Episode 03 : Kelas

Besoknya, mereka berdua tidak mengatakan apapun karena Artha pulang tanpa mengatakan apapun dan bersikap seperti biasanya. Mereka bingung mengapa harus meminum darah, sempat ingin bertanya akan tetapi keduanya seperti enggan untuk bertanya pada orang yang bersangkutan.

"Katanya, ada monster keluar dari pintu loh."

"Benarkah ? Hmm.. Ji, apa kelasmu akan menghadapinya ?" Tanya Vlad merespon perkataan Artha barusan. Orang yang ditanya terdiam memikirkan tentang bagaimana cara agar mereka tidak perlu menghadapi ancaman semacam itu, mau bagaimanapun juga semua yang ada di sekolah ini hanya remaja berumur 17 tahunan. Hanya sekumpulan remaja penuh kesombongan, hal itu saja yang terlintas di pikirannya.

Terlebih lagi bentuk musuh mereka sangatlah aneh, terlebih lagi zombi yang menyelinap masuk ke dunia dengan tubuh seperti manusia biasa. Penampilan mereka saja yang kelihatan aneh, harusnya mayat hidup tidak nyata dan mahkluk itu tidak bisa bertahan selama beberapa jam kalau ada matahari. Bahkan panasnya begitu panas, pasti daging mereka akan membusuk begitu juga dengan para lalat yang mengerumuni mereka harusnya menghancurkan daging mereka.

Sangat tidak wajar baginya, namun Fauzan tahu kalau semua ini nyata bukanlah mimpi belaka dan entah mengapa dia membenci kekuatan yang ada di dalam dirinya. Kalaupun memang benar dia bisa menyelamatkan banyak orang, akan tetapi dia merasa tidak terima dengan apa yang ada di dalam dirinya sendiri.

Bel berbunyi, namun terdengar agak keras dan aneh tidak seperti biasanya..

"Pengumuman! Kelas 3-A, kelas 3-B, kelas 3-C, kalian diharapkan untuk pergi ke lapangan segera! Cepat!" Suara dari speaker. Semua orang di kelas mendengar, kelas tiga yang dipanggil segera bergegas menuju lapangan begitu juga mereka bertiga yang tengah duduk di bawah pohon. Karena jaraknya dekat mereka sampai duluan datang.

Kepala sekolah duduk di depan, dia sedang melihat layar ponselnya dengan tatapan tajam penuh keseriusan. Beberapa saat setelahnya semua yang dipanggil datang, mereka berbaris sesuai barisan kelas mereka masing-masing kecuali kelas C yang masih tidak teratur dan hanya Artha yang berbaris seorang diri.

Kepsek menghembuskan napasnya lalu ia berdiri, melihat pria di depan ingin berteriak Artha mendekat ke teman sekelasnya.

"Kalian semua cepat berbaris!" Teriaknya. Semua teman sekelasnya mendengar, begitu mendengar suara Artha semuanya kini berbaris dengan rapi tidak seperti sebelumnya. Kepala sekolah sekarang lega melihat semuanya sudah berbaris, karena lelaki itu kelas C bisa diatur. Tanpa dirinya satu kelas itu akan dipenuhi orang tidak benar saja.

Satu kelas memiliki 20 murid, diantara 10 laki-laki dan sisanya perempuan. Totalnya di sini ada 60 orang membuat kepsek merasa mereka tidak bisa menanggung semuanya sendirian, tapi ia merasa kalau semua murid yang ada di sini terlihat sudah siap secara fisik bukan mental kecuali beberapa orang di kelas C yang terlihat sudah siap segalanya.

Kepala sekolah menjelaskan semuanya dengan judul "ujian kelulusan", semua orang yang mendengar kabar tersebut kelihatan ketakutan termasuk guru yang ada di sana. Beberapa murid memejamkan mata, ketakutan tampak jelas di raut wajah hampir seluruh murid yang ada di lapangan. Tegapnya berdiri mereka hanya sementara.

Tidak terlalu bagus untuk memgirim remaja, akan tetapi hal aneh semacam ini terlalu menarik perhatian banyak orang apalagi masyarakat yang meminta perlindungan. Hanya itu tidak memungkinkan mengirim para tentara, mungkin wajar untuk menghadapi naga, mayat hidup, dan mahkluk lainnya yang ada di balik Pintu itu.

"Kami akan memberikan kalian senjata sesuai kemampuan kalian," ujar kepala sekolah melirik satu guru di sampingnya. Guru ini mengangguk. Dia pergi ke belakang, membisikan sesuatu pada beberapa orang segera setelahnya mereka pergi seusai berbisik-bisik dengannya dan selang beberapa menit berlalu, mereka kembali membawa sekumpulan kotak penuh dengan senjata.

"Kalian yang di panggil maju ke depan dan ambil senjata kalian!" Teriak guru pada semua murid. Dan memerlukan satu jam untuk membagikan senjata, Satriaji sendiri mendapatkan senapan serta sebuah pistol tanpa peluru dan nantinya bisa diisi oleh tenaga hidup. Tenaga hidup sendiri digambarkan seperti energi sihir dalam game, Satriaji tahu akan hal itu tapi tak menyangka bisa menggunakannya dengan telapak tangan sendiri.

"Lihatlah, ada seseorang yang tidak memilki senjata sama sekali.." bisik seseorang gadis pada temannya di samping Satriaji. Lelaki ini tak heran lagi, ia hanya bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka bila meremehkan ataupun melakukan hal ceroboh nantinya seperti berjalan sendiri-sendiri, seraya memikirkan hal tersebut seorang gadis lewat di hadapannya.

"Kelas Khusus ?!" Ucapnya dalam hati. Gadis ini melangkah menuju Artha, mereka saling memandang dengan tatapan yang saling mengenal akan tetapi dia tidak tahu hubungan apa yang dimiliki oleh gadis ini dengan teman sekamar sekaligus teman masa kecilnya. Awalnya keduanya tampak bermusuhan contohnya saat Artha mencuri sesuatu di asrama perempuan.

Terlebih lagi gadis ini yang baru saja lewat kelas Khusus, sebuah kelas dengan sejumlah orang-orang hebat yang memilki Fytal. Senjata dengan kemampuan tambahan, banyak hal yang bisa dilakukan oleh senjata tersebut semacam benda yang bisa mengeluarkan api dan semacamnya tanpa bantuan satupun teknologi.

"Sihir kah ?"

"Hey, Satriaji! Apa kau akan menjadikanku sebagai salah satu anggota kelompok ?!" Tanya teman sekelasnya bersuara keras. Satriaji menghembuskan napas, ia membuang napas panjang sebelum melanhkah mendekati teman sekamarnya melihat gadis ini memberikan tangannya pada Artha. Tanpa melihat wajahnya lelaki ini menolak Satriaji untuk satu kelompok dengannya.

"Eh ?" Satriaji membuka mulutnya menganga sebentar. Tak lama, Vlad bersama yang lain memintanya untuk satu kelompok bersamanya karena bus akan berangkat sebentar lagi. Mereka akan dikirim sesuai kemampuan kelompok masing-masing, terpaksa untuk membiarkannya bersama orang lain ia masuk ke kelompok lain.

***

Satu jam berlalu, gerbang besar seperti dua pintu masuk berdiri di hadapan mereka dengan ukuran yang sangat besar melebihi pesawat. Pintu ini terbuka. Sepasang mata memandang mereka, seluruh murid tampak waspada akan tetapi terdengar suara kaca pecah dan gemuruh badai bersamaan dari balik pintu.

"Satriaji, apa kau tidak menyadari ?" Tanya Vlad di sisinya.

"Menyadari apa ?" Tanya Satriaji. Remaja yang bertanya menoleh ke belakang, terlihat Artha tidak memiliki kelompok selain bersama gadis berambut merah muda itu dan mereka kelompok terakhir yang akan di kirimkan kalau terjadi sesuatu. Kelompok cadangan.

"Tanpa darah Artha takkan bisa hidup, bukan ? Lantas selama ini dia meminum darah siapa.. ya gadis itu."

"Eh ? Ah, ya tunggu bukannya.." perkataannya terhenti mendadak. Segerombolan mayat hidup keluar dari pintu, mereka terseok-seok berjalan menghampiri para murid yang tengah menggenggam senjata di tangan walau terlihat jelas ketakutan menyertai mereka semua yang ada di tempat ini. Hanya Satriaji yang tidak mengangkat senjata dan hanya terdiam membisu menatap sekumpulan mayat berjalan tersebut menuju arahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!