Cinta Istri Simpanan
Hujan deras mengguyur kota Solo, suasana tampak gelap gulita. Jalanan mulai sepi hanya ada satu dua kendaraan yang lewat.
Akan tetapi di tengah derasnya hujan seorang gadis cantik tengah berjalan dengan lunglai. Ia menggigil mungkin karena sudah terlalu lama kehujanan. Entah kemana langka kakinya sekarang, bayangan tentang kekejaman Ayah tirinya kembali terlintas. Bagaimana ia di tindas dan bahkan sampai di usir.
2 tahun yang lalu saat ia baru saja lulus SMA ayah kandungnya meninggal dunia. Dan selang dua bulan kematian sang Ayah. ibu nya tersayang memperkenalkan sosok laki-laki kehadapannya.. Jujur ia ingin menolak karena baginya Ayahnya cuman satu yaitu Hardi tapi Ibunya tetap nekat menikah walaupun tanpa persetujuan darinya.
Gadis cantik yang bernama lengkap Alsafa Margareth itu baru berusia 20 tahun, bahkan belum genap karena ulang tahunnya 2 bulan lagi.
"Ibu jahat" gumamnya tertahan.
Bahkan air matanya tak bisa di bedahkan dengan tetesan air hujan yang menerpa wajahnya. Rasa air hujan yang menyatu dengan air mata menjadi rasa asin saat mengalir kedalam mulutnya.
Hingga sebuah mobil dengan kecepatan tinggi hampir saja menabrak dirinya, beruntung sang sopir mobil bisa mengerem walau itu akan sangat membahayakan. Karena bagaimana tidak jalanan yang di terpa hujan pasti akan licin.
"Anda tidak apa-apa ?" Tanya seorang laki-laki dengan suara berat.
Safa memincingkan matanya untuk melihat wajah laki-laki, sinar lampu yang menyorot tak mampu membuat penglihatannya jelas.
"Nona apa anda tidak apa-apa ?" Kembali pria itu bertanya.
"Tidak saya tidak apa-apa" jawab Safa cepat.
"Anda mau kemana ? Biar saya antar sebagai permintaan maaf saya"
"Tidak usah saya bisa sendiri"
Pria itu menatap Safa yang saat ini berdiri dan hendak meninggalkan dirinya. Namun dengan cepat ia mencekal pergelangan tangan Safa.
"Mari saya antar, ini sudah malam di tambah hujan deras seperti ini, akan sangat berbahaya jika anda berjalan sendirian"
Dengan gerakan cepat Safa menghempaskan tangan laki-laki itu "saya sudah bilang tidak apa-apa. Lagian mau kemana kamu mengantar saya karena saya tidak punya rumah. Laki-laki bejat itu telah mengusir saya dari rumah Ayah saya sendiri" ungkap Safa. Entahlah rasanya ia sudah tidak tahan mememdam semuanya sendiri. Rasa sesak didadanya semakin besar mungkin ia akan sedikit legah saat mengutarakan apa yang ia rasakan saat ini.
Iba ?
Tentu saja di rasakan oleh pria itu, ia menjadi tidak tega mendengarnya hingga ia punya inisiatif untuk membantu.
"Ayo ikut saya, kebetulan di dekat sini saya ada rumah minimalis yang sudah lama kosong, kamu bisa tinggal disana untuk sementara anggap saja itu sebagai permintaan maaf saya"
Safa langsung menatap pria itu, sekarang Safa bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, tampan dan sangat berkharisma.
"Apa anda orang baik ?" Tanya Safa.
Pria itu terkekeh "Saya Febri, saya ini dokter spesialis kandungan, dan saya berniat baik padamu tak ada niat jahat di dalam diri saya"
Walaupun masih ragu Safa akhirnya menyetujui ajakan Febri, karena tidak ada cara lain lagi. Malam-malam begini kemana ia harus pergi berharap ibunya akan mencari.
Ciih.
Mana mungkin paling ia sedang enak-enakan di bawah selimut tebal bersama laki-laki yang Safa sebut laki-laki bejat.
"Saya mau Tuan"
"Ya sudah ayo"
Febri membukakan pintu mobil supaya Safa bisa masuk. Setelah itu Febri memasuki tempat kemudi. Ac sengaja Febri matikan karena baik dirinya maupun Safa sudah menggigil kedinginan.
"Lap wajahmu dulu !" Febri memberikan sebuah handuk kecil kepada Safa "Itu handuk baru" lanjutnya lagi.
"Terima kasih"
Febri Adi Wijaya, seorang dokter spesialis kandungan usia nya sudah menginjak angka 40 tahun. tapi karena ketampanan wajahnya membuat ia masih seperti umur 30 tahunan.
Tak berapa lama mereka sampai di sebuah rumah minimalis. Febri turun terlebih dahulu untuk membuka pagar supaya mobilnya bisa masuk.
"Ayo masuk !" Ajak Febri kemudian.
Safa mengikuti, dan sedikit berlari karena hujan masih sangat deras. ia menunggu Febri membuka pintu rumah.
Rumah minimalis yang Febri maksud sangat mewah. Safa melirik sekitar. Rumah dengan satu lantai itu begitu unik.
"Ini rumah saya dulu, karena punya rezeki lagi kami pindah. Dan kamu bisa tempati rumah ini untuk sementara" jelas Febri.
"Baik Tuan. Terima kasih atas bantuanya"
"Jangan panggil Tuan ! Panggil Mas Febri saja"
Safa menatap pria di depannya itu lalu tersenyum "Baik Mas"
"Ya sudah saya mau pulang, di dalam kamar itu" Febri menunjuk sala satu kamar "Ada pakaian istri saya dulu kemungkinan masih muat padamu, pakailah dengan bebas" lanjutnya.
"Baik Mas" jawab Safa lagi.
Febri melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Safa, tapi ternyata ia melupakan sesuatu "oh iya mana nomor ponselmu, biar kalau ada apa-apa bisa saling menghubungi" tanya Febri.
Sekarang Safa baru ingat kalau ponselnya tertinggal di rumah. Ia melupakan benda paling berharga dalam hidupnya.
"Maaf Mas ponsel saya tinggal di rumah" ucap Safa.
"Oh ya sudah kalau begitu, hati-hati di rumah ! kunci pintunya dengan rapat ! besok saya akan kembali"
"Satu lagi siapa namamu ?" tanya Febri lagi.
"Safa"
Safa hanya mengangguk tanda mengiyakan, tubuhnya benar-benar menggigil karena kelamaan kehujanan. Hidungnya terasa gatal mungkin ia akan terkena flu. Sudah menjadi kebiasaan Safa memang kalau sudah terlalu kehujana ia akan terkena flu atau sampai sakit.
Setelah kepergian Febri. Safa langsung mengunci pintu dengan rapat. Kemudian memasuki salah-satu kamar yang di tunjuk Febri tadi. Safa mencari pakaian ganti untuk dirinya.
Benar saja didalam lemari itu ada begitu banyak pakaian yang pas di tubuhnya. Pilihan Safa tertuju pada setelan baju tidur tanpa menunggu lama Safa langsung memakainya.
Tidak berapa lama setelah ia berganti pakaian suara bel pintu berbunyi, Safa terlonjak kaget karena siapa yang datang malam-malam begini. Apa mungkin Febri kembali kerumah ini tapi mau ngapain ?
"Siapa sih ? gak mungkin itu Ibu ? atau jangan-jangan Mas Febri kembali ?" berbagai pertanyaan terbesit di benak Safa. Walaupun ragu Safa tetap berjalan mendekati pintu untuk membukanya.
Ceklek... (suara pintu terbuka )
"Dengan Mbak Safa ?" ucap seorang pria yang mengenakan jaket hijau berpadu dengan hitam.
"Iya betul"
"Ini ada kiriman dari Dokter Febri, silahkan di terima !"
"Hah, kiriman ?"
"Iya betul, ini makanan mbak"
Safa menerima paket tersebut "Apa sudah di bayar ?" tanya Safa, karena kalau Febri hanya memesan kan makanan tanpa membayarnya bagaimana cara Safa akan membayar, ia tak ada uang sama sekali.
"Sudah Mbak, ini semua sudah lunas"
"Baiklah terima kasih !"
_
_
_
Hai-Hai para rieder tersayang !
Ini karya baru aku !
Semoga suka ya, jangan lupa Like dan komen
Add favorit.
Rate Bintang Lima !!
Kasih Hadiah kalau yang banyak poin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Dila Ayu
semangat y thor..
2023-03-20
0
Adjie Hany
nyimak dl
2022-06-01
0
dewi putriyanti
mampir, awal yg bagus
2022-02-10
0