Tertangkap Razia

Di kediaman Zahra.

Tok tok tok (terdengar suara pintu di ketuk.

"Zahra, bangun nak!"

Sayup sayup ku dengar seseorang memanggilku.

Perlahan aku buka mataku mencari sumber suara.

"Ayah!" ucapku, ya ternyata ayah membangunkanku.

"Bangunlah nak, ini sudah subuh." Ucapnya kemudian.

"Ku lihat jam di samping ku, sudah menunjukkan pukul 4.30 pagi. sudah masih waktu subuh.

"Baiklah yah" jawabku sambil berjalan ke kamar mandi.

saking pulasnya tidurku sampai tidak mendengar adzan subuh. Mungkin karna aku kecapekan setelah beberapa jam perjalanan.

Selesai mandi dan sholat, ku putuskan menyiapkan sarapan untuk Ayah dan bang Reza.

Setelah aku selesai memasak, Ayah turun dengan pakaian kerjanya.

"Pagi Ayah," sapaku.

"Pagi juga sayang," jawabnya dengan senyuman.

"Oh iya, Ayah ingin bicarakan sesuatu denganmu," ucap Ayah dengan serius

Ku lirik Ayah dan Bang Reza, mereka menatapku serius.

"Baik Yah kita bicara setelah selesai sarapan," jawabku.

"Ini masakan kamu dek?" tanya bang Reza

"iya dong, gimana enak gak?" tanyaku

"Biasa aja." ucap nya menyebalkan.

"Iih nyebelin, menurut Aya enak gak yah?"

"Masakan anak Ayah enak banget, Ayah suka." jawab Ayah sambil tersenyum kearah ku.

"Makasih Ayah, besok besok Zahra bikin nya buat kita berdua aja yah, bang Reza gak usah di buatin." ucap ku kesal.

"Diih gak adil."

"Biarin."

Selesai sarapan kami duduk sejenak di ruang keluarga. Jujur saja, aku penasaran dengan yang ingin Ayah bicarakan. Sepertinya ini hal penting.

"Zahra, kamu ingat dengan pria yang Ayah kenalkan semalam?" Deg pria pria pria, aku mengingat ingat memori semalam, dan ya Arkan. Mungkin dia.

"Apa maksud Ayah om Arkan?" Tanyaku ragu

.

"Iya sayang, dia adalah anak rekan bisnis ayah, dia seusia kakamu," jawab ayah.

"Mmm lalu ada apa dengannya?" Tanyaku penasaran.

"Ayah nya melamar kamu untuk dia," kata kata Ayah sungguh membuatku kaget,

"Ayah tidak memaksa kamu menerimanya, kamu boleh memikirkannya dulu nak,"

"Dia yakin kamu bisa membawa anaknya ke arah yang lebih baik nak, dengan pendidikan agama yang kamu miliki," sambungnya

"Baiklah akan zahra pikirkan dulu."

"Iya, kalau gitu, Ayah dan bang Reza ke kantor dulu ya, kamu baik baik dirumah," pamitnya sembari berdiri

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pikiranku kembali pada Arkan, kenapa ayahnya ingin aku membawanya ke arah yang baik? apa dia tidak baik? atau seperti apa? Ah beribu pertanyaan muncul begitu saja.

Apa aku harus menunggu ustadz Rama yang belum pasti, atau Arkan yang jelas jelas sudah ada di depan mata?

Tapi dia kan sudah dewasa, mana mungkin pria dewasa mapan seperti dia belum punya pasangan, ya seenggaknya calon.

Tapi ya sudah lah ini kan baru rencana, lagi pula orang nya juga belum tentu mau sama bocah kaya aku.

##

Hari ini aku menghabiskan waktuku dengan membersihkan rumah, aku ingin sedikit menata beberapa bagian di rumah ini.

seletah selesai membersihkan dan menata rumah , sambil menunggu Ayah dan bang Reza pulang, ku putuskan bersantai dengan sedikit cemilan dan siaran televisi. Ah nikmatnya hidup ini hihi maklum di pondok tidak bisa merasakan hal seperti ini.

Saat tengah santai menonton berita tak sengaja mataku melihat seseorang yang tidak asing lagi. Iya dia mas Arkan, kenapa dia masuk berita televisi? Ku baca tulisan di layar sana,

"Seorang pengusaha muda tertangkap razia di sebuah club malam"

di baca berulang kali, aku tidak salah lihat, benar benar tidak menyangka. Apa aku akan menikah dengan pria seperti itu? Sungguh ini jauh dari kriteria pria idamanku yang tercermin dalam diri ustadz Rama.

Aku tidak ingin membandingkan tapi begitulah kenyatannya.

Tak lama setelah itu Ayah pulang, aku langsung menghampirinya.

"Ayah, apa ayah tau mas Arkan tertangkap razia di sebuah club?" Tanyaku.

Ayah meliriku dan berkata, "Ayah tau nak, itulah mengapa teman ayah ingin kau menikah dengannya."

"Apa ayah mau aku menikahi pria seperti itu?" Tanyaku kesal.

Aku sungguh tidak mengerti dengan ayah, bagaimana bisa dia menikahkan putrinya pada pria tidak bermoral? Yaa jika dia bermoral kenapa bisa tertangkap di tempat seperti itu.

"Dengar nak, kita tidak bisa merasa lebih baik dari siapapun, sampai hanya memikirkan keburukan orang lain, cobalah bawa seseorang itu ke jalan kebaikan, baru kita bisa menunjukan bahwa kita adalah orang baik." Jelasnya.

Apa maksud ayah, apa aku benar benar harus menikah dengannya?

Ayah menatapku yang sedang merenung,

"Tiga hari nak, mereka memberimu waktu 3 hari lagi untuk memberi jawaban atas pinangannya, mintalah petunjuk Allah untuk keputusanmu," Kemudian ayah meninggalkanku ke kamarnya.

Apa yang harus ku katakan nanti? Haruskah ku terima, atau ku tolak?

Andai saja ustadz Rama datang, ah ku rasa dia bahkan sudah lupa padaku.

Tok tok tok, terdengar suara ketukan pintu. Segera ku buka. Ku lihat seorang pria yang tak asing lagi.

"Selamat sore" ucapnya. Deg dia pria itu mas Arkan.

Untuk apa dia kesini?

"sore, cari siapa ya?"

Belum sempat dia menjawab, tiba tiba ayam menyahut dari belakang.

"Eh nak Arkan sudah datang, masuk nak"

aku pun menggeser tubuhku, memberikan jalan padanya agar masuk.

setelah itu aku tidak melihatnya lagi. Dia pergi ke ruang kerja ayah, dan aku pergi ke kamar.

##

Hari sudah malam, waktunya aku menyiapkan untuk makan malam.

Malam ini aku memasak sup daging, tahu dan tempe goreng serta telur balado di lemgkapi kerupuk, menu yang sangat sederhana.

Makanan sudah siap, waktunya memanggil ayah dan bang Reza .

Saat ingin ke ruangan ayah, kebetulan ku lihat bang Reza baru keluar dari ruang kerja ayah.

"Eh bang Reza ayah mana? makan malam sudah siap"

"Zahra ngagetin aja deh, Ayah masih ada kerjaan sebentar lagi juga keluar.Mending kita nunggu ayah sambil nonton aja yuk" ajaknya

" Ya sudah yuk" Kami pun pergi ke ruang tv.

Saat sedang asik nonton, ku lihat Ayah keluar dari ruang kerja nya. Tapi tidak sendiri, dia bersama mas Arkan. Aku pikir dia sudah pulang, ternyata masih di sini.

"Nak Arkan makan malam di sini kan?" tanya Ayah

"Gak udah pak saya makan malam di rumah saja"

"Ayolah bro kasian Zahra udah masak loh" kata bang reza

"Iya nak Arkan makan malam disini aja" Ayah menambahi.

Mas Arkan terlihat segan tapi tak bisa menolak.

"Ya sudah" jawabnya.

"Ya udah yuk kita makan, udah laper banget" itu bukan suara ku. Tapi suara bang Reza.

Akhirnya kita makan bersama dengan menu se adanya.

Mereka tampak sesekali berbincang, sedangkan aku diam saja.

"Gimana bro masakan calon istri, enak gak nih?" tanya bang Reza iseng.

ku lihat dia melirik ku sekilas.

"Enak ko"

"lolos dong jadi calon istri" ucab bang Reza menggoda.

"Abang apaan sih" ucapku.

Akhirnya kami makan dalam suasana hening.

sesekali aku lihat mas Arkan, melihat dia menikmati masakan ku membuat aku sentah kenapa merasa senang. Aku harap dia benar benar suka.

selesai makan kami berkumpul di ruang tv.

ku lihat Mas Arkan berdiri

"Sudah terlalu malam, sepertinya saya harus permisi dulu pak, Za"

"Oh iya nak Reza silahkan, hati hati di jalan" ucap Ayah

"hati hati bro, jangan kapok ya makan masakan Zahra" ucap bang Reza menambahkan.

Ku lihat dia tersenyum ke arahku.

"saya pulang dulu, Assalamu'alaikum"

"waalaikumsalam" jawab kami serentak.

#

Hay readers segini dulu ya. maaf kalau banyak salah salah😁 author masih belajar. dukung terus yaaa

Terpopuler

Comments

Sri Cntya

Sri Cntya

wahh..smg bisa jth cnta dan bisa berubah

2021-11-30

0

mbaRos

mbaRos

kak Reza semangat bngt jodohinya

2021-11-25

0

Wakgoes Encuzse

Wakgoes Encuzse

Awas typo nulis ayah jd ayam, manggil arkan jd reza

2021-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!