Rahasia Kita

"Eh, maaf, Nona! Kami tidak sengaja!" Samar-samar Mira mendengar suara orang meminta maaf padanya. Akan tetapi matanya tak bisa menangkap apapun dengan jelas, hanya terlihat warna pakaian yang di pakai pria yang ditabraknya saja.

Hingga akhirnya pandangannya gelap, iapun tak mengingat apapun lagi selain bahwa dirinya jatuh pingsan setelah menabrak pria berkemeja hitam itu.

-

-

-

-

-

Di bawah lampu yang cahayanya cukup redup, kini seorang pria tengah melangkahkan kaki dengan langkah gontai menuju ranjang.

Tak biasanya ia mabuk sampai demikian, hanya karena memikirkan permintaan dari ibunya.

"Mana wanita yang aku minta?" Ucapnya dengan nada suara parau, khas orang mabuk.

Ia mengajukan pertanyaan itu pada dua orang pria bertubuh kekar yang sejak tadi mendampinginya berjalan menuju kamar. Keduanya tampak bingung, karena perintah mendadak sang majikan. Bukan karena tidak bisa menemukan wanita yang diminta, melainkan karena sang majikan selalu meminta wanita yang belum pernah disentuh siapapun.

"Dia dalam perjalanan, Tuan! Kami akan menunggunya di luar, dan membawanya untuk anda!" Kedua pria itu bergegas keluar, tentunya dengan raut kebingungan yang tidak dapat disembunyikan.

Hingga mereka berhenti di arah pintu toilet, menemukan seorang yang berpenampilan sama tengah berbicara dengan seorang gadis. Lebih tepatnya, baru saja membangunkan gadis yang sepertinya pingsan karena terlalu banyak minum tersebut.

"Ayo, kami akan membantumu untuk mengistirahatkan diri."

Mira mengikuti kemana para pria itu membawanya, hingga sampailah ia di dalam sebuah kamar yang terlihat sangat elegan. Sepertinya itu kamar khusus di bar tersebut. Ia mengira bahwa para pria tadi adalah pria-pria yang bertugas untuk mengamankan pengunjung bar yang mabuk berat.

Dugaannya salah, ketika ia mulai merasa matanya berat hingga tertidur di atas ranjang besar nan empuk tersebut.

Gemericik air terdengar, menandakan bahwa sedang ada seseorang di dalam kamar mandi kamar itu. Tak lama, suara itu menghilang seiring dengan dibukanya pintu kamar mandi. Menampilkan laki-laki berperawakan tinggi dan berparas tampan dengan warna mata yang sangat indah.

"Akhirnya, mereka membawa apa yang aku minta!" Ucap laki-laki itu sambil tersenyum buas kala matanya menangkap seorang gadis tertidur di atas ranjangnya.

Ia melangkah cepat menghampiri Mira, lalu mulai melakukan apa yang seharusnya dan apa yang ia ingin lakukan sejak tadi.

Di luar kamar, tepatnya di meja bar. Vika tampak gelisah dengan tatapan mata menerawang setiap inchi sudut ruangan tersebut. Ia mulai khawatir saat tak sedikitpun bagian tubuh atau pakaian yang Mira pakai terlihat.

Berkali-kali ia menghubungi Mira, namun tak ada yang mengangkatnya.

"Apa Mira sudah pulang?" Gumamnya sambil kembali menerawang ruangan itu, harap-harap ia menemukan dan melihat Mira.

"Ah, iya, aku lihat saja ke toilet!" Vika segera melangkahkan kakinya menuju toilet, satu-persatu toilet ia periksa. Namun sosok yang dicarinya juga tidak ada disana. Kembali ia memeriksa toilet untuk pria, karena Vika mengenal dengan baik Mira yang selalu ceroboh dalam keadaan mabuk.

Kegelisahan Vika bertambah karena tidak menemukan Mira di dalam toilet bar itu.

Iapun memutuskan untuk pulang dengan berharap bahwa Mira mungkin sudah pulang lebih dulu ke rumahnya. Selama perjalanan Vika terus memikirkan Mira.

Jika Mira pulang, mungkin dia hubungin aku.

Sekali lagi Vika mencoba menghubungi Mira, namun tetap saja panggilannya hanya di jawab oleh suara seorang wanita dengan pemberitahuannya, operator.

-

-

-

Mira mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, ia tersentak ketika melihat langit-langit kamar yang asing ketika pandangannya sudah fokus.

Dimana ini? Ini bukan kamar Vika!

Ia terperanjat ketika sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Namun ketika akan bangun, Mira meringis kesakitan saat merasakan bagian intinya perih.

"Aw!" Pekik Mira sambil berusaha bangun.

Setelah bangun Mira tercekat melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun, terlebih lagi ia baru sadar bahwa tangan kekar itu milik seorang pria yang masih tertidur di sampingnya dengan posisi memunggunginya.

"Siapa dia?!" Mata Mira membelalak, ketika melihat sosok pria tampan itu. Ia sangat shock saat menemukan bahwa pria itu juga polos tanpa sehelai benangpun.

"Apa yang terjadi tadi malam?!" Mira histeris sendiri, ia meneliti setiap inchi tubuhnya sendiri. Dirinya kembali dikejutkan dengan leher dan dada yang dipenuhi beberapa tanda merah.

"Tidak mungkin!" Sangkal Mira sambil menutupi tubuhnya dengan tangannya, padahal itu sia-sia saja.

"Jangan berisik, ambil cek itu dan tulis berapapun kau mau!" Sahut pria itu yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.

Dengan segera mungkin, Mira melangkah menuju kamar mandi. Menyiram dirinya sendiri dengan guyuran air shower yang dingin.

"Aku kotor!" Tangis Mira pecah, hingga menggema di kamar mandi.

Cukup lama Mira mandi, hingga ia menyudahinya dan bergegas memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamar mandi.

Di luar kamar mandi sudah ada pria perenggut kesuciannya itu tengah berdiri dengan tangan terlipat di dada.

"Ini, ambilah! Untuk membiayai hidupmu karena aku telah merenggut kesucianmu. Jangan pernah muncul lagi dihadapanku setelah ini, apalagi meminta untuk dinikahi!" Ucap pria itu sambil melemparkan cek dengan nominal lima ratus juta pada Mira.

Jantung Mira bagai ditikam ribuan pisau, ia merasa sangat terhina atas cek yang dilemparkan oleh pria yang memiliki sebutan b*jing*n dalam hidup Mira mulai saat itu.

"Aku tidak butuh ini!" Mira meraih cek itu, kemudian merobeknya hingga menjadi kepingan kecil dan melemparkannya ke wajah pria itu.

Pria itu tercengang, ia merasa ada yang tidak beres dengan wanita penghangat ranjangnya itu. Sebab, setiap wanita yang ia tiduri tidak pernah sekalipun menolak uang yang diberikannya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Mira meninggalkan pria yang masih tercengang itu dengan langkah pelan sambil menahan sakit pada bagian intinya.

Mira melangkah tanpa mempedulikan orang-orang yang melihatnya di sepanjang bar.

Bruk

Tubuhnya terhempas jatuh membentur lantai ketika tak sengaja menabrak tubuh seorang pria.

"Maaf, aku tidak..." Pria itu tidak meneruskan kata-katanya saat melihat Mira.

"Wow, kebetulan sekali kita bertemu disini!" Seru pria yang masih Mira ingat wajahnya itu sambil mengulurkan tangannya, berniat membantu Mira berdiri.

Namun Mira tak memperdulikannya, ia sudah terlalu larut dalam perasaan hancurnya untuk saat ini. Hingga Mira melangkahkan kakinya begitu saja tanpa melihat lagi Mike yang tersenyum memandanginya.

Mira sudah dalam perjalanan pulang menuju rumah Vika, ia sangat terkejut ketika membuka ponsel dan melihat banyak panggilan tak terjawab serta pesan-pesan singkat dari Vika.

Sesampainya disana, Vika langsung menyerbunya dengan beribu pertanyaan.

"Kami darimana aja, Mir?! Aku khawatir dari semalam cari kamu! Apa kamu baik-baik aja?!"

Mira tak menjawab pertanyaan Vika, ia langsung memeluk Vika dan menangis dalam pelukan Vika.

Setelah tangisnya reda, Vika mulai kembali menanyai Mira tentang kemana perginya semalam. Reaksi Vika sangat terkejut, bahkan ia ikut merasa hancur akan nasib sahabatnya tersebut.

"Aku harus gimana, Vik?! Hidupku hancur!" Mira kembali menangis dengan begitu keras, membuat Vika ikut hancur dan bersedih.

"Gimana kalau..."

-

-

-

-

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Sinta Cinta

Sinta Cinta

pasti nanti hamil

2022-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!