"Mas Febri...." Safa masih menggoyangkan bahu Febri supaya laki-laki itu tersadar. Namun kenyataan nya Febri justru meracau tak jelas.
"Aduuuh ini gimana ??" Gumam Safa bingung. Ia melirik sekitar begitu sepi dan tak ada orang yang lewat.
Dengan susah payah Safa memapah Febri menuju kamar, ia terpaksa membawa Febri kekamar yang ia tempati karena hanya kamar itu yang pintu nya terbuka. Niatnya nanti Safa akan tidur di ruang tengah sementara Febri didalam kamar.
"Huuuuu.... Akhirnya sampai juga"
Safa merebahkan tubuh Febri di atas ranjang tempat tidur. Dengan pelan Safa melepaskan sepatu yang masih melekat pada kaki Febri, juga kaos kaki tak Safa tinggalkan.
Ponsel milik Febri menggelegar membuat Safa mencari benda persegi tersebut, Ternyata ponsel Febri terletak pada saku celananya sehingga membuat Safa memutuskan untuk tak mengambil ponsel itu.
Tapi tiba-tiba lengan Safa di cengkram dengan kuat oleh Febri. Safa berusaha melepaskan tapi cengkraman tangan Febri tak mampu mengalahkan tenaganya.
"Mau kemana lagi Sayang ?? sini temenin Mas tidur !" racau Febri dengan suara serak.
"Lepasin Mas, ini aku Safa bukan istri kamu" balas Safa sedikit ketakutan.
Namun Febri tak menggubris sedikitpun ucapan Safa, ia mengira kalau yang berdiri didepannya adalah Desi sang istri.
Tanpa menunggu lama Febri langsung menarik tubuh Safa sehingga Safa jatuh keatas tubuh Febri. Safa masih berusaha untuk melepaskan diri namun Febri malah mencium wajah Safa secara bertubi-tubi.
"Mas lepasin !! aku bukan istri kamu Mas, ku mohon sadarlah !!" ucap Safa dengan suara bergetar. Tentu saja ia begitu ketakutan apalagi dengan posisi yang sangat intim seperti ini.
Safa benar-benar berharap Tuhan melindungi dirinya malam ini, ingin teriak tapi itu akan percuma karena ia sendiri sudah terlanjur memperkenalkan diri sebagai keponakan Febri.
"Mas lepasin !!" Kembali Safa merengek.
Lagi dan lagi Febri tak menggubris ucapan Safa, sekarang posisi keduanya sudah berpindah. Febri berada di atas tubuh Safa.
"Kamu cantik sekali Sayang !!"
"Mas kangen sama kamu"
Kepala Safa menggeleng, sekarang pipinya sudah di banjiri dengan air mata yang begitu deras.
"Mas Febri please sadarlah !! ini aku Safa Mas ! aku bukan istri kamu" ucap Safa masih berusaha mempertahankan harga dirinya.
Hingga malam terus berlanjut, dan Febri tak bisa mengontrol perasaannya. Tatapan mata Febri menunjukan kalau dia begitu menginginkan sebuah ***.
Sekuat tenaga Safa berontak namun tenaganya tak bisa mengalahkan tenaga Febri, walaupun saat ini kondisi Febri dalam keadaan mabuk tapi tenaganya masih sangat kuat. Safa harus merelahkan makhotanya terenggut oleh-oleh laki-laki yang berstatus sebagai suami orang.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
"Hiks----Hiks----Hiks"
Samar-samar Febri mendengar suara seseorang menangis, mata Febri mulai terbuka sinar matahari yang masuk di cela-cela jendela mampu memberikan efek silau di mata Febri.
Kepalanya masih sangat pusing, akibat semalam ia minum terlalu banyak. Febri menajamkan indera pendengarannya mana kala suara seseorang menangis semakin jelas ia lihat.
Tapi tunggu dulu !!!
Sepertinya Febri salah kamar, ini bukan kamar yang sering ia tempati bersama sang istri. Tapi ini kamar rumah lama nya bersama Desi. Kenapa bisa ia berada di kamar ini...
"Aaaiiiiissstttt...." Febri kembali mendesah saat rasa pusing menyerang kepalanya.
Saat Febri akan menyingkap selimut ia merasakan kalau tubuhnya tak mengenakan apapun. Febri melirik dan benar saja ia begitu polos tanpa sehelai benangpun.
"Safa...." gumam Febri saat menyadari sesuatu yang ganjal.
"Apa yang terjadi ??" Febri berusaha mengingat kejadian semalam, dan ingatan nya tertuju pada adegan saat dirinya bermain dengan seseorang yang ia kira istrinya sendiri namun kenyataannya bukan. Wanita semalam adalah Safa.
Febri melirik samping tempat tidur, terdapat noda darah yang menempel di seprai tempat tidur, sebagai dokter kandungan Febri begitu tau apa makna dari bercak darah itu apalagi saat ia menyadari kalau dirinya polos tanpa sehelai benangpun.
"Astaga !! kenapa bisa aku melakukan ini" Febri mengusap wajah nya dengan kasar.
Di dalam kamar mandi Safa masih menelungkupkan kepalanya pada kedua paha yang ia peluk dengan erat, guyuran air shower tak memberikan efek dingin pada tubuhnya. Air matanya semakin deras menetes bercampur dengan air yang menetes di kepalanya.
"Kenapa hidupku seperti ini ? Ibu tak peduli padaku dan sekarang aku sudah tak perawan lagi.. Hiks hiks. Ayah bagaimana caranya Safa melewati semua ini"
Pundaknya naik turun, tubuhnya terguncang dengan isak tangis yang sangat memilukan.
Tok--Tok--Tok.
Suara ketokan pintu membuat Safa mendongak, ia menggelengkan kepalanya karena ia yakin itu adalah Febri, untuk saat ini Safa tak ingin melihat laki-laki itu. Safa membenci Febri, selama ini Safa pikir Febri adalah orang baik yang benar-benar mau menolongnya, namun nyatanya apa ?? Febri justru merenggut kebahagiaan Safa.
"Safa aku tau kamu didalam ! keluarlah ! Mas mau bicara sama kamu Fa, maafkan Mas" teriak Febri dari luar kamar mandi.
"Ayo Fa keluar !! Mas tau kamu marah"..
Isakan tangis Safa semakin kencang, ia menendang kesembarang arah. Memukul angin yang semakin membuat dirinya sakit.
Kenapa Febri begitu tega padanya ??
"Fa...." kembali Febri memanggil.
"Pergi Mas !! aku gak mau lihat wajah kamu ! Mas Febri jahat sama aku !" balas Safa mengeluarkan sisah tenaganya
"Fa dengerin Mas dulu, Mas khilaf Fa. Maafkan Mas !"
"Pergiiiiii ...."
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
"Kamu dimana sih Mas, semalaman gak pulang, di telepon gak di angkat di SMS gak di jawab" gerutu Desi kesal.
Desi masih mondar mandir di ruang keluarga, bahkan pakaian tidur masih melekat di tubuhnya. Semalam Desi hampir tak tertidur karena menunggu Febri pulang. Namun kenyataannya sampai detik ini belum ada tanda-tanda kemunculan Febri.
"Coba telepon Ardi lah, siapa tau Mas Febri masih sama dia"
Dengan cepat Desi mencari kontak Ardi, dan tiga kali panggilan tak ada jawaban membuat Desi menyerah. Ia mendudukan diri di sofa dengan perasaan teramat kesal. Biasanya kalau ada kerjaan lain Febri akan mengabarinya terlebih dahulu.
"Awas aja kamu Mas, kalau nanti pulang akan aku beri pertanyaan beruntun" ujar Desi kesal
Seorang ART membawa segelas Teh dan cemilan untuk Desi. Ia meletakkan itu di atas meja depan Desi.
"Minum Teh dulu Nya, biar perutnya hangat" ucap Bi Rita dengan sopan..
"Letakkan disana saja Bi, nanti aku minum"
"Baik Nya"
Bi Rita berdiri dan hendak meninggalkan Desi, namun sebelum pergi Bi Rita menatap wajah Desi sejenak, Bi Rita merasa kasihan dengan Desi yang menunggu sang suami pulang sampai tak memikirkan kesehatannya sendiri.
"Aduuuh Mas, kamu dimana sih kenapa sampai sekarang belum pulang"
-----
...LIKE DAN KOMEN ...
...ADD FAVORIT...
...RATE BINTANG LIMA...
...KASIH HADIAH (BUNGA/KOPI)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
vithree-rahayu
suamimu khilaf des
2021-12-28
1
Cut Nyak Dien
bah lo
2021-12-24
0
Fitriyani
kasian Safa di sini deh
2021-11-22
0