Klinik Kartika, iyalah tempat kerja kedua Febri karena kerjaan pertamanya tetap di rumah sakit, namun pagi ini ia mendapat jadwal di klinik baru nanti siang setelah sholat Dzuhur Febri akan kerumah sakit.
Setelah memarkirkan mobilnya di tempat biasa, Febri melangkahkan kakinya menuju Klinik, tatapannya berubah terkejut karena melihat sang istri berdiri di depan pintu masuk Klinik tersebut.
Febri sudah merasakan tak enak, karena tatapan Desi begitu nyalang, dengan menghela nafas panjang Febri mendekati sang istri.
"Kamu kenapa kesini ?"
"Mas dari mana saja ??"
Tanya keduanya secara serempak, keduanya saling pandang dengan keadaan bingung, Desi bingung kenapa suaminya baru tiba sementara Febri bingung kenapa Desi ada di Klinik tempatnya bekerja.
"Dari mana kamu Mas ? kok baru sampai ?" tanya Desi bertubi-tubi.
"Jangan teriak-teriak ! malu banyak pasien disini" bisik Febri, matanya menatap sekitar ternyata sudah ada beberapa pasien yang memperhatikan keduanya.
Tidak ingin menjadi tontonan Febri masuk membawa istrinya masuk keruangan. Dimana didepan nya tertulis.
...Dr. Febri Adi Wijaya. M. Kes, Sp. OG...
...Spesialis Kebidanan dan Kandungan ...
Sebelum masuk Febri berkata pada Tika, perawat yang sering membantunya mengurus Pasien.
"Tika, kalau ada yang mau periksa, tunggu 1 jam ya saya ada perlu sebentar sama istri saya" ucap Febri.
"Baik Kak" jawab Tika, walaupun di Klinik Febri menyuruh rekannya memanggilnya dengan sebutan 'Kak' supaya tidak terlalu formal. Berbeda kalau di rumah sakit.
Febri masuk keruangan bersama sang istri, didalam ruangan itu Desi kembali mengajukan pertanyaan serupa.
"Kamu dari mana Mas ? dari tadi pertanyaanku belum kamu jawab" ucap Desi kesal, ia menarik kursi dan mendudukan diri dengan kasar.
"Tadi ada kendala sedikit di jalan, lagian baru telat 1 jam Sayang, kenapa selalu di permasalahkan sih" jawab Febri dengan lembut. Menghadapi Desi memang harus seperti ini, kalau dengan amarah semuanya tidak akan berakhir.
"Bohong !" sanggah Desi cepat "Kamu jujur saja sama aku Mas kamu dari mana ? dari pada aku cari tau sendiri"
"Astaga Des. Aku jujur salah, aku bohongpun pasti salah. Sekarang terserah kamu lah mau nganggap aku gimana" balas Febri pasra, ia pun ikut duduk di hadapan sang istri.
"Sekarang aku yang nanya kamu ngapain kesini ? bukankah kamu bilang semalam banyak kerjaan pagi ini ?" sekarang giliran Febri yang bertanya.
"Aku cuman ingin mastiin kalau kamu memang keklinik, makanya aku kemari"
Febri tertawa sumbang, bisa-bisanya istrinya bersikap seperti itu, sekarang ia layaknya anak kecil yang selalu di ikuti.
"Sekarang aku sudah di Klinik kan ? jadi aku minta kamu pulang dan kembali ketempatmu bekerja ! please Des jangan terus berpikiran negatif padaku, karena ini semua akan membuatku marah dan kesal denganmu" pinta Febri.
"Aku cuman takut kamu berpaling dariku Mas, aku tidak ingin pernikahan kita kandas karena ada orang ketiga, mungkin kalau aku bisa melahirkan anak untukmu, aku juga tidak mungkin seperti ini" Desi menunduk, cairan bening sudah menumpuk di pelupuk matanya, sekali ia mengerjap maka akan lolos begitu saja, mengucur dengan deras membasahi pipi mulusnya.
Febri kembali menghela nafas panjang, ia sebenarnya kasihan pada istrinya. Rahim Desi dikatakan sehat bahkan ia sering memeriksanya namun Allah belum memberi mereka kesempatan untuk menimang sang buah hati.
Sebagai laki-laki yang sudah lama berkeluarga Febri begitu ingin mempunyai keturunan, apalagi teman-temamnya sudah memiliki anak semua bahkan ada yang sudah punya anak tiga.
"Kita sudah sepakat untuk tak membahas masalah ini Des !" Ujar Febri.
"Tapi tetap saja Mas, sebagai wanita aku juga ingin merasakan hamil dan melahirkan"
Febri bangkit dan mendekati istrinya, ia peluk wanita yang selama ini sudah menemaninya, memberinya semangat disaat ia terpuruk menghadapi kekejaman dunia.
"Udah ya !! kita jalani saja semua berdua !"
Desi menganggukan kepalanya didada Febri, ia menghapus air matanya menggunakan ibu jarinya.
Cup.
Febri mengecup kening istrinya dengan lembut, kemudian menatap istrinya sembari tersenyum.
"Sekarang pulanglah ! katanya banyak kerjaan ! jangan berpikir negatif terus padaku ! aku pulang jam 09 malam soalnya ada jadwal di rumah sakit juga sampai nanti malam. Ada 2 pasien yang akan melakukan kuretasi" jelas Febri.
"Iya Mas, hati-hati ! nanti aku tunggu dirumah, nanti aku siapkan makam malam"
"Terima kasih, tapi ku harap kamu jangan capek-capek ya !!"
...🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥...
Safa membuka pintu gerbang, meregangkan kedua tangannya sambil menghirup udara pagi yang masih sangat segar, jalanan masih ada yang tergenang air karena derasanya hujan semalam.
Dua orang ibu-ibu melewati Safa, mereka menatap heran dengan sosok gadis cantik yang baru kali ini mereka lihat. Safa berusaha menampilkan senyum walau mendapatkan tatapan tak mengenakan dari kedua ibu itu.
"Pagi Bu, pada mau kemana nih ?" tanya Safa ramah, senyum tipis tak pernah pudar menghiasi wajah cantiknya.
"Pagi" jawab kedua ibu itu serempak.
"Kamu siapa ya ? maaf baru kali ini kami melihat kamu" tanya Ibu yang memakai baju biru
(Kalau ada yang nanya kamu jawab aja kalau kamu keponakan aku ! biar tetangga disini gak banyak nanya" seketika Safa ingat dengan pesan Febri tadi pagi.
"Perkenalkan Bu, saya Safa keponakan nya Om Febri" jelas Safa berusaha senatural mungkin supaya kedua ibu itu percaya.
"Oh ponakan dokter Febri, tapi selama mereka tinggal disini istrinya gak perna cerita kalau dokter Febri ada ponakan yang masih muda, kamu juga baru ini kan datang"
Safa meneguk ludanya berkali-kali, pertanyaan ibu-ibu itu membuat Safa tak bisa berkutik, namun sebisa mungkin Safa bersikap biasa saja, mereka tak boleh tau kalau ternyata Safa hanyalah seorang gadis yang di tolong Febri.. Safa tidak ingin nama baik Febri menjadi jelek karena dirinya.
"Iya Bu, saya memang baru kali ini datang kesini karena saya baru lulus SMA. Mungkin Tantenya males aja Bu kalau bahas tentang saya karena kan gak terlalu penting"
Kedua Ibu itu saling pandang dan serempak mengangguk "Betul juga ya !! Ya sudah kalau gitu kami pamit ya semoga betah tinggal disini..Kalau ada apa-apa jangan sungkan minta tolong sama kita" jawab Ibu berbaju hijau.
"Iya Bu terima kasih sebelumnya"
Setelah kedua ibu itu pergi, Safa kembali menutup gerbang dan masuk kedalam rumah sebelum ada banyak pertanyaan dari ibu-ibu yang lain.
Safa mendudukan diri di sofa, ia kembali mengingat perlakuan ayah tirinya malam itu. Juga sang Ibu yang terus membela Ayah tiri walaupun Safa anak kandungnya.
"Aku gak mungkin terus tinggal disini, aku gak ingin merepotkan Mas Febri lebih banyak. Tapi kemana aku harus pergi, uang aku gak ada..." Safa mendesah Frustasi memikirkan jalan hidupnya yang begitu menyedihkan..
---
...**LIKE DAN KOMEN...
...ADD FAVORIT...
...RATE BINTANG LIMA...
...KASIH HADIAH (KOPI/ BUNGA** )...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Enung Samsiah
rasa takut seorang istri pasti ada, semua istri pasti gitu
2023-03-20
0
Meylin
insting istri itu kuat pasti suami punya cewek lain
2022-01-16
0
Yesi Triyanto
istri nya dktr dah kaya satpol PP ya, buat safa cr kerja biar dpt uang dah itu pergi dr rmh itu kost aja sndr dr pd jd bahan gunjingan tetangga blm lagi klu ampe desi tahu bisa jadi peyek safa nya.
2022-01-05
0