Maya baru selesai mandi saat terdengar salam dari pintu depan.
"Assalamualaikum. May!"
"Walaikum salam!" Maya bergegas membuka pintu deoan karena hafal dengan suara orang yang menyapa tadi.
"Sudah datang, Pak Teddy?" Sapa Maya berbasa-basi pada juragannya tersebut.
Disebut juragan, karena Pak Teddy adalah pemilik konveksi, dimana Maya mengambil potongan kain untuk ia jahit menjadi sebuah daster.
Tidak hanya daster sebenarnya, kadang juga baju anak atau setelan celana dan atasan.
"Iya, sedikit pagi karena mau sekalian ke gudang ambil stok kain," tutur Pak Teddy seraya tersenyum.
"Eh, masuk dulu, Pak!" Maya mempersilahkan Pak Teddy untuk masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu yang menyatu dengan ruang kerjanya.
Namu bukannya langsung duduk. Teddy malah memeriksa daster yang sudah selesai dijahit oleh Maya dan sudah diikat rapi.
"Ini jumlahnya sudah pas, kan, May? Langsung aku masukin ke mobil kalau sudah pas," tanya Pak Teddy seraya mengangkat tumpukan kain yang kini sudah berbentuk daster tersebut.
"Sudah, Pak! Biar saya yang bawa," jawab Maya masih merasa sungkan.
"Sudah! Biar aku saja!" Cegah Pak Teddy yang sudah dengan cepat membawa tumpukan daster lagi keluar dari rumah Maya, lalu memasukkan ke dalam mobil.
"Nadya sekolah, ya?" Tanya Pak Teddy lagi yang sudah kembali masuk ke dalam rumah Maya.
"Iya, Pak! Kan ini hari Rabu," jawab Maya sedikit terkekeh.
Maya sedang memeriksa potongan kain yang tadi dibawa oleh Pak Teddy seraya menghitung jumlahnya.
"Ini disetor kapan, Pak?" Tanya Maya selanjutnya setelah selesai menghitung jumlah potongan kain.
"Tidak usah buru-buru! Nanti kalau sudah selesai kamu telepon aku lagi, biar aku yang jemput dasternya dan antar kain yang baru lagi," jawab pak Teddy santai seraya tersenyum penuh ketertarikan pada Maya.
Maya benar-benar dibuat salah tingkah dengan sikap juragannya tersebut.
Padahal Maya baru beberapa bulan mengambil jahitan di konveksi milik Pak Teddy. Karena setahu Maya, Pak Teddy juga termasuk baru di kota ini. Sebelum pindah ke kota Solo ini, Pak Teddy dan putranya yang katanya punya toko kain di BTC tinggal di ibukota.
"Jadi ngrepotin Pak Teddy terus karena harus antar jemput jahitan saya. Padahal saya juga bisa ambil sendiri ke konveksi, Pak!" Ucap Maya merasa sungkan.
"Naik sepeda? Bawa kain sebanyak ini? Nggak tega aku, May!" Tukas Pak Teddy seraya menyeruput teh hangat yang disuguhkan oleh Maya.
Pria empat puluh sembilan tahun tersebut, juga mengambil satu gorengan tahu isi yang turut disuguhkan Maya bersama teh hangat tadi.
"Ini tahu isinya buat sendiri, May? Kok enak?" Puji Pak Teddy yang terlihat menikmati sekali tahu isi di tangannya.
"Iya, Pak! Kesukaannya Nadya, jadi sering bikin untuk lauk dan cemilan," tutur Maya sedikit bercerita.
"Wah, selera Nadya sama ternyata denganku," Pak Teddy tersenyum seolah merasa bangga.
"Pak Teddy kalau suka bisa dibungkus, untuk cemilan nanti," tawar Maya sedikit berbasa-basi pada sang juragan.
"Wah, boleh-boleh!" Jawab Pak Teddy bersemangat.
Maya segera mengambil kantong plastik untuk membungkus tahu isi yang tersisa di piring. Masih ada sekitar enam buah tahu isi.
"Eh, tapi nanti Nadya nyariin nggak? Kok kamu bungkus semua?" Cecar Pak Teddy merasa khawatir.
"Nanti untuk Nadya saya buatkan lagi, Pak! Pulangnya juga masih sore, katanya mau ke BTC dulu cari kain," jawab Maya dengan nada santai.
"Suruh mampir ke lapaknya Eza saja kalau cari kain. Lumayan lengkap juga kainnya di sana," saran Pak Teddy yang hanya diiyakan oleh Maya.
"Wah, udah jam sepuluh lebih," gumam Pak Teddy seraya melihat arlojinya.
"Aku ke gudang dulu, May! Mau ambil kain," ujar Pak Teddy lagi seraya bangkit dari kursk dan membawa bungkusan tahu isi.
"Oh, iya, Pak! Monggo, hati-hati!" Maya mengantar Pak Teddy sampai ke teras rumahnya.
"Assalamualaikum!" Ucap Pak Teddy seraya melambaikan tangannya pada Maya.
"Walaikum salam, Pak!" Jawab Maya seraya menganggukkan kepala dan menunggu hingga mobil minibus milik juragannya tersebut melaju pergi.
Maya menghela nafas berulang kali setelah kepergian Pak Teddy. Jantung Maya rasanya tak berdegup dengan benar saat berada di dekat juragannya tersebut. Benar-benar sudah seperti remaja kasmaran saja!
****
"Nad!" Tepukan serta teriakan Lita mengagetkan Nadya yang sudah terkantuk-kantuk di dalam angkot.
"Aku belum budeg, Lit! Banguninnya biasa aja nggak bisa, apa?" Omel Nadya seraya mengusap-usap telinganya yang terasa berdenging karena teriakan Lita resek.
"Udah sampai. Buru turun! Mau pulang bareng bang angkot kamu?" Cecar Lita yang sudah mengangkat bokongnya dan sedikit menunduk saat melewati pintu angkot. Nadya menyusul temannya tersebut masih sambil merengut.
"Makasih, Pak!" Ucap Nadya seraya meletakkan ongkos di dashboard angkot. Dua gadis remaja tersebut menengok ke kiri dan kanan jalan sebelum menyeberang dan masuk ke gang yang menuju ke rumah mereka.
"Ngantuk!" Nadya menguap lebar tanpa menutup mulutnya sama sekali.
"Ya ampun! Tutupin itu goa kamu, Nad! Keselek laler, kapok kamu!" Celetuk Lita menegur teman sekaligus tetangganya tersebut.
"Bawel, kamu!" Sahut Nadya memutar bola matanya dengan malas.
Lita sudah sampai di rumahnya yang hanya berjarak seratus meter dari mulut gang. Sementara rumah Nadya ada di ujung gang dan Nadya masih harus berjalan sekitar tiga ratus meter lagi.
"Lit! Kain aku!" Tegur Nadya karena kain miliknya yang untuk praktek besok pagi ikut dibawa Lita masuk ke rumahnya.
"Eh, iya!" Lita terkikik dan segera mengambil kain motif beruang ijo milik Nadya di kantong plastik yang ia bawa.
Untung bukan buto ijo!
"Dasar Si Lit!" Ejek Nadya pada temannya tersebut.
"Apa kamu bilang barusan!" Lita menuding ke arah Nadya karena Nadya yang selalu menggunakan panggilan menyebalkan itu untuk mengejek Lita.
"Si Lit!" Teriak Nadya seraya berlari meninggalkan Lita yang sedang mencari benda apapun untuk menimpuk kepala Nadya resek.
"Resek kamu, Nad!" Seru Lita pada Nadya yang sudah berlari sangat jauh dan hampir mencapai rumahnya.
Lita hanya bisa berdecak berulang kali sebelum masuk ke rumahnya.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ronny Napintor Siregar
kayaknya si Eza anaknya pak Teddy nih, si bapak naksir emaknya Nadya dan si anak naksir anaknya Maya 😂
2022-02-26
0
Ashika ruhab
mas Eza anaknya pak Teddy...😲 jangan2 Eza & Reza orang yg sama...😅🤭
2022-01-29
0
Eda Ridha
ternyta pak tedy punya ank namanya reza(eza) itu juga pasti pacar online si nadya...
2021-12-25
1