Episode 05 : Harimau Api ?

Satriaji sampai di tempat tujuannya. Dia berbalik badan, tiga harimau api semakin mendekat ke arahnya sampai menerbangkan debu saking cepatnya kala mereka berlari. Sementara itu manusia yang ingin diincar mereka diam berdiri saja tanpa melakukan apapun, matanya terpejam untuk beberapa saat akan tetapi setelah kelopak matanya terbuka ia berpindah tempat.

Kucing besar terlihat waspada akan keberadaan mangsa mereka yang menghilang, walaupun begitu Satriaji sedang bersembunyi di balik pohon tengah menatap telapak tangan. Dalam benaknya ia mengingat cara menggunakan sihir angin, berpikir jika itu hanya sebuah kebohongan semata dia sekarang percaya sesudah melihat harimau punya selimut api membungkus seluruh tubuh.

Dia keluar dari tempat persembunyian. Dan berkata dengan suara lantang, "Mati kalian!"

"Roarr!" Harimau itu mulai terdorong oleh angin yang keluar dari telapak tangan Satriaji. Bagaikan angin kencang yang memaksa mereka untuk jatuh ke sungai, karena dorongan yang kuat dari angin tersebut ketiga harimau itu tercebur ke dalam air dan segera setelahnya selimut api padam. Mengambil kesempatan untuk menembak mati mereka, Satriaji terdiam menatap perkelahian harimau dan ikan..

Mata Satriaji terbuka lebar, tubuhnya bergetar melihat pemandangan yang belum pernah di lihatnya seumur hidupnya.

"Apa ini yang disebut perkawinan antara ikan salmon dan buaya ?" Senyum kecutnya itu mengukir ekspresi konyolnya. Hitungan detik kemudian para harimau berhasil di makan, bergegas untuk menghabisi ikan tersebut Satriaji menembak dengan senapannya menghancurkan seluruh ikan sampai meledak.

"Peluru sihir telah habis jadi aku akan pulang saja dan membiarkan mayat ikan itu ? Tapi,.. entah mengapa aku berpikir harusnya itu enak.." tatapannya fokus pada bangkai ikan itu. "Ya bangkai ikan bisa di makan!" Lanjutnya bicara bernada tinggi.

***

Hanya sanggup membawa satu ikan saja, ia berpikir takkan bisa membawa ikan sebesar buaya dengan sisik aneh beserta kepalanya. Sempat berpikir untuk langsung menuju perkemahan, ia menunggu rekan satu kelompoknya di tempat mereka bubar akan tetapi Satriaji yang pertama sampai.

Dalam hitungan detik kemudian Vlad datang membawa satu bangkai serigala berbulu biru, mereka saling menatap. Hanya saja tatapan Vlad tidak bisa berpaling selain pada ikan raksasa di samping temannya.

"Itu ikan apa buaya woi!" Tunjuk Vlad terkaget. Tidak heran lagi dengan reaksinya pertama terhadap ikan ini Satriaji menghembuskan napasnya, mereka saling melihat hasil buruan dan harusnya mereka belum bisa menjual bangkai monster karena belum lulus. Hanya saja masing-masing memiliki niat tersendiri.

"Mau kau apakan serigala itu ?"

"Bulunya sangat bagus kupikir akan aku gunakan ingin hal lain, kak." Vlad melempar senyuman. Mereka pun berdua menunggu kelompok mereka untuk kembali, jika sampai tidak ada anggota yang tidak datang sebelum gelap, maka mereka perlu mengambil tindakan untuk mencari atau meninggalkannya.

Memikirkan itu saja sebagai ketua Satriaji begitu takut untuk memikirkan akan terjadi sesuatu pada mereka, dan syukur mereka semua datang sebelum gelap membuat perasaan cemasnya lenyap. Seusai beristirahat sejenak mereka kembali ke perkemahan. Dalam waktu sebentar semuanya sampai di perkemahan, ada banyak tentara yang berjaga berserta senjata berat berjejer.

"Rasanya kita mau perang saja," gumam Satriaji menatap sekumpulan tank yang berjajar rapi. Artha datang menghampiri keduanya, tetapi pandangan kosongnya itu mengarah pada serigala yang dibawa oleh Vlad. Terlihat seperti ingin menerkam entah mengapa Satriaji melihat temannya seperti ketakutan, dan seseorang muncul secara tiba-tiba memeluk Artha mendekapnya erat.

Seketika mulut Artha terbuka lebar, ia menggigit pipi gadis berambut merah muda bernama Wiyanti itu sampai mengeluarkan darah. Wiyanti mencengkram kedua tangan lelaki yang mengigitnya, dia menoleh ke belakang meminta ikan dan serigala yang dibawa oleh mereka berdua dengan senyum kecilnya.

"Uhh.. boleh.." Satriaji memberikan ikan menyeretnya pada gadis ini sembari menatap Artha kelihatan seperti hewan buas yang kelaparan. Selepas ikan itu berada di hadapan Artha menggeram, membuat bulu kuduk Satriaji berdiri saking takutnya walau ia tahu kalau temannya tengah tidak sadarkan diri dan gadis yang sedang bersamanya memberikan potongan daging ikan mentah.

Artha masih menggeram. Gadis ini menghela napas, ia mengelus pipinya sehingga Satriaji sadar sejak kapan lukanya sembuh. Dan tidak lama sesudahnya ia memotong tangannya mendadak membuat hampir semua yang melihatnya kaget, Sarah bercucuran mengalir ke tanah seperti air keluar dari keran begitu deras.

Sedangkan lelaki bernama Artha ini memakan tangan Wiyanti dengan lahap seperti orang kelaparan sekaligus kesurupan. Mata Satriaji mengeras, bibirnya bergetar sama seperti sekujur tubuh melihat pertama kalinya Artha memperlihatkan sosok yang sebenarnya dan alasan mengapa lelaki ini sangat tertarik akan makanan namun, terlihat tak seperti memiliki ***** makan sedikitpun.

"Satriaji ?!" Panggil Vlad mendekat padanya. Lelaki ini jatuh pingsan terkapar di tanah, remaja ini mencoba untuk membangunkannya tetapi hasilnya nihil. Mengangkatnya untuk membawa ke tenda tim medis, bergegas Vlad pergi ke sana bersama kelompoknya cemas pada teman mereka.

Sementara itu Wiyanti mengelus rambut kekasihnya sebelum berkata, "pelan-pelan loh.. lagi pula kalau pun kamu menolak, pada akhirnya kamu mengigit pipiku karena lapar bukan, Artha si serakah ?"

"..! A-A-Apa yang aku..." Cahaya pada matanya kembali. Lelaki ini menatap tangan seseorang yang sedang berada di mulutnya, merasa mual karena itu ia muntah merasakan jijik bersamaan dengan mulut penuh darah dan bau karat besi tercium kuat di hidungnya. Rasa lapar juga terus menguasainya untuk terus makan.

"Tenang saja kemampuan regenerasi cepat masih aku miliki!" Senyum itu mengarah pada Artha. Artha bukannya membalas perkataannya malah membisu, wajah keputusasaannya itu tampak jelas dan sama sekali tidak bisa disembunyikan sebagus apapun wajah keduanya itu. Selama ini hanya gadis ini yang menjadi obat untuk kesendiriannya, seumur hidupnya ia selalu terus serakah akan segala hal.

"Aku ingin berubah.." air matanya terteres mengalir dari pelupuk mata ke pipi. Kedua pipinya memerah, sama seperti mata yang memerah dan air liur keluar dari mulutnya. Melihat lelaki di depannya menangis tersedu-sedu Wiyanti berjongkok, ia mengelus rambut remaja lelaki di hadapannya seraya tersenyum kecil.

Sementara itu para tentara melihat mereka berdua dengan tatapan kecurigaan penuh pada keduanya, terlalu banyak hal aneh yang menimpa mereka. Apalagi anak berambut putih itu selalu memakan daging mentah, terlebih lagi terkadang hampir semua prajurit yang ada di sini selalu mendapati dirinya sedang mengamuk seperti hewan buas.

Hanya gadis itu yang bisa menenangkannya sehingga kepsek terpaksa memasukannya ke dalam kelompok gadis itu, walau anak perempuan yang bersamanya berada di kelas khusus.

"Sudah-sudah.. lebih baik Artha segera mencuci muka dan tidur," ujar Wiyanti membantu Artha untuk berdiri. Dengan lemas ia berdiri dibantu orang yang selama ini terus direpotkan olehnya terus-menerus, sampai sekarang pun Artha tidak bisa lepas dari manusia yang memilki kemampuan regenerasi seperti dirinya.

Terpopuler

Comments

Surya Putra

Surya Putra

Hah? salah nulis ya thor kok Sarah sih wkwk Harunya darah

2021-12-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!