Vlad membelah zombi di hadapan, satu mayat hendak menerkam dari bekakang. Seusai menyadarinya segera ia berjongkok menghindari terkaman. Bergegas menusuk kepala zombi dengan pedangnya, ujing pedang mengeluarkan api merah gelap membakar kepala mayat ini dengan cepat.
Dia terengah-engah merasakan letih. Suara tembakan terdengar, alunan suara mesin tembakan itu berderu keras masuk ke gendang telinga membuat telinga sakit. Satriaji tengah menembaki mereka satu persatu, tidak cocok untuk menghadapi sekumpulan zombi sekaligus dia terlihat susah payah menghabisi sejumlah musuh yang ada.
Tank datang dengan lambat, mereka semua mundur ke belakang menyerahkan semuanya pada kendaraan tersebut. Senjata berat pada bagian atas tengah di atas ruang kemudi bergerak, mengarahkan tembakan pada sekumpulan zombi yang terseok-seok menghampirinya.
Tembakan tank datang, suara nyaring terdengar eh Satriaji sehingga ia musti menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Tanah di sekitar zombi hancur, tubuh mereka bercerai-berai berantakan di tanah bersamaan bau busuk tercium masuk ke dalam hidung dan semuanya menghembuskan napas lega setelah mereka musnah.
***
Setelah masuk ke dalam para murid mendapati pemandangan yang agak mengerikan, hampir seluruh tentara terkapar di tanah dengan luka di sekujur tubuh. Hanya beberapa orang yang masih mampu bertumpu pada kedua kakinya. Akan tetapi, Satriaji menoleh ke sekitarnya menyadari sesuatu yang membuatnya berpikir.
"Apa mahkluk yang di sini selemah itu ? Bukannya mereka bisa mengatasinya sendiri dengan berbagai senjata yang ada, terlebih lagi teknologi serta senjata sekarang semakin canggih, bukan ?" Komentarnya terhadap apa yang akan dihadapinya saat ini. Murid yang lain masuk melihat-lihat sekumpulan pohon berdaun hitam, seperti dipenuhi ulat dan menjijikan.
Para remaja laki-laki menghampiri pohon dan menatap batangnya dengan durasi yang lama, hanya mereka berdua yang terdiam membatu melihat murid yang lain.
"Sebaiknya jangan terlalu memikirkan mengapa aku tak mau satu kelompok denganmu," ujarnya pelan sembari menatap seorang remaja yang tengah membalut luka di tangan.
"Jika benar apa yang aku katakan, kamu tak bisa hidup tanpa darah ?" Satriaji melirik.
"Benar adanya apa yang kau katakan, dan aku membutuhkannya untuk ada dalam kehidupanku..." Lirih pelan terdengar sedih. Mendengar perkataannya barusan Satriaji menatap wajah sendunya, ingin memegang pundaknya seseorang datang menariknya pergi menyeretnya masuk ke dalam salah satu tenda.
Yang memaksanya ikut rapat ialah Vlad, mereka berbicara mengenai kelompok mereka yang entah mengapa di kirim untuk membersihkan wilayah sekitar. Awalnya mereka hanya takut, akan tetapi sekarang kecemasan serta keraguan terbit di dalam perasaan mereka dan terlebih lagi mereka ada di tempat yang tidak di kenal.
"Tunggu, apa kita tidak beristirahat dahulu setelah sampai dan mendapatkan beberapa informasi ?"
"Kupikir kita akan membersihkan para monster bersama-sama, ternyata.. suruh berpisah setelah memasuki hutan!" Keluh Vlad seraya menunduk. Mereka yang ada di dalam tenda mulai memutar otak, tetapi tidak menemukan cara selain itu dan berpencar karena itu sebuah tugas apalagi tugas ini ada untuk memutuskan siapa yang berhak untuk bebas atau tetap di sekolah.
Pada akhirnya guru pembimbing mereka masuk ke dalam tenda, dengan seringai lebarnya itu ia menjelaskan apa yang harus di lakukan oleh mereka. Seperti perburuan. Setiap orang akan disuruh untuk berusaha keras untuk mendapatkan total pembunuhan terbanyak, sebaliknya dengan murid yang lain hanya Satriaji yang merasa bingung mau membunuh atau tidak. Lagi pula dia merasa tidak nyaman untuk menggunakan senjatanya..
Semuanya keluar dari tenda selepas mendengarkan penjelasan guru. Kelompok lain masuk, bergantian untuk mendengarkan penjelasan dari guru pembimbing mereka dan tugas apa saja yang ada di pundak mereka. Hanya saja Satriaji mulai merasa kalau ia sangat amat tidak ingin mengikuti tugas ini apalagi dari dulu dia enggan melakukannya.
"Huhh.. terpaksa," ucapnya sembari menghela napas panjang. Bersama-sama masuk ke dalam hutan yang gelap ini. Semuanya terlihat gugup, dan setelah merasa cukup dalam masuk ke dalam hutan mereka berpisah untuk menyelesaikan tugas masing-masing kemudian mendapatkan upah sesuai usaha.
Satriaji sendirian berjalan di hutan. Sembari mengamati layar ponselnya, terdapat peta yang menunjukan hampir seluruh hutan terlihat. Tujuan pertamanya pergi ke sungai, mendapatkan bagian untuk membunuh semua monster ikan yang katanya terlihat seperti buaya. Satriaji penasaran dengan bentuknya sekaligus enggan untuk datang.
Bunyi daun beserta ranting kering terdengar setiap Satriaji melangkah, benar-benar hutan yang tanpa penghuni murni hanya binatang dan tak heran bila ada banyak tulang berserakan di mana-mana bekas hewan buas. Baru saja memikirkan hal tersebut ia mendengar suara dari balik semak-semak, tangan meraih pistol dan mengisi peluru menunggu entah mahkluk apa itu keluar.
Mendadak tanpa peringatan seekor harimau besar keluar melompat dari balik semak, Satriaji menembaknya beberapa kali sehingga tubuhnya berlubang-lubang akibat tembakan. Harimau tanpa nyawa tergeletak di tanah, akan tetapi baru saja terbunuh bangkainya sudah tercium bau busuk seolah-olah Satriaji sedang berdiri di hadapan tumpukan sampah.
"Apakah aku perlu melakukan ini semua tanpa kemauanku sendiri ?" Tanyanya dalam hati.
"Sangat cocok untuk orang yang ingin hidup tenang dan impian punya keluarga harmonis!" Teriaknya tengah hutan melampiaskan amarahnya. Di tengah-tengah hutan tentu suara itu akan terdengar keras, sejumlah hewan buas pun tertarik untuk datang ke tempatnya beserta sejumlah zombi menyusul tergesa-gesa mendengarkan teriakan manusia barusan.
"Satu.." ucapnya sembari menarik pelatuk melepaskan tembakan. Satu kepala hancur, begitu juga dengan di susul zombi lain mengantri untuk meledakan kepala mereka. Sebelum satupun dari mereka sampai Satriaji sudah membunuh mereka, walaupun ada harimau lagi yang hendak menerkamnya dari belakang. Tapi ia menghindar ke samping.
Tiba-tiba harimau ini membuka menganga mengeluarkan asap dari mulutnya, sontak Satriaji kaget kemudian melompat ke atas dahan pohon sesudah memperkuat kekuatan pada kedua kaki. Tidak hanya memiliki kemampuan untuk melihat dari jarak yang jauh, Satriaji juga memiliki kemampuan untuk memperkuat diri ataupun ketahanan.
Dia berdiri di dahan pohon melihat harimau ini mulai berubah. Rambut pendek dan lembut pada tubuh mahkluk buas ini berubah, bukan warna atau lainnya malah berganti menjadi api yang menyelimuti tubuhnya tampak sekilas bagaikan selimut api dan dia berlari mendekati batang pohon. Menabrak batangnya hingga membakar kayunya.
Satriaji menembak. Alhasil peluru yang ditembakkannya itu tidak mempan, terlihat meleleh mengenai mahkluk ini serentak ia kaget melihat harimau lain datang. Dengan cepat dia melompat turun ke bawah, berlari sekuat tenaga menuju sungai berpikir jika harimau itu bisa kehilangan apinya jika tercebur ke sungai.
"Tugas macam apa ini ? Pantas saja mereka mengirim kami yang kelas A ke tempat berbahaya semacam ini! Bahkan tentara juga tidak bisa mengatasinya! Dan sebaiknya beritahu kelemahan atau apapun kek!" Teriaknya sambil berlari sekuat tenaga. Bukannya tambah lega. Harimau lain malah bertambah mendeham teriakannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Surya Putra
ehh, gw kira darahnya bakal kembali ke tubuh.
lalu, kata "Sebaiknya jangan terlalu memikirkan mengapa aku tak mau satu kelompok denganmu"
apakah ia akan meminum darah dari hewan yang ia buru?
2021-12-21
1