04. Berulah

Pagi ini, Kamelia berangkat sekolah menaiki bus seperti biasanya.

Setibanya di sekolah, Kamelia dibuat terkejut dengan tingkah trio kampret.

Di depan kelas mereka menyambut dirinya seperti seorang pahlawan.

Benar-benar kurang kerjaan! Batin Kamelia.

"Selamat datang, Kamelia!" sambut trio kampret heboh. Dan orang-orang di kelas pun ikut bertepuk tangan.

Dika memegang papan bertuliskan selamat datang Kamelia dan Bima yang membawa rangkaian bunga berbentuk kalung.

Sungguh! Kamelia pusing dengan tingkah bodoh mereka. Ingin rasanya dia menghilang sekarang juga.

Dengan malas Kamelia melangkah memasuki kelas menuju bangkunya berada.

Disana terlihat Ray yang sedang bermain game. Bima pun bergerak mendekati Kamelia untuk memberikan bunga itu.

"Apa?" ucap Kamelia ketus.

"Bunganya di pakai, ya!" kata Bima.

"Nggak." Dia pun melangkah kembali kearah bangkunya berada.

"Yah, padahal gue udah capek belinya. Dipakai ya, ya, please!" mohonnya.

"Nggak!" balas Kamelia kejam.

"Ayolah! Mau, ya?"

"Please!" mohon Bima dan Dika sambil memberi puppy eyes-nya.

Sedangkan, Ray hanya menatap jengah mereka. Kamelia beranjak dari kursi dan keluar kelas.

Akan tetapi, kedua curut itu masih saja mengikutinya.

"Kamelia di pakai dong bunganya!" kata Bima terus membujuk.

"Iya, nih. Kita udah capek nyiapin semuanya," ucap Dika tak kalah serius.

Lagi-lagi Kamelia tidak menanggapi mereka. Sampai akhirnya, mereka berdua memaksa Kamelia untuk memakainya.

Namun, Kamelia berhasil kabur dari mereka tetapi kedua curut masih mengejarnya.

Kamelia tidak habis pikir dengan mereka. Kayaknya senang banget ngerusuhin dirinya.

Kamelia berlari sepanjang koridor yang sepi karena bel masuk sudah berbunyi dari lima menit yang lalu.

Kamelia berlari sambil melihat ke belakang, apakah Bima dan Dika masih mengejarnya atau tidak.

Hingga dia tidak melihat ada orang yang berjalan di depannya. Dan ia pun menabrak orang tersebut.

Braakk!

Mereka pun terjatuh. Kamelia merasakan sakit dibagian bokongnya akibat jatuh.

"Aww!" ringisnya saat merasa sakit dibagian bokongnya.

"Bajing*n! Apa lo nggak punya-"

Orang tersebut tidak jadi melanjutkan perkataannya. Awalnya ia ingin memarahi orang tersebut. Tetapi, ia mengurungkan niatnya setelah melihat siapa yang menabraknya.

Di ujung sana kedua curut terlihat mendekat kearahnya.

"Kamelia! Bunganya dipakai dulu. Jangan kabur!" teriak mereka berdua.

Kamelia yang melihat mereka segera bangkit dari jatuh. Dengan buru-buru dia meminta maaf pada orang yang ditabraknya hingga tak sempat melihat orang dihadapannya saat ini.

Setelah itu, dia kembali lari menghindari kedua curut itu.

🍂🍂🍂

Orang itu yang tidak lain adalah Ansel masih menatap kepergian Kamelia dengan tajam.

"Gue nggak nyangka kita bakal bertemu lagi, Kamelia!" ucapnya sambil menyeringai, lalu melangkah pergi menuju rooftop sekolah.

Ansel pergi ke rooftop sesuai dengan perintah Ian. Tetapi, sesampai disana ia tidak menemukan Ian. Namun seorang gadis yang merupakan salah satu siswi di sekolah ini yang mengaguminya.

Siswi itu berjalan mendekati Ansel dengan perasaan yang gugup dan berkata, "Aa-ansel a-aku suka sama kamu, ma-mau nggak kamu jadi pacar aku?"

Sedangkan orang yang dinyatakan itu pun hanya diam dan menatap datar siswi di hadapannya itu.

Setelah itu, Ansel melangkah pergi dan siswi tersebut terlihat sedih melihat Ansel mengabaikannya. Namun, Ansel berhenti lalu menoleh ke arah siswi tersebut.

"Temui gue di sini sepulang sekolah," ucap Ansel.

Ansel pun pergi meninggalkan tempat tersebut sambil tersenyum miring. Sedangkan siswi tersebut merasa sangat senang setelah mendengar jawaban Ansel.

Dengan rasa percaya diri yang tinggi, siswi itu berpikir kalau Ansel juga memiliki perasaan kepadanya karena ia adalah satu-satunya siswi tercantik di sekolah ini.

Gadis itu memelintir rambutnya lalu berkata,"Ansel kyler gibran, salah satu most wanted di sekolah ini, dan sebentar lagi dia akan jadi milik gue hahaha!"

🍂🍂🍂

Sepulang sekolah, Ansel langsung menuju rooftop setelah pamit kepada teman-temannya. Sesampainya disana, ia melihat siswi tersebut sudah menunggunya.

Siswi itu tersenyum senang melihat kedatangan Ansel sebaliknya yang ditatapnya tersenyum licik.

"Ansel akhirnya lo datang juga," ujar siswi tersebut.

"Sorry udah buat lo nunggu lama, btw nama Lo siapa?"tanya Ansel.

"Nggak apa-apa kok. Aku Cika, a-ku udah lama suka sama kamu. Aku tau kamu juga suka sama aku. Karna kalau nggak kamu nggak mungkin nyuruh aku ke sini," ucapnya percaya diri.

Ansel yang mendengar itu hanya terkekeh geli melihat kebodohan siswi tersebut yang dengan percaya dirinya mengatakan kalau seorang Ansel menyukai gadis sepertinya.

Cika menatap Ansel bingung, apakah dirinya salah bicara? Kenapa Ansel tertawa?

Ansel mendekati Cika dengan tatapan sinisnya. Cika berjalan mundur sampai tubuh belakangnya menabrak dinding. Kini jarak antara mereka sangat dekat, hal hasil membuat wajah Cika tersipu malu.

Ansel mendekatkan wajahnya. Lalu berbisik, "Gue suka sama lo? Cih! Jangan mimpi!"

JLEB!

Ansel menusukan pisau ke perut Cika. Tanpa sepengetahuan gadis tersebut, Ansel menyimpan pisau di saku celananya.

Cika sangat terkejut, ia membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dialaminya. Pelan-pelan ia menatap ke arah bawah perutnya.

Cika muntah darah, sebuah pisau masih menancap di perutnya yang sudah mengeluarkan darah. Ia gemetar lalu melotot tajam ke arah Ansel.

"Aa-ansel! Ke-kenapa kamu.... Arrghh!!!!!"

Ansel menarik pisaunya ke samping perut Cika sampai ke belakang pinggang dan membuat Cika berteriak kesakitan. Darah segar mengalir begitu banyaknya.

Darah terus berjatuhan ke lantai, genangan merah darah itu membuat hasrat Ansel semakin menggila.

"Kamu gila Ansel! Hentikan semua ini!" bentak Cika.

Ansel pun tertawa, "Hahahaha! Lo nyuruh gue berhenti?" Lalu menatap tajam Cika "Oke, gue turutin mau lo!"

"Argghh!!"

Ansel mencabut pisaunya dari perut Cika dengan kasar dan membuat Cika terjatuh ke lantai. Cika meringis kesakitan, ia tidak menyangka ternyata Ansel adalah seorang psikopat.

Penglihatan Cika memudar karena darah yang mengalir keluar begitu banyak, ia tidak sanggup lagi menahan sakitnya ini. Matanya dibanjiri air mata.

"A-ku mohon An-ansel, tolong lepasin aku! Aku kesakitan! Hiks, tolong lepasin gue!" rintihnya.

"Kamu orang gila Ansel! Aku bakal laporin kamu ke polisi!"

Ansel mendengar itu langsung menarik rambut Cika ke atas dengan kasar. Cika menjerit kesakitan, rasanya kulit kepalanya hampir terlepas.

Ansel terus menariknya sampai darah mengalir keluar dari kepala Cika. lalu Cika mencengkeram tangan Ansel dengan kuat agar Ansel melepaskan rambutnya, sampai tangan Ansel berdarah akibat kuku Cika yang panjang.

"Brengs*k!" geram Ansel.

Ansel lalu membenturkan kepala Cika ke dinding dengan keras berulang kali dan menahan kepala Cika di dinding.

Setelah itu, Ansel mengambil pisaunya lalu menusuk-nusukan ke arah wajah Cika dengan ganasnya sampai wajah Cika tak jelas lagi bentuknya.

Ansel tertawa dengan kerasnya dan tatapan mata melotot senang, "Mati! Mati! Mati! Hahahaha!"

Beberapa menit berlalu, Ansel pun menghentikan aksinya. Lalu, menatap Cika yang sudah tidak bernyawa lagi dengan keadaan wajah hancur dan perut terbelah sebelah.

"Dasar cewek merepotkan!" Ansel tersenyum senang melihat hasil karyanya yang begitu mengagumkan. Setelah itu, ia pergi meninggalkan tempat tersebut dan tidak lupa menelpon seseorang untuk membereskan kekacauan ini.

🍂🍂🍂

...Gimana next, nggak?...

...Menurut kalian ceritanya gimana?...

...Seru nggak? Penasaran nggak?...

...Vote and comment ya, guys!...

...Thank you for all...

...💙Love us💙...

...PUSRI...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!