebih dulu, tapi sayang ponsel milik gadis itu tidak bisa dihubungi. Akhirnya, Alga menambah kecepatan kendaraannya. Hingga tak lama, ia pun sampai di sekolah Tari.
Nyatanya gadis itu sudah menunggu kedatangannya sejak tadi. Mentari sendiri sudah tahu dari orang tua Alga kalau ayahnya semakin kritis. Saat mobil pria itu sampai di hadapan Tari, gadis itu langsung saja masuk.
Mobil kembali melaju, tanpa ada percakapan di sana, hanya terdengar isak tangis dari Mentari. Alga hanya melirik sesekali ke arah gadis itu. Lalu, ia memberikan selembar tisu padanya, Tari meraih tisu itu tanpa menoleh sedikit pun.
Sampailah mereka di rumah sakit.
"Tante, bagaimana keadaan Ayah?" Tari terlihat begitu panik, ia takut ayahnya meninggal seperti ibunya yang lebih dulu pergi meninggalkannya.
"Ayahmu sudah ditangani Dokter, semoga saja kritisnya bisa dilalui. Kamu jangan khawatir ya, Tari. Dokter pasti memberikan yang terbaik untuk Ayahmu." Ajeng menenangkan gadis kecil itu.
Sementara Alga, ia hanya bisa melihat gadis yang terus terisak tanpa menyapanya. Karena mereka memang belum kenal satu sama lain. Tak lama dari situ, Dokter keluar.
"Dok, bagaimana keadaan Ayah saya?" tanya Mentari.
"Beliau tidak apa-apa, tadi hanya ada masalah dengan selang inpusnya. Sedikit tidak berjalan normal," jelas dokter. Dan itu membuat Mentari dan yang lainnya merasa lega.
"Syukurlah," sahut Ajeng.
Ayah Mentari mengidap kanker, dan penyakitnya sudah sangat parah. Yuda dan istrinya menyembunyikan penyakit serius yang diderita Surya pada Mentari. Karena itu keinginan Surya, ia tidak ingin melihat anak semata wayangnya menjadi sedih, gadisnya harus tetap bahagia meski kelak ia akan pergi meninggalkan anaknya untuk selama-lamanya.
"Apa saya sudah bisa menemuinya, Dok?" tanya Tari.
Dan dokter itu mengangguk. Mendapat anggukkan dari dokter, Tari segera masuk menemui ayahnya. Sang ayah terlihat sedang pulas, Tari sendiri tidak berani membangunkannya.
"Ayah," lirih gadis itu ketika melihat kondisi ayahnya semakin hari terlihat semakin kurus.
Yuda dan Ajeng menyusul Mentari, serta Alga pun ikut masuk, dan lagi-lagi ia melihat Tari tengah bersedih.
Perlahan, Surya membuka mata. Ia melihat semua orang sudah berkumpul di hadapannya.
"Tari," kata Surya.
"Ayah." Mentari menghamburkan diri ke pelukkan ayahnya, gadis itu semakin menangis.
Ajeng dan Yuda pun ikut bersedih melihat mereka. Entah apa yang dirasakan Alga, apa pria itu kasihan pada gadis yang selalu membuatnya marah?
"Yuda, terimakasih sudah menjaga anakku," ucap Surya.
"Sudah sepatutnya aku ikut menjaga anakmu, Surya. Kami sudah menganggap Tari sebagai anak kami," jawab Yuda. "Ada Alga yang ikut menjaga Tari, iyakan, Alga?" Ucapnya sembari melirik ke arah Alga.
"Ah iya, Om. Om tenang saja, dia aman bersama kami," sahut Alga kemudian.
Karena Surya harus banyak istirahat, Mentari dan yang lainnya pun pulang. Yuda menyuruh perawat untuk menjaga ekstra sahabatnya itu, jadi Mentari tidak perlu menunggu seharian ayahnya di rumah sakit. Mentari harus tetap menjalani kehidupannya, ia tidak boleh terpuruk.
* * *
Dua hari telah berlalu.
Sekarang, Alga setiap hari antar jemput Mentari. Meski terkadang anak itu sering membuatnya kesal, karena gadis itu susah diatur. Entah apa penyebabnya, mereka tidak akur. Ada saja yang membuat mereka berselisih paham.
"Tunggu di tempat biasa, ingat jangan kemana-mana selagi aku belum datang. Waktuku bukan cuma mengantar jemputmu," kata Alga disaat ia mengantar Tari ke sekolah.
"Makanya jangan lama-lama," keluh Tari. Ia sendiri merasa bosan jika Alga terlambat menjemputnya, menunggu itu sangat membosankan. Pikirnya.
Setelah mengantar Tari sekolah, Alga segera pergi dari sana. Karena ada janji dengan Citra.
* * *
Mentari dan Bunga tengah berada di kanting. Mereka sedang istirahat dan sedang makan bakso.
"Tari, seneng banget sih jadi kamu," kata Bunga teman sekelas Tari.
"Seneng apanya?" Tari balik bertanya.
"Ya ampun, Tari. Masa gak paham sih apa yang aku ucapkan." Se-oon itu sahabatnya itu sampai ia tidak peka, pikir Bunga.
"Kalau ngomong itu langsung aja pada intinya deh, gak usah berbelit-belit. Jangan bikin pusing."
"Aku ngiri aja jadi kamu, di rumah ada si ganteng. Nanti pulang sekolah si ganteng kedua sudah nangkring di depan gerbang." Yang dimaksud Bunga itu Alga dan Chiko. Kedua pria yang sama tampannya.
Sampai teman-teman Mentari merasa heran, apa kelebihan dirinya? Hampir semua teman pria di sekolahnya menyukai Mentari. Sudah cantik pintar juga. Banyak kelebihan yang di miliki Tari. Tapi sayang, kelebihan itu tidak terlihat oleh Alga. Malah mereka seperti tom and jerry.
"Bunga, bisa tidak kalau di sekolah jangan bahas si Om itu." Menurut Tari, Alga biasa saja. Ia lebih suka Chiko, pria itu terlihat lebih ramah dari pada Alga.
"Ya, ya ... Eh iya, bentar lagi kita ujian. Kata temen-temen sih setelah ujian nanti kelas kita mau ada kemping, kamu ikut gak?" tanya Bunga pada Mentari.
"Gak tahu, aku lihat kondisi Ayahku. Kalau beliau sembuh aku ikut." Disaat mereka sedang berbincang, suara bel terdengar. Itu menandakan bahwa jam istirahat mereka sudah selesai. Tari dan Bunga pun menyudahi obrolan mereka karena sudah harus masuk kelas.
Sementara Alga, pria itu tidak bisa menghubungi kekasihnya, entah kenapa ponselnya tidak aktif. Dan lagi, kekasihnya itu tidak ada di tempat pemotretan. Sampai jam menunjukkan angka 2, itu artinya ia sudah harus menjemput Mentari.
Karena Citra tidak bisa dihubungi, Alga putuskan untuk menjemput Mentari. Alga sudah sampai di sekolah Nusa Bakti, murid-murid sudah terlihat sepi. Mentari juga tidak ada di tempat di mana Alga menyuruhnya untuk menunggu di tempat biasa.
"Kemana bocah itu?" Alga sudah sering dibuat pusing oleh gadis itu, hingga matanya menangkap sosok yang ia cari.
"Enak ya berduaan di sini, aku sudah bilang tunggu di tempat biasa. Ayok pulang." Ucap Alga sembari menarik tangan Tari, ternyata gadis itu tengah bersama Chiko.
Sebelum Alga sering menjemput Tari, Chiko yang selalu menjemput gadis itu. Tidak heran jika ia selalu berada di sana di jam sekolah pulang.
"Mas Chiko, aku pulang dulu ya, dadah ..." Mentari melambaikan tangan pada arah Chiko.
Sementara Alga, ia kesal dengan Mentari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Gilang Hamzah
Si citra ny lagi selingkuh x om Arga...🤣🤣🤣
2021-12-30
1
nurul hidayah
q mampir thor
2021-11-07
0
Azizka Amelia Putri
jagan2 pacar nya alga selingkuh🤭🤣🤣🤣🤣🤣💪🏻
2021-11-03
3