MATRE

^^^Bang kenek memang nekat^^^

^^^Angkot penuh dibilang muat^^^

^^^Duduknya enam empat^^^

^^^Sudah sempit disuruh merapat.^^^

"Ish! Lagunya kenapa itu lagi!" Keluh Lita yang duduk di samping Nadya yang malah terkikik tak jelas. Lita adalah teman yang biasa berangkat bersama Nadya naik angkutan umum dari rumah menuju ke sekolah.

^^^Supir ngejar setoran^^^

^^^Lama nge-tem nggak jalan-jalan^^^

^^^Bikin penumpang bete^^^

^^^Jadi pengen jejelin pete^^^

Nadya ikut menyanyikan lagi yang di putar di dalam angkot seraya berekspresi lebay pada Lita.

"Apa, sih, Nad! Aku jejelin pete beneran kamu nanti!" Sungut Lita yang malah membuat Nadya semakin tergelak.

^^^Duh aduh sesak panas^^^

^^^Sampai nggak bisa nafas^^^

^^^Yang naik pada sekarat^^^

^^^Mirip pepes ikan sepat^^^

^^^Tak ada ruang bergerak^^^

^^^Dan waktu angkotnya nanjak^^^

^^^Pedal gas udah sampe pol^^^

^^^Angkot mlorot pedalnya dol^^^

^^^Penumpang pun pada teriak^^^

^^^Rasanya pada pengen jitak^^^

^^^Supir dan kenek tetap kompak^^^

^^^Ternyata mereka lebih galak^^^

"Ck! Aku jitak beneran bang supirnya kalau besok lagunya nggak diganti. Nadya udah sampai kesurupan begini," gerutu Lita yang masih terus mengomel sendiri.

"Siapa yang kesurupan? Aku masih waras, Lit!" Sungut Nadya pada temannya tersebut.

"Kalau masih waras ya jangan nyanyi-nyanyi kayak orang gila begitu!" Ujar Lita yang malah balik bersungut pada Nadya.

"Ish! Suka-suka akulah!" Decak Nadya seraya membuka ponselnya yang bergetar di dalam saku rok.

[Pagi, Cantik! Udah sarapan belum?] -Eza-

[Udah, dong! Eza udah sarapan belum?] -Nadya-

Nadya mengetik pesan di ponselnya seraya tersenyum sendiri. Terang saja, hal itu membuat Lita kembali harus memutar bola matanya.

[Udah juga. Hari ini sekolah, ya?] -Eza-

[Iya, dong! Kan siswa teladan] -Nadya-

"Cih, siswa teladan! Telat makan jadi edan?" Celetuk Lita yang rupanya ikut membaca pesan yang diketik oleh Nadya.

"Apa, sih? Dasar kepo!" Cibir Nadya pada Lita.

"Itu Eza yang nomor nyasar dulu itu, ya, Nad?" Tanya Lita lagi masih kepo seraya mengingat-ingat.

"Iya! Dia kan pacar online aku!" Jawab Nadya pamer.

Lita sontak tergelak.

"Pacar online? Kenapa nggak dijadiin pacar offline aja?"

"Nggak ah! Takutnya pas nanti kopi darat ternyata dia udah om-om. Kan nggak lucu!" Ujar Nadya mencari alasan.

"Trus kamu juga masih ngaku-ngaku sebagai anak SMA sebelah?" Tebak Lita lagi yang sepertinya sudah hafal dengan akal bulus Nadya.

"Gengsi kali, kalau ngaku anak SMKK jurusan Tata Busana! Apa kata dunia?" Jawab Nadya dengan nada penuh kesombongan.

"Lah, kenyataannya kan memang anak SMKK! Dasar!" Cibir Lita pada temannya yang gengsian tersebut.

"Udah diam! Penting kan dapat jatah pulsa gratis tiap bulan dari Eza!" Nadya memeletkan lidahnya pada Lita.

"Terserah! Aku mau turun!" Celetuk Lita seraya bangkit dari duduknya dan keluar dari angkot. Rupanya angkot yang ditumpangi Lita dan Nadya sudah tiba di depan sekolah mereka.

Nadya segera ikut turun dan membayar ongkos, lalu setengah berlari ke arah gerbang yang hampir ditutup.

Sudah pukul tujuh kurang lima menit.

****

"Halo, Pak Teddy. Selamat pagi," sapa Maya ramah saat mengangkat telepon dari Pak Teddy, pemilik konveksi dimana Maya mengambil potongan daster atau setelan celana untuk ia jahit di rumah.

"May, daster yang kamu ambil kemarin sudah jadi?"

"Sudah, Pak! Ini baru mau saya antar ke sana. Sekalian mau ambil jahitan yang baru. Sudah ada, kan, Pak?" Maya balik bertanya pada Pak Teddy.

"Iya ada. Ini sudah mau aku antar ke rumah kamu."

"Loh, nggak usah repot-repot, Pak! Nanti saya ambil sendiri ke sana," tolak Maya cepat merasa tak enak hati pada juragannya tersebut yang kerap mengantar jemput jahitan untuk Maya kerjakan. Padahal Maya juga bisa mengambil sendiri ke konveksi.

"Udah, nggak apa-apa! Ini juga sudah mau jalan. Kamu siapkan saja yang sudah jadi, nanti sekalian aku ambil!"

"Iya, Pak! Terima kasih sebelumnya," pungkas Maya sebelum telepon terputus.

Maya hanya menghela nafas, dan bergegas merapikan daster yang sudah selesai ia jahit. Bunda dari Nadya tersebut juga menghitung ulang daster yang sudah ia ikat untuk memeriksa jumlahnya sekali lagi, agar tidak ada yang terselip atau tertinggal.

****

"Nad, jadi ke BTC cari kain?" Tanya Lita saat jam pulang sekolah.

Dua remaja berusia tujuh belas tahun tersebut sedang berjalan beriringan menuju ke arah gerbang sekolah.

"Jadilah! Besok mau motong apa kalau nggak jadi beli kain? Nanti diomeli Bu Guru lagi karena nggak bawa bahan," jawab Nadya yang tetap fokus ke layar ponselnya.

"Chat sama Eza lagi? Suruh jemput gitu sekali-sekali," tanya Lita lagi merasa kepo dan sedikit mengintip ke layar ponsel Nadya. Namun Nadya langsung mematikan layar ponselnya dan melesakkan benda persegi tersebut ke dalam saku seragam.

"Eza kalau siang begini jaga toko. Jadi nggak bisa kemana-mana," terang Nadya memberi penjelasan pada Lita.

"Toko apa? Toko sembako? Asyik tuh, bisa minta jatah sembako sama Eza." Cecar Lita seraya tergelak.

"Lama-lama aku jadi cewek matre, dong! Udah minta jatah pulsa bulanan, masih minta jatah sembako pula," Nadya memutar bola matanya dengan malas.

"Lah kan kamu emang matre," cibir Lita pada Nadya.

"Eh, ada cowok lewat. Rapiin rambut dulu. Kali aja ada yang nyantol," celetuk Lita seraya merapikan rambut keritingnya, saat melihat gerombolan anak STM yang lewat di depan Lita dan Nadya. Sedangkan Nadya hanya cuek dan seolah tak peduli.

Nadya mana doyan sama anak sekolahan?

Teman Lita itu kan sukanya cowok yang udah kerja dan bisa beliin pulsa tiap bulan.

Hahahaha!

Dasar Nadya matre!

"Nggak ada yang nglirik," cibir Nadya menahan tawanya.

Lita sontak merengut.

"Puk, puk, puk! Nanti aku cariin gebetan di BTC. Kali aja ada mas penjual kain yang kepincut sama kamu," kelakar Nadya seraya menepuk-nepuk pundak Lita.

"Lah, mana ada mas-mas penjual kain? Kebanyakan kan ibu-ibu!" Sahut Lita semakin merengut.

"Ya, kali aja ibu-ibunya punya anak bujang. Pedekate dulu sama emaknya kan perlu," ujar Nadya asal yang langsung berhadiah toyoran di kepala dari Lita.

"Udah datang itu busnya! Buru!"

Nadya dan Lita yang sejak tadi berdiri di halte di depan sekolah, segera beranjak berdiri dan naik ke bus kota jurusan BTC.

Beruntung bus sedang tidak penuh, jadi Lita dan Nadya tak perlu berdiri dan bisa duduk dengan nyaman.

.

.

.

Lagu yang diatas itu nyanyinya pakai nada "Pacar Lima Langkah" 🙈🙈

Barangkali ada yang mau baca sambil nyanyi 😅😅

Terimakasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Ameerah Khair

Ameerah Khair

serasa refresh baca novel yg ini....
kalo novel yg semalam saling berhubungan, rajut merajut, kadang Ampe lupa...
yg ini anak sapa😁😁😁😁
"kadang malah bisa muter balik, flashback ke novel yg udah finis"
ahhh ..segitu gak ada kerjaan nya diriku???

2022-05-11

0

Nadia Laili

Nadia Laili

jadi ingat masa SMA nih nunggu bus kota, sering kali berdesakan,yg penting sampai hehe

2022-02-16

0

Okta Yumna

Okta Yumna

novel kamu kak...selalu ada aja yang diceritain...semuanya nyaman pas dibaca...

2021-12-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!