Bab 1

Dirga bergegas memakai payung itu dan menuju pulang kerumahnya.

di rumah Naira, tampak gadis kecil itu kini terlihat sedang terkena Flu, akibat hujan. Buk Rati yang melihat Naira seperti itu hanya membuang nafasnya dengan berat.

"sudah ibuk katakan Nai, jangan mandi hujan, sudah tau kamu itu rentan sekali sakit"

"hacih.." seketika Naira merasa tak enak badan dan tampak di wajah gadis kecil itu terlihat sedikit merah.

"Ibuk.. kepala Naira sakit" ujar Naira yang kini merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya memejamkan kedua mantanya.

Buk Rati kini bergegas menghampiri Naira seraya mengecek suhu tubuhnya.

tampak di wajah buk Rati sedikit terlihat panik

"ya Allah Nai, kamu demam tinggi nak" ucap buk Rati yang kini berlalu memanggil suaminya.

Di ruang tengah terlihat pak Wawan yang sibuk memperbaiki sebuah lampu, namun dari arah lain buk Rati yang kini sudah tiba di sana seraya menghampiri suaminya dengan wajah terlihat panik

"pak.. Naira sakit pak, demamnya tinggi" ucap buk Rati kepada suaminya.

pak Wawan sontak menghentikan aktifitasnya dan kini beranjak bangun dari tempat duduknya dan seraya menghampiri buk Rati

"apa buk? Naira sakit? sudah kita bawa saja kerumah sakit, takutnya terjadi apa apa nanti" ucap pak Wawan yang kini beranjak menuju kamar Naira.

di dalam kamar, terlihat Naira yang sudah terlihat lemas dan kini segera di larikan kerumah sakit, tampak di di wajah buk Rati sangat cemas dengan keadaan putri semata wayangnya itu

***

Di rumah sakit sejahtera Naira yang sudah di bawa kesana ,tampak gadis itu tengah berada di salah satu ruang rawat unit itensif.

namun di sisi lain di sebuah rumah terlihat seorang anak laki laki yang kini tengah duduk seraya menatap keluar jendela. Tampak anak laki laki itu tengah seperti bersedih.

"Nak?" Panggil seorang wanita kepada anak laki laki itu

"iya Mah!" jawab anak laki laki itu yang masih menatap keluar jendela

"Nak, lusa kamu akan pergi bersama paman dan bibik mu, ingat saat kamu sudah disana, jaga diri kamu baik baik mengerti?" ucap Wanita itu yang merupakan ibu dari anak laki laki itu.

"hemm iya Mah" sahut anak laki laki itu dan kini beranjak keluar kamarnya.

***

satu minggu telah berlalu tampak Naira kini terlihat sudah baikan, yang sudah di perbolehkan pulang, tampak gadis itu terlihat sangat senang.

"ibuk, apa Naira besok udah bisa sekolah lagi?" tanya Naira kepada ibunya

"hemm, besok kamu sudah boleh sekolah" ucap buk Rati kepada Naira.

Naira tersenyum dan kini dirinya bisa bertemu dengan anak laki laki itu.

pukul 10.00 pagi kini Naira dan kedua orangtuanya beranjak pulang kerumah mereka.

Di rumah Kini Naira beranjak masuk kedalam kamarnya seraya meletakan, tasnya di atas tempat tidur.

namun dari arah luar terdengar suara Putri yang kini memanggil dirinya, sontak Naira melangkah kan kakinya mendekati sebuah jendela yang terletak di kamarnya.

Naira mendongak kan kepalanya menatap keberadaan Putri di luar sana. Naira beranjak menuju luar kamarnya dan menghampiri Putri yang masih menunggunya di depan.

"Put, kenapa?" tanya Naira yang sudah berada di sana

"Nai... ayo ikut aku sebentar" ucap Putri meminta Naira untuk ikut bersamanya

"tapi kita mau kemana?" Tanya Naira bingung melihat Putri sedikit khawatir

"sudah ikut saja dulu ayo" ucap Putri seperti tergesa gesa.

Naira dengan spontan mengambil sandalnya dan beranjak menuju luar dan mengikuti Putri menuju sebuah taman.

saat mereka telah tiba di sana Naira menatap bingung apa yang sebenarnya terjadi.

"Put.. kenapa sih?" Tanya Naira yang masih terlihat bingung

Putri seketika menunjuk ke salah satu rumah, dengan keadaan masih bingung Naira juga ikut melihat kearah pandangan Putri.

Deg.... Naira seketika terkejut menatap kearah rumah itu.

"itu..." gumamnya yang menggantungkan kaliamatnya

"itu rumah kak Dirga kan, keluarga kak Dirga tidak tinggal disini lagi Nai, yang ku tau saat kamu di rawat, kak Dirga katanya juga pindah keluar negeri" ucap Putri kepada Naira

Naira seketika terdiam membisu dan kini menatap nanar rumah itu, yang dimana dirinya selalu melihat sosok anak laki laki yang di kaguminya.

Naira seketika menangis, dan beranjak menuju taman seraya duduk di salah satu ayunan.

Putri bergegas menuju Naira dimana temannya itu berada.

"Nai.. jangan nangis" ujar Putri kepada Naira yang masih menangis di sana, seraya menatap kearah bawah

Naira tak menyahuti perkataan Putri melainkan dirinya beralih menatap kearah sebuah pondok yang dimana dirinya memberikan sebuah payung kepada anak laki laki itu.

"sudahlah.. Nai, ayo kita pulang, kau baru saja pulang dari rumah sakit" ucap Putri kepada Naira.

Naira hanya menganggukan kepalanya dan kini berlalu menuju kembali kerumah dengan mata yang masih terlihat sembab

***

saat dirinya sudah tiba di depan rumahnya, tampak di rumah Naira terlihat sebuah mobil mewah terpakir disana, Naira menatap sekilas keberadaan mobil itu dan kini melangkah kan kakinya masuk kedalam raumahnya.

Saat dirinya telah berada di teras, seketika seseorang memanggil dirinya, Naira hanya menatap kearah orang itu tampak di sana ada sepasang suami istri yang tengah bersilahturahmi kepada keluarga Naira.

"iya Buk?" tanya Naira yang kini sudah tiba disana

"kenalkan......" belum sempat ibu Rati mrnyuruh putrinya untuk bersalaman, seketika wajahnya menatap bingung dengan apa yang terjadi pada anaknya itu.

"kamu kenapa Nai..., kamu habis nangis nak?" Tanya buk Rati yang masih menatap kearah Naira.

Naira menggelengkan kepalanya dan kini beranjak menghampiri kedua orang itu, dan menyalam lembut tangan mereka.

Saat dirinya sudah selesai, Naira beranjak menuju kamarnya dengan mata yang masih sembab akibat menangis

Di dalam kamar Naira menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan seketika tangisnya kembali pecah.

namun di sisi lain di ruang tamu kini buk Rati dan pak Wawan tengah kedatangan sahabatnya yang sudah lama tidak berjumpa, padahal rumah mereka terbilang cukup dekat, meski berbeda kampung saja.

"Buk Rati.. itu putri buk Rati kan? Naira?" tanya ibu Wulan kepada buk Rati

"iya buk.. " jawab buk Rati kepada buk Wulan

"kenapa Naira menangis buk?" tanya pak Wawan yang kini datang dari arah luar.

"pak Wawan? apa kabar teman lamaku?" ucap seorang pria paruh baya yang kini beranjak dari tempat duduknya dan seraya menjabat tangan pak Wawan

"oh senang juga bertemu dengan anda pak Marchel, loh.. Satya nya gak ikut pak?" tanya pak Wawan kepada pak Marchel dan buk Wulan

"Satya.. tidak ikut sama kami pak Wawan, Satya ikut bersama bibinya menemui neneknya di luar negeri, jadi Satya juga ikut pindah dan bersekolah disana!" jawab buk Wulan kepada pak Wawan

Pak Wawan dan buk Rati mnganggukan kepalanya seakan akan mengerti dari perkataan buk Wulan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!