Mentari dan bi Ati sampai di kamar Alga. Gadis itu melihat seisi kamar, ia mendengar jelas tadi, bahwa kamar ini pemiliknya adalah pria. Kamarnya terlihat sangat rapi, cat berwarna gold. Sungguh, Tari merasa nyaman di kamar ini.
"Bi, apa kamar ini tidak terisi?" tanya Tari kemudian, padahal ia hanya ingin tahu saja karena tadi Yuda bilang 'ajak ke kamar Alga.'
"Kamar ini diisi oleh Den Alga, Non."
"Nanti kalau Alganya pulang bagaimana?" Tidak mungkin mereka tidur satu kamar bukan?
"Itu urusan, Tuan. Maaf ya, Non. Bibi permisi." Bi Ati pun langsung undur diri, karena ia merasa sudah mengantuk.
Setelah kepergian Bi Ati, Tari memindai seisi kamar. Cukup puas akan hal itu, ia mulai merebahkan diri di kasur. Kasur yang sangat empuk hingga tak terasa, ia tertidur dengan cepat ditambah lagi, ia memang sangat lelah hari ini.
Bolak-balik, rumah, sekolah, dan rumah sakit. Cukup menguras tenaganya hari ini. Hingga dengkuran halus pun mulai menggema.
* * *
"Semoga saja semuanya sudah tidur?" ucap Alga yang baru saja sampai. Ia melirik jam di tangan, waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia pun berjalan mengendap-endap, tidak ingin membuat isi rumah terbangun.
Karena ia pun sudah mengantuk berat, akhirnya ia langsung tidur tanpa menyalakan lampu yang terlihat gelap gulita di kamarnya.
Karena posisi Tari tidur di sisi sebalahnya, jadi Alga tidak mengetahui ada orang yang sudah tertidur di ranjangnya. Tanpa berlama-lama, Alga menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ia mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan pulasnya.
Beberapa jam kemudian, mereka merubahkan posisi. Mereka tertidur saling berpelukan, yang mereka kira sedang memeluk guling.
Hingga akhirnya, Tari lebih dulu terbagun. Karena penciumannya mencium aroma parfum laki-laki.
Disaat Tari membuka mata, betapa terkejutnya ia berada dalam dekapan seorang laki-laki yang tak ia kenali.
"Aaaaa ...," teriak Mentari.
Seketika Alga terbangun karena suara Tari begitu kencang. Bukan cuma Alga yang terbangun dengan teriakan itu, mama papa Alga pun terbangun, dan langsung menghampiri ke sumber suara.
"Ada apa, Tari?" tanya Yuda sebelum ia melihat keberadaan putranya di sana.
Tanpa menjawab, Tari melindungi tubuhnya dengan kedua tangannya yang menyilang di dada.
"Apa sih pagi-pagi sudah ribut?" tanya Ajeng yang baru saja tiba, tak lama ia menyadarinya.
"Alga ... Kamu berani mengajak perempuan menginap dan tidur satu kamar?" Ajeng marah tanpa mendengar penjelasan Alga. "Papa, kenapa Papa diam saja?" sambung Ajeng pada suaminya.
Yuda terdiam, ini memang salahnya tidak memberitahu Alga akan keberadaan Mentari, tapi seharusnya anaknya itu tahu kalau ada orang di kamar ini. Tidak mungkin Alga tidak tahu bukan? Pikir Yuda.
Tanpa ba, bi, bu, be. Yuda memarahi Alga.
"Kamu itu apa-apaan, Alga. Sudah tahu ada orang di sini, kenapa tidur di sini?" Yuda pun menyalahkan anaknya, bahkan sudah jelas kalau ini adalah salahnya.
"Siapa yang mengizinkan orang lain tidur di kamarku? Ma, aku tidak tahu ada perempuan di sini," jelas Yuda.
"Heh, siapa kamu? Kenapa tidur di kamarku?" tanya Yuda pada Tari.
"Aku, Tari. Yang mengizinkanku tidur di sini Om Yuda," jawab Tari dengan jelas, karena ia merasa ada hak untuk tidur di sini setalah mendapat izin dari si pemilik rumah.
Mendengar jawaban Mentari, mata Alga langsung tertuju pada papanya. Ia tak terima karena sudah disalahkan oleh mamanya akan keberadaan gadis yang tak ia kenali itu.
"Papa ... Kenapa Papa bisa ceroboh seperti itu?" Ajeng menyalahkan suaminya akan kejadian ini. "Kalau terjadi sesuatu di antara mereka bagaimana, Pa?"
"Tidak ada yang terjadi apa-apa," jawab Tari dan Alga bersamaan. Hidung mereka sudah kembang kembis menahan amarah masing-masing. Mereka berdua merasa dirugikan di sini, tapi bingung harus menyalahkan siapa? Tidak mungkin juga ia menyalahkan Yuda, Alga sendiri tidak berani.
"Sudah-sudah, malu kalau sampai didengar tetangga," ujar Yuda. "Alga, sebaiknya kamu keluar," titah Yuda pada anaknya.
"Kenapa harus aku? Dia saja yang
keluar, inikan kamarku." Jelas Algi sambil melirik tajam ke arah Mentari.
Mentari sendiri tidak kalah menunjukkan mata tajamnya pada si pemilik kamar.
"Apa kamu lihat-lihat? Sudah sana keluar!" tegas Alga
"Dasar, bukannya minta maaf malah ngusir," batin Tari yang mendumel.
"Alga, sebaiknya kamu yang keluar. Biarkan Tari di sini, kasihan dia," ucap Ajeng yang mulai menyadari bahwa gadis itu adalah Mentari yang dijemput suaminya semalam. Karena semalam ia sudah tidur, jadi tidak tahu bahwa dia adalah Tari.
Rela tidak rela, akhirnya Alga keluar dari kamarnya sendiri. Berjuta kekesalan yang ia rasakan pada gadis itu.
Setelah kepergian Alga, Tari bernapas lega.
"Sebaiknya kamu mandi, Tari. Bukankah kamu harus sekolah hari ini," ujar Yuda.
Tari mengangguk, dan langsung bergegas ke kamar mandi.
* * *
Dengan menggerutu, Alga pun akhirnya menempati kamar tamu. Kamar yang masih dalam perbaikan itu kini ia tempati secara terpkasa. Ia menemui bi Ati yang sedang berada di dapur.
"Bi, tolong ambilkan baju-bajuku di kamar," titah Alga pada bi Ati.
Bi Ati mengangguk dan langsung pergi ke kamar yang di tempati Mentari.
Tok tok tok
"Non, ini Bibi," ucap bi Ati setelah mengetuk pintu.
Pintu pun terbuka, dilihatnya oleh bi Ati. Mentari sudah siap dengan seragam putih abu-abunya.
"Ada apa, Bi?" tanya Tari setelah pintu terbuka.
"Mau ambil baju Den Alga, Non."
"Oh." Mentari membuka lebar pintu, dan mempersilahkan bi Ati masuk ke dalam sana. Sementara si bibi masuk, Tari keluar karena ia sudah siap berangkat sekolah.
"Mentari, sini." Ajeng melambaikan tangannya ke arah Tari, mengajak gadis itu untuk sarapan bersama. Ia pun akhirnya menghampiri pasutri itu yang di mana ada Yuda dan istrinya.
"Ini, makan yang banyak." Ajeng menyodorkan piring yang sudah terisi penuh dengan makanan.
"Tante, ini kebanyakan," kata Tari, ia tidak terbiasa makan sebanyak itu.
"Kamu harus banyak makan, biar tubuhmu sedikit berisi." Ajeng merasa Mentari terlihat sangat kurus, ia merasa kasihan dengan gadis itu. Mendengar cerita dari suaminya, Tari berhak mendapatkan dengan semua ini. Perjuangan Surya membantu Yuda berhasil sampai detik ini, itu membuat Yuda dan Ajeng harus membalas semuanya.
Disaat Ajeng dan Yuda perhatian pada Mentari, Alga datang dan duduk bersebrangan dengan Tari. Pria itu fokus pada makanannya tanpa menoleh ke arah Tari sedikit pun. Terlebih lagi ia cemburu karena orang tuanya lebih memperhatikan gadis itu.
Sekilas ia melirik ke arah Mentari.
"Oh, masih sekolah ternyata," batin Alga.
"Alga, kamu sekalian antar Mentari ya?" ucap Yuda.
Alga sampai tersedak mendengarnya, kenapa harus ia yang mengantarnya? Tidak tahu apa kalau Alga masih dongkol dengan kamarnya yang di tempati secara paksa oleh gadis itu.
"Tidak usah, aku bisa naik angkutan umum," tolak Tari.
"Baguslah," batin Alga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Khai Rin
bgus crtanya lanjut Thor!!
2021-11-02
0
Azizka Amelia Putri
lanjut thorrr semangat terus
2021-11-02
0