Nadya meneguk air putih dari dalam botol minum tupperware yang senantiasa ia bawa.
"Yah, habis!" Gumam Nadya yang masih merasa haus.
Nadya lupa mengisi ulang botolnya sebelum pulang tadi.
"Kamu bawa minum, nggak, Lit?" Tanya Nadya pada Lita yang berdiri di sampingnya.
"Nggak!"
"Ngapain juga ribet-ribet kalau banyak yang jual," jawab Lita seraya menyeka keringat di dahinya dengan tisu.
Kedua remaja tersebut masih berdiri di pintu samping gedung BTC dan belum ada niatan untuk masuk.
"Beliin! Aku masih haus," Nadya menyodorkan uang lima ribuan pada Lita.
"Ish! Aku juga yang disuruh." Lita menghentak-hentakkan kakinya ke tanah sebelum berlalu meninggalkan Nadya dan membeli air mineral ke pedagang asongan di sekitar pusat sandang di kota Solo tersebut.
"Yaelah! Sok-sokan ngambek, tapi jalan juga," gumam Nadya yang selanjutnya memilih untuk duduk sebentar di undakan yang ada di pintu masuk sembari menunggu Lita kembali.
Nadya kembali memeriksa ponselnya untuk melihat pesan yang masuk.
[Udah pulang, Cantik?] -Eza-
[Masih di toko buku, nyari materi buat tugas] -Nadya-
Nadya nyengir seraya memeletkan lidahnya sendiri saat mengirim pesan bohong tadi pada Eza.
Apaan toko buku?
Toko kain aja bilang toko buku!
"Ngapain senyum-senyum sendiri, Nad? Udah kayak orang sinting!" Cibir Lita seraya menyodorkan botol air mineral label biru ukuran tanggung pada Nadya.
"Siapa juga yang senyum-senyum sendiri! Aku kan emang murah senyum," sahut Nadya mencari alasan.
"Murah senyum tapi nggak tahu tempat. Yang nggak tahu kan mikirnya kamu sinting!" Kikik Lita seraya menuruni tangga dan menyusuri lorong di antara deretan penjual kain aneka rupa di dalam BTC.
"Resek kamu, Lit!" Sungut Nadya kesal yang sudah berlari menyusul langkah Lita.
"Mau nyari disebelah mana ini?" Tanya Lita yang masih terus melangkah keluar masuk lorong.
"Nggak tahu! Cari yang murah bisa ditawar setengah harga sama yang penjualnya ganteng kalau ada," jawab Nadya asal.
"Ngelunjak!" Decak Lita yang hanya membuat Nadya terkikik.
"Eh, itu motifnya bagus-bagus, Lit!" Nadya menunjuk ke satu lapak penjual kain, dimana banyak kain katun berukuran lebar dengan motif lucu khas anak-anak.
"Itu kain sprei, Dodol!" Lita menoyor kepala Nadya.
"Tapi lucu-lucu, ih! Di pakai bikin piyama anak kan bisa juga." Jawab Nadya cengengesan.
"Ya nggak bisa! Nanti disuruh Bu Guru nyanggitin motifnya, kamu nangis!" Cibir Lita yang semakin membuat Nadya tergelak hingga gadis itu tak sengaja menabrak seorang mas penjual kain yang sedang melayani pembeli di salah satu lapak.
"Ya ampun!" Pekik Nadya saat mas penjual kain tadi nyungsep ke dalam tumpukan roll kain dan membuatnya rubuh.
"Nad!" Lita menutup kedua matanya dengan telapak tangan seolah tak berani untuk melihat. Sedangkan Nadya hanya mematung di tempatnya dan memejamkan matanya karena takut.
"Kalau bercanda lihat tempat dong, Dek!" Tegur Mas penjual kain yang tadi Nadya tabrak.
Ya ampun!
Suaranya halus dan lembut.
Nadia membuka kelopak matanya sedikit-sedikit, seolah hendak mengintip mas bersuara lembut tadi.
"Kelilipan matanya?" Tanya Mas berkaus abu-abu itu lagi.
Suaranya masih lembut dan halus. Dan wajah masnya juga putih bening.
Ya ampun!
Apa mas ini benar-benar penjual kain?
Kenapa nggak jadi artis aja, ya?
Ganteng begitu padahal.
"Eh, enggak kok, Mas!" Nadya meringis dan buru-buru membantu membenarkan keranjang tempat kain yang berantakan.
Tak lupa, Nadya juga mencolek Lita agar ikut membantu.
"Saya benar-benar minta maaf, Mas! Tadi itu nggak sengaja," ucap Nadya berbasa-basi masih sambil merapi-rapikan gulungan kain yang tadi sempat rubuh.
Padahal udah dirapiin masnya dengan cekatan, dan Nadya memang hanya berbasa-basi.
"Yaudah, lain kali hati-hati!" Pesan mas penjual kain lagi tanpa ada sedikitpun raut kemarahan di wajahnya.
Ya ampun!
Calon suami idaman kayaknya!
Eh, tapi udah punya istri belum, ya?
Kelihatan udah dewasa.
"Mau cari kain apa? Anak SMKK, ya?" Tebak mas penjual kain lagi seraya mengendikkan dagunya ke rok kotak-kotak Nadya dan Lita yang memang menjadi ciri khas dari sekolah mereka.
Yah, ketahuan, deh!
Tapi nggak apa-apalah?
Kali aja bisa langganan kain disini.
Kelihatannya lengkap.
"Itu ada, Nad!" Lita berbisik-bisik dan menunjuk ke deretan kain katun motif yang terlihat lucu-lucu.
"Eh, iya! Beli disini sekalian aja!" Jawab Nadya ikut berbisik-bisik pada Lita.
"Res! Kain oxford warna hitam mana?" Seru seorang pria kain dari sisi lain toko.
Sepertinya tengah bertanya pada mas ganteng yang Nadya tabrak tadi.
"Habis, Mas! Tadi ada yang ngambil satu roll, dan belum ambil ke gudang lagi," Jawab mas ganteng ikut-ikutan berseru pada temannya.
Res?
Namanya Mas Res ternyata.
Restu?
Atau jangan-jangan Resek?
"Mas Res, kain katun motifnya berapaan?" Tanya Nadya akhirnya yang ikut memanggil mas penjual kain itu dengan sebutan Mas Res.
Nggak tahu kepanjangannya apa.
"Yang mana?" Mas Res menuju ke deretan kain katun aneka motif.
Sepertinya ada dua jenis kain dan lebarnya juga berbeda.
"Yang ini sepuluh ribu per meter lebar sembilan puluh."
"Kalau yang lebar seratus dua puluh harganya dua belas ribu permeter," terang Mas Res seraya menunjuk ke deretan kain yang berbeda ukuran tersebut.
"Trus manggilnya jangan Mas Res, dong, Dek! Nggak enak banget dengarnya," sambung Mas Res lagi yang sontak membuat Nadya dan Lita yang sedang memilih motif kain sedikit salah tingkah.
"Memang nama masnya siapa?" Tanya Nadya to the point.
"Reza." Mas Res yang ternyata bernama Mas Reza itu mengulurkan tangannya pada Nadya sebagai tanda perkenalan.
"Nadya."
"Lita!" Nadya dan Lita menjabat tangan Reza bersamaan.
"Jadi kainnya mau motif yang mana?" Tanya Reza selanjutnya pada Nadya dan Lita yang terlihat melongo.
"Yang ijo!" Jawab Nadya to the point.
"Ijo yang mana? Itu banyak yang warna ijo!" Bisik Lita pada Nadya yang sepertinya masih terperangah dengan ketampanan Mas Reza penjual kain.
"Ijo beruang bagus, Lit! Kamu mau yang beruang juga?" Nadya balik bertanya pada Lita.
"Nggak, ah! Aku mau yang pink hello kitty. Keponakan aku kan cewek," jawab Lita menunjuk ke kain motif hello kitty warna pink. Sepertinya Lita akan memberikan piyama hasil karyanya nanti pada sang keponakan.
Nadya segera menyampaikan motif pilihannya dan pilihan Lita pada Reza yang langsung memotong kain dengan cekatan.
"Nggak ada diskonnya, Mas? Kan belinya banyak," Rayu Nadya saat hendak membayar.
"Udah paling murah itu, Dek! Coba keliling cari yang motifnya cantik begitu, pasti diatas sepuluh ribu harganya," tutur Reza yang langsung memberikan uang kembalian untuk Nadya dan Lita.
"Iya juga, sih! Di toko kain yang paling murah lima belas ribu per-meter. Udah gitu yang jual nggak seganteng ini," gumam Nadya pada Lita yang entah didengar entah tidak.
Entahlah!
"Eh, yang buat gamis nggak sekalian nanya, Nad?" Lita mengingatkan Nadya saat keduanya hendak meninggalkan toko Mas Reza ganteng.
"Kok bisa lupa, sih?" Nadya menepuk keningnya sendiri dan dua remaja itu segera berbalik dan bertanya-tanya lagi pada Reza tentang kain untuk gamis yang harganya miring tapi nggak licin.
Ribet juga kalau dapat kain yang licin. Pas dipotong suka lari-lari, terus pas dijahit juga nyusahin. Dan semua itu, hanya anak tata busana yang paham.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nadia Laili
kalau dulu sekolah SMK mmg identik maaf ekonomi lemah,tapi 10 th terakhir SMK sdh banyak yg favoritin secara banyak SMK yg bekerja sm dengan perusahaan untuk job desk
2022-02-16
0
Ashika ruhab
beruntung ea ketemu Abang penjual kain ganteng + dapat beli kain murah...😅🤭
semoga berjodoh Nadya sama bang Reza penjual kain...😁🤭
2022-01-29
0
Eda Ridha
bener banget nadya paling g enak kalo ngejahit kainya lari2 gt
2021-12-25
1