Tasim dan Fahri langsung cengengesan, melihat wajah garang ibu nyai yang ada di hadapannya saat ini
" Hehehehe....." tawa cengengesan mereka kompak
" Apa? Jihan cantik kan?" ujar Naifa garang
" Iya... Eh... Masih cantik kamu sayang..." elak Fahri sudah keceplosan
" Pret.... Khusus malam ini, keloni ke 7 anakmu,.." ucap Naifa langsung ngambek masuk ke belakang
" Haaaa? yang bener aja sayang..?" kaget Fahri karena harus menemani ke 7 anaknya yang masih kecil kecil,
Apa lagi saat ini mereka sedang tidak bawa mbak santri maupun baby sitter yang pastinya Fahri akan kualahan
Tasim dan Ilma justru tertawa ngakak melihat tingkah kocak keluarga Fahri dan Naifa
" Elo juga Mas Tasim.. Tadi kan bilang Iya, kalau Jihan cantik, mbak Ilma.. Mas Tasim juga tuh" ucap Fahri sengaja agar Tasim juga sama mendapat hukuman dari Ilma
" Enggak ya Umi ya, Umi Ilma yang paling cantik pokoknya, gak ada duanya" rayu Tasim agar tidak mendapat hukuman,
" Gak... Sama aja, keloni dan openi ke 7 anakmu.. Malam ini" ujar Ilma ngikuti gaya Naifa dan langsung pergi
Tasim langsung menelan ludah sampe kesusahan, dan..
" Gue masih ada banyak santri Fah, aman" bisik Tasim pada Fahri
" Tanpa bantuan mbak Santri.." ucap Naifa dan Ilma kompak, membuat Tasim dan Fahri tepuk Jidat
Di halaman depan tempat parkir area pesantren, Jihan dan Zain sedang menunggu kedatangan putranya El Musthofa,
Yang mana tadi anak pertama Tasim, Gus Billah, di Minta abahnya untuk memanggil El agar segera menemui Abah Uminya di mobil
Di asrama putra, El sedang tiduran, karena hari ini hari jum'at dan kegiatan pondok juga libur, jadi karena gak ada ponsel dan modem laptopnya di sita, El memilih untuk tidur setelah royongan pemebersihan asrama putra
" Kang... Kang El.." ucap Billa membangunkan El
" Hem..." jawab El dengan mata masih tertutup
" Bangun..."
" Heem......" jawab El sampe berkali kali dan gak bangun
" Di tunggu Tante Jihan sama Om Zain di mobil parkir depan" bisik Billah, agar tidak terdengar santri lainnya
" Haaa.... Apa gus?" kaget El langsung bangun dan terduduk tegap
Billah kembali membisikkan hal tersebut kepada El lagi, dan El makin panik karena orang tuanya yang malah ke sini
Apa lagi parkirannya tepat di belakang asrama putri
El belum siap kalau Heny melihatnya nanti, dan akan menjadi kesalah fahaman, dan mengira dirinya berbohong
" Udah dari tadi?" tanya El dan Billah mengangguk
El segera bangkit dari duduknya, dan membuka lemari gotaknya sederhananya, yang di sediakan dari pihak pesantren, kemudian mengambil hoodenya, dan juga kaca mata hitamnya, dan masker untuk penyamaran
Heboh sendiri penyamaran kang santri 1 ini, hanya sekedar mau berjumpa dengan orang tuanya
Repot sendiri hanya sekedar menutupi identitasnya yang ingin di pandang apa adanya, tanpa ada perbedaan di mata orang lain
Dan untungnya di kamarnya gak ada orang, di tambah nanti dia harus melewati asrama santri putri yang heboh kalau saat dia muncul
" Makasih ya gus..." ucap El langsung keluar dengan penyamarannya
El berjalan menuju parkiran mobil abah Uminya, dengan kepala yang terus menunduk kebawah saat keluar dari kamarnya sampai melewati santri putri yang pastinya bertanya tanya, hingga masuk mobil Abah Uminya dengan membuka maskernya
" Astagfirullahal adzim..... " ucap Jihan melihat penyamaran El yang seperti seorang *******
" Assalamualaikum..." salam El saat masuk dan menutup pintu mobil cepat
" Waalaikumsalam... wr wb" jawab Zain dan Jihan heran dengan penampilan anaknya
El bersalaman dan mencium tangan Abah Uminya sampai bolak balik, serta Jihan yang selalu memberi ciuman lembut pada anak anaknya saat berjumpa
El duduk di bangku tengah, belakang bangku Jihan dan Zain, membuat Zain dan Jihan beralih menyamping menghadap El
" segitunya penyamarannya?" tanya Jihan heran pada El
" Ya Abah Umi sih... Kan bisa ketemu di Ndalem tadi" kesal El melepas hoodeenya karena gerah padahal AC mobil hidup
" Katanya kalau di Ndalem kurang bebas bicaranya" jawab Zain
" Ya di rumah Mbah Buyut lah, ( Neneknya Jihan) nanti Om Alif suruh jemput " bantah El yang cukup deg degan awalnya
" Ya kan Umi tadi sekalian silaturrahi di sini El, ngapain harus bolak balik, udah kangen sama anaknya kok" jawab Jihan menbantah
" Sehat kan nak?" tanya Zain pada El
" Sehat Bah... Alhamdulillah, " jawab El santai
" Uang masih?" tanya Zain lagi
" He' He"... Hehehe hahaha" tawa Jihan mendengar pertanyaan El
Secara Zain sendiri gak pernah tau masalah keuangan El, karena dia sendiri yang memint secara otomatis hasil salah satu resto di kirim pada El
Terlebih hidup dalam lingkup pesantren yang sederhana di tengah pedesaan tentu tidak pelu banyak pengeluaran karena semua masih serba murah, jauh dari kehidupannya di kota
" Kenapa Mi? bukannya kalau nyambangi anak di pondok yang pertama di tanya pasti uangnya masih gak,? gitu gak sih?" heran Zain pada istrinya
" Iya bah, dulu zaman kita di pesantren memang gitu, tapi abah tumben dan lucu aja, keuangan anak di pesantren aja gak pernah tau" bantah Jihan karena memang benar adanya
" Lha iya, makanya Abah ini tanya biar terlihat perhatian gitu" jawab Zain cari muka pada El
" Ya udah jawab El, masih gak uangnya?" ucap Jihan mengulangi pertanyaan Zain
" Habis.." jawab El cepat
" Haa... Habis?" kaget Zain yang justru membuat Jihan kembali tertawa
" Yang bener aja El, pemasukan perbulan bisa dapat rumah dan mobil lho El, masak udah habis?" heran Zain salah faham
" Yang cash udah mau habis maksudnya Bah..." jawab El menjelaskan
" Iya aja, El segila itu habisin uang, emang untuk beli sawah di sini" bantah El yang sangat sederhana
" Kirain beneran habis" ucap Zain sambil mengambil uang cash dari dashbord mobilnya dan memberikan pada El puluhan lembar kertas biru
" Kalau beneran Habis boleh gak Bah?" tanya El bergurau
" Boleh.." jawab Zain santai
" Boleh boleh... Emang untuk apa?" saut Jihan keluar jiwa emak emaknya
" Untuk Nikah" ceplos El
" Nikah? Sama siapa?" kaget Jihan dan Zain kompak
" Canda lho Mi, serius amat nanggapinya" ucap El santai tanpa dosa
Membuat Jihan dan Zain kembali bernafas lega, Iya aja anaknya yang baru mau beranjak 18 tahun udah mau nikah,
Kalau cewek mungkin bisa di pertimbangkan kayak Jihan dulu 16 tahun nikah, kalau cowok,.. NO prinsip Jihan biar mateng kuliah dan bekerja, walau Abahnya sendiri punya banyak bisnis
" Ini semua untuk El?" tanya El saat melihat begitu banyak kantong plastik di belakangnya
" Iya untuk siapa lagi, turunin gih, taruh pondok dulu, bagi teman temannya" jawab Jihan
" Ck... Enggak ah... Nanti ketahuan lagi" tolak El
" Nih.... Kebiasaan Uminya dulu, selalu ngumpet ngumpet di tiru anaknya.." ucap Zain dengan El yang persis sama dengan Uminya
" Iya Bah....." pasrah Jihan mengaku
" Lha terus ini siapa yang nurunin El?, kang santri ya, biar Umi yang panggil" tanya Jihan menawarkan
" Enggak enggak.... Nanti mereka tau El di sini" elak El cepat
" Lha terus?" tanya Jihan kesal lama lama
" Umi sama Abah lah, " jawab El santai tanpa dosa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Yulia Bundanya Habibie
, .
2022-03-31
1
Yulia Bundanya Habibie
,
2022-03-31
1
Yulia Bundanya Habibie
.
2022-03-31
0