03. Bullying

Kamelia teringat dengan kejadian yang ia lihat kemarin. Dimana seseorang sedang melakukan pembunuhan di belakang sekolahnya.

Selain itu, ia juga bingung kenapa tidak ada berita tentang kejadian kemarin sore. Padahal ia jelas melihat siswi itu dibunuh oleh sosok berhoodie hitam.

Apa mungkin sekolah menutupinya? Batin Kamelia bertanya

Di sisi lain, trio kampret terus saja menggangunya. Kamelia sangat risih dengan mereka yang mengikutinya.

Sejak hari dimana ia berhasil mengalahkan Bima. Mereka atau lebih tepatnya Bima dan Dika selalu mengikuti dirinya.

Seperti bebek yang mengikuti induknya pergi. Kamelia berjalan ke kantin dengan Ray disebelahnya.

Dan kedua dedemit yang berada dibelakangnya membicarakan banyak hal. Membuat dia pusing dengan kelakuan mereka.

"Eh, Kamelia. Lo mau apa makan nanti, entar gue yang pesenin," ucap Bima.

"Sama gue aja, Kamelia. Kalo Bima yang pesenin yang ada makannya habis di jalan," ujar Dika.

"Sembarangan lo!" balas Bima sewot.

"Ap--"

"Diam!" tegas Kamelia. Bima dan Dika pun langsung kicep dibuatnya.

Nampak suasana kantin ramai. Mereka melangkah memasuki kantin. Namun, perhatian mereka teralihkan saat seseorang meringis kesakitan.

Disana terlihat seorang gadis berkacamata tengah dibully oleh dua orang. Rambutnya ditarik dengan kencang membuat gadis itu kesakitan.

"Eh, cupu! Sekarang lo bersihin sepatu gue!" ucapnya memerintah.

"Eh, dengar nggak?"

Gadis itu hanya diam, ia sangat takut sekaligus malu. Semua orang menatap dirinya.

"Siapa suruh lo numpahin jus ke sepatu Claretta! Udah jelek cupu lagi!" ucap teman Claretta, yakni Zelmira.

"Ak--u min--ta maaf. Aku ngg--ak seng--aja" jawabnya terbata-bata.

"Nggak sengaja lo bilang?"

Claretta mengambil jusnya yang berada diatas meja bermaksud menyiramkan pada gadis di depannya.

Semua orang hanya melihat tak berniat membantu. Dasar bedebah! batin Kamelia. Kamelia emosi melihatnya.

Dengan langkah buru-buru, ia melangkah mendekati mereka.

Kamelia dengan cepat merebut gelas ditangan Claretta dan menumpahkannya.

Claretta shock karena tiba-tiba ada orang mengambil gelasnya. Dan lebih parah lagi dia yang kena siram.

Semua yang melihat kaget begitupun trio kampret.

"Wah, Kamelia emang the best sih!" ucap Bima kagum.

Kamelia pun berbalik dan membantu gadis itu bangun.

"Ayo, gue bantu!" kata Kamelia sambil mengulurkan tangannya.

Belum sempat gadis itu menerima uluran tangannya. Tiba-tiba orang dibelakangnya melayangkan tangan.

Namun, Kamelia berhasil menahannya. Claretta geram dibuatnya. Belum pernah dia dipermalukan seperti ini.

"Lo, lepasin gue!" ucap Claretta emosi.

"Kalo lo bully dia lagi! Lo berurusan sama gue." Dengan kasar Kamelia melepaskan tangan Claretta.

Nampak pergelangannya yang sedikit merah karena cengkraman Kamelia yang begitu kuat.

Setelah itu, ia membawa gadis tadi pergi meninggalkan kantin. Dengan trio kampret yang mengikuti.

Claretta menatap nyalang kepergian Kamelia. Lalu berkata,"Awas aja lo, gue bakalan balas semua ini!"

"Tenang aja, Ret. Kita pasti balas tuh cewek. Sekarang kita pergi buat bersihin seragam lo yang kotor."

Claretta dan temannya pun pergi meninggalkan kantin. Mereka merasa sangat malu dicampur dengan rasa marah diperlakukan seperti itu oleh kamelia. 

...🍂🍂🍂...

Di sisi lain, seorang siswa laki-laki yang juga memperhatikan kejadian tersebut sejak tadi tidak kalah kaget. Dia tidak menyangka dengan apa yang baru saja disaksikannya.

Dia adalah Ansel Kyler Gibran. Salah satu most wanted di SMA Airlangga. Tidak hanya itu, dia juga seorang siswa yang memiliki prestasi di seluruh bidang, maupun itu akademik atau non-akademik.

Dia juga sangat tampan dan terkenal di beberapa sekolah lain. sikapnya yang dingin membuat semua siswi di sekolah ini atau sekolah lain jatuh cinta padanya.

Ansel terkejut melihat seseorang berani menyiramkan jus ke Clarreta. Pasalnya, selama ini tidak ada yang berani melawannya karena dia anak donatur sekolah.

Karena penasaran Ansel pun bertanya kepada temannya, "Siapa dia?"

Ian yang sedang makan mie goreng pun tersedak, "tumben lo peduli tentang masalah cewek?! Tapi, btw gue dengar-dengar namanya Kamelia. Dia murid baru di sekolah ini."

Ansel mengangguk sambil tersenyum dan berkata di dalam hatinya, "Nama yang indah."

Ian yang melihat Ansel tersenyum sendiri hanya bergidik ngeri melihatnya, lalu Ian pun menatap Putra yang diam sedari tadi.

"Ini teman gue pada kenapa sih? Ngeri gue liatnya," batin Ian.

"Eh Put, lo kenapa sih?! Kesambet ya?" tanya Ian.

"Gue kayaknya kenal tuh cewek, kalau nggak salah dia adalah Kamelia Chanthavy. Tapi, sifatnya beda sama yang dulu."

"Maksud lo?" tanya Ian penasaran. sedangkan Ansel diam-diam ikut mendengarkan.

"Jadi gini 2 tahun yang lalu, waktu  gue jemput pacar gue di sekolahnya. Saat gue nunggu di depan gerbang sekolahnya, ada seorang siswi dari sekolah tersebut keluar dengan keadaan dari atas rambut sampai sepatunya basah semua. Wajahnya lembab kayak habis dipukuli, dan rambutnya habis dipotong pendek dengan tidak rata," jelas Putra.

"Awalnya gue ingin nyamperin tuh cewek, mau nanya kenapa dia bisa seperti itu. Tapi, pacar gue tiba-tiba aja dateng dan gue nggak jadi nyamperin tuh cewek. Lalu gue tanya sama pacar gue, terus kata pacar gue namanya Kamelia Chanthavy, dia habis di ganggu oleh teman-temannya di kelas," lanjut Putra.

"Kok bisa?" tanya Ian penasaran.

"Gue nggak tau pasti, tapi katanya sih kamelia ini orangnya nggak baik. Dia menghianati sahabatnya sendiri dan merebut pacarnya. Lalu, ia dibenci seluruh murid di sekolahnya. Dia juga pernah mendapat kasus kalau dia pernah berhubungan dengan guru di sekolahnya dan memaksa untuk mendapatkan kunci jawaban soal ujian."

"Wih, parah njir! Bener nggak tuh sel." kata Ian sambil menyenggol lengan Ansel. Sedangkan Ansel hanya diam.

"Nah yang bikin gue heran itu, katanya Kamelia itu seorang gadis yang pengecut dan lemah. Tapi, setelah lihat kejadian tadi kok gue nggak yakin ya," kata Putra sedikit kebingungan.

Ian yang mendengarnya ikut bingung, sedangkan Ansel sedari tadi hanya diam dengan tatapan sulit diartikan, ia memikirkan cewek yang ia temui kemarin sore.

Setelah itu, Ansel dan kedua temannya kembali ke kelas mereka. Karena bel yang berbunyi tanda jam istirahat habis.

Sebelum masuk ke kelas, Ansel menelpon seseorang di ponselnya. Sedangkan Ian dan Putra telah duluan menuju ke kelas.

"Ya tuan Ansel," ucap seseorang yang ada di ponsel.

"Cari informasi tentang gadis bernama kamelia itu," kata Ansel.

"Baik tuan."

Ansel mematikan ponselnya dan mulai berjalan menuju ke kelasnya. Sambil menyeringai memikirkan cewek yang ia temui kemarin sore yang tak lain adalah Kamelia Chanthavy.

...🍂🍂🍂...

Beberapa jam berlalu, akhirnya bel pulang pun berbunyi. Semua siswa maupun siswi di sekolah tersebut pun pulang begitu juga dengan para guru.

Kecuali, ketiga Most wanted di sekolah tersebut yang masih berada di sekolah. Siapa lagi kalau bukan Ansel, Ian, dan Putra.

Pulang sekolah mereka pergi ke basecamp yang berada di rooftop sekolah. Di sana terdapat ruangan khusus mereka, disana lah mereka menghabiskan waktu dengan nongkrong dan bermain game.

Namun, Ansel terlihat sedang memikirkan sesuatu dan sering mengecek ponselnya. Kedua temannya bingung menatapnya.

Ansel semakin dibuat penasaran dengan seorang siswi bernama Kamelia itu. Seakan ada hal yang menarik dari cewek tersebut.

Tidak berapa lama, ponsel Ansel berbunyi dan ia pun mengeceknya. Lalu, ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tangannya bergetar, ia mulai berkeringat dingin, dan meneteskan air mata.

"Ti—tidak mungkin, dia adalah—"

"Gue penasaran sama tuh cewek," ucap Ian tiba-tiba. Dengan matanya fokus menatap layar ponselnya yang sedang memainkan game.

"Kalau gitu coba aja lo deketin dia. Gue yakin playboy kayako pasti mudah dapetinnya," balas Putra. Namun, matanya sama fokus dengan Ian yang menatap layar ponselnya yang sedang memainkan game.

Putra beralih menatap Ian, "Atau... jangan-jangan lo mau buat dia jadi korban selanjutnya?"

"Hahaha! Ide bagus tuh!"

BRAKK!...

Ian dan Putra sontak terkejut, mereka melihat Ansel membanting kursinya ke dinding dan hal hasil kursi tersebut hancur.

Wajah Ansel memerah, urat-urat di lehernya dan tangannya tercetak jelas. Matanya memerah dan melotot tajam ke Ian. Sedangkan Ian yang ditatap terlihat kebingungan.

"Jangan berani-berani lo deketin dia apalagi mau menyakitinya! Lo bakal tau akibatnya!" tunjuk Ansel marah.

Ansel melangkah pergi meninggalkan kedua temannya, lalu menutup pintu dengan keras dan membuat kedua temannya itu terkejut.

"Ke—kenapa dia?" tanya Ian.

"Gue juga nggak tahu, mungkin dia kerasukan."

"Hmm, mungkin aja. Udah yuk lanjut lagi mainnya!"

Ian dan Putra pun melanjutkan bermain game lagi di ponselnya. Sampai jam menunjukkan pukul 6 sore, lalu mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

...🍂🍂🍂...

...Gimana next, nggak?...

...Menurut kalian ceritanya gimana?...

...Seru nggak? Penasaran nggak?...

...Vote and comment ya, guys!...

...Thank you for all...

...💙Love us💙...

...PUSRI...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!