Di Usir

"Siapa gadis yang tadi duduk dengan kamu di bus?!" Pertanyaan menyebalkan terlontar dari mulut seorang wanita berparas cantik dengan perawakan tinggi semampai, dianugerahi tubuh yang sintal nan indah.

Di depannya seorang pria yang baru saja akan menginjakan kakinya masuk ke dalam rumah. Namun ia merasa kesal karena malah disambut dengan pertanyaan seperti itu.

"Bisakah kamu menyambutku dengan cara yang romantis? Aku baru saja pulang dari kantor, tapi kamu malah mencurigai aku!" Pria itu tak menjawab pertanyaan wanita yang sudah hampir 5 tahun ini menyandang status sebagai istrinya tersebut.

"Adrian, aku tahu kamu bukan dari kantor! Buktinya kamu pulang menaiki bus dan duduk berpegangan tangan dengan wanita itu! Cukup! Jangan menyangkalnya, aku punya buktinya!" Bentak wanita itu sambil melemparkan beberapa lembar foto pada Adrian.

Adrian menatap foto yang berserakan di lantai itu dengan tersenyum kecut.

Dari arah tangga seorang wanita lagi mulai menjejakan kakinya untuk menuruni tangga. Tatapan matanya cukup membuat siapapun yang ditatapnya menunduk takut, tak terkecuali istri dari Adrian tersebut.

Namun saat ini ia masih belum menyadarinya.

"Hentikan ini! Tasya, ini sudah larut malam! Biarkan Adrian istirahat. Memang benar Adrian itu suka main wanita, tapi kamu tidak harus setiap malam mencurigainya jika kamu sudah tahu sifatnya Adrian!" Tasya langsung membalikan tubuhnya dan menundukan kepalanya ketika menangkap sosok dari pemilik suara tersebut.

"Dan kamu Adrian! Sudah berapa kali Ibu bilang, kamu itu sudah punya istri! Berhenti main wanita, cepat berikan aku cucu untuk penerus keluarga kita!"

"Ck, Ibu berkata seperti itu padaku? Ibu minta cucu padaku? Aku selalu berusaha, tapi..." Adrian melirik Tasya, lalu berlalu tanpa meneruskan kata-katanya.

Ibu ikut melirik Tasya, lalu menghampirinya dan menatapnya tajam.

"Sudah 5 tahun, sebaiknya lakukan apa yang aku katakan! Besok kamu harus ikut denganku!" Nada suara Ibu yang tegas semakin membuat Tasya menunduk.

Anggota tertua dari rumah tersebut berlalu kembali ke atas, dimana kamarnya terletak disana.

Tasya menggigit bibirnya dengan sangat keras, ia bukan bersedih akan tetapi menatap kesal hingga sang Ibu mertua menutup pintu kamarnya.

"Dasar tua! Aku tidak akan sudi melahirkan cucu untukmu, bahkan aku tidak sudi menikah dengan anak casanovamu itu jika bukan karena kalian kaya!" Tasya menggerutu pelan, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar tempatnya tidur bersama Adrian.

-

-

-

Di kamar hotel nomor 113, sebuah adegan tengah dilakukan oleh Mira dengan Mike, dengan Vika yang kini tengah sibuk memotret keduanya.

Di sela-sela pemotretan itu, Mike selalu membuat Mira merasa kesal dan risih. Tangannya selalu mencoba menyentuh area sensitif Mira.

"Hentikan!" Mira turun dari ranjang dengan menutupi tubuhnya memakai sprei karena pakaiannya saat ini begitu terbuka mengingat misinya untuk membuat Josh, mantan kekasihnya menyesal.

"Vik, apa sudah dapat yang bagus fotonya? Aku tidak mau lagi berdekatan dengannya!" Mira menunjuk Mike yang masih terlentang di atas ranjang dengan senyuman khasnya. Senyuman yang mampu menghanyutkan para wanita mana saja, kecuali Mira.

Vika memberikan ponsel Mira yang dipakai memotret, memperlihatkan hasil fotonya.

"Sudah cukup, aku mau pulang!" Mira memasukan ponselnya ke dalam tas tangannya, kemudian berpamitan pulang pada Vika.

Setelah Mira pergi, Vika menghampiri Mike dan memasang wajah kesal padanya.

"Kau keterlaluan! Sudah aku bilang jangan coba-coba menyentuhnya!" Ucap Vika sambil melemparkan sejumlah uang pada Mike.

-

-

-

Di rumah

"Ini surat yang anda minta, Nyonya." Pengacara memberikan selembar surat pada Susan.

Susan menerima surat itu dengan wajah penuh kebahagiaan.

"Akhirnya, kita bisa memiliki semua ini tanpa harus mengurus anak itu!" Serunya pada Namika sambil tersenyum puas.

Di tengah kebahagiaan itu, ponsel Namika berbunyi singkat. Namika segera membuka pesan di ponselnya dengan wajah terkejut.

"Ma!" Namika memperlihatkan isi pesan itu pada Susan, membuat Susan semakin tersenyum bahkan tertawa puas.

"Ini bagian untukmu, Pak Pengacara!" Susan memberikan sejumlah uang pada pengacara itu.

Setelah pengacara pergi, kini Susan dan Namika berada di kamar milik Mira. Keduanya memasukan pakaian serta barang-barang Mira pada sebuah koper dan tas jinjing.

Setelah selesai keduanya membawa tas dan koper menuju pintu utama, dimana saat itu juga Mira baru saja sampai di gerbang rumahnya.

"Pulang juga kamu, Mira!" Seru Susan dengan nada sinis.

"Masih berani kamu pulang, Mir?! Enak sekali ya, setelah ayahmu meninggal kamu jadi bebas dan jadi.... J*l*ng!" Namika dan Susan tertawa puas.

Sementara Mira mengerutkan dahinya kebingungan.

"Apa maksud Mama? Apa maksud kamu Namika?"

"Wah, mau menyimpan bangkai ya? Lihat ini!" Namika memperlihatkan gambar kiriman dari sebuah kontak bernama Mike, hal itu langsung membuat Mira membelalakan matanya.

Ia merasa menyesal telah melakukan hal itu, utamanya ia seharusnya tidak setuju pada pria pilihan Vika.

Bruk

Koper dan tas di lempar ke arah Mira.

"Sebaiknya kamu pergi, j*l*ng!" Teriak Namika seiring lemparan koper itu.

Mira tentunya tidak terima, karena ia pemilik dari rumah tersebut.

"Pergi? Ini rumahku!"

"Rumah kami!" Susan menunjukan sebuah kertas dengan tanda tangan Mira. "Kamu sudah setuju bahwa rumah ini milik kami!"

Napas Mira tercekat, ia tak menyangka semua ini akan terjadi dalam beberapa hari saja setelah kepergian ayahnya.

"Tunggu apalagi? Pergi! Atau sebaiknya kita seret saja dia keluar, Ma?"

"Tidak, tunggu! Kita harus membuatnya mempermalukan dirinya sendiri dulu sebelum keluar dari gerbang rumah kita ini!"

Susan melangkahkan kaki menuju sebuah kolam yang terdapat di halaman rumah itu, mengambil sebuah ember dan mengisinya dengan air kolam yang kotor.

"Pegang dia, Namika!" Perintah Susan yang langsung dituruti Namika.

Byur...

Seluruh tubuh Mira basah, tangis sesenggukan keluar dari bibir tipis Mira. Tak hanya itu, bahkan ia terlihat seperti gelandangan sekarang.

"Teganya kalian melakukan ini!" Lirih Mira.

Susan dan Namika tersenyum puas.

"Ayo, seret dia Ma!"

Namika menjinjing tas Mira dan menyeret kopernya. Sedangkan Susan meraih tangan Mira dan menyeretnya keluar gerbang.

"Enyah kamu, j*l*ng!"

Tubuh Mira terjatuh ke tanah dengan sangat keras akibat dorongan Susan. Tas dilemparkan ke tubuh Mira.

"Pergi dari sini secepat mungkin! Aku tidak sudi bahkan gerbang rumahku ini disentuh oleh j*l*ng sepertimu!"

Namika dan Susan memasuki gerbang, kemudian menutupnya rapat. Bahkan menguncinya.

Mira tertunduk lesu. Kemana ia harus pergi sekarang? Dengan keadaan yang mengenaskan seperti ini? Pakaian dan tubuhnya kotor.

Vika!

Satu nama terlintas di pikirannya. Ia berdiri meraih tas dan koper, lalu berniat untuk melangkah. Hingga ia merasa lemas dan terjatuh.

Mira melihat kakinya, terluka, akibat diseret Susan.

Disaat bersamaan, hujan turun bersama tangisan lirihnya.

"Ayah, bagaimana bisa semua ini terjadi? Bahkan kamu belum lama pergi!" Mira memeluk lututnya, meredam rasa dingin yang menerpanya.

-

-

-

-

-

-

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sinta Cinta

Sinta Cinta

sedihnyaa 😭

2022-03-24

0

☘ʟɪᴀᴢᴛᴀ™๖ۣۣۜ ᴸᴰᴸ

☘ʟɪᴀᴢᴛᴀ™๖ۣۣۜ ᴸᴰᴸ

kasian

2021-11-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!