Noushafarin
Sebuah mobil minivan berwarna hitam berhenti di gerbang besar rumah 3 lantai yang megah dan mewah. Pengemudinya turun dan segera menghampiri petugas keamanan yang berjaga disana.
"Selamat pagi, Pak Satpam." sapa pengemudi itu dengan ramah.
"Selamat pagi, Non. Ada perlu apa?" Pak Satpam menunjukkan senyuman terbaiknya, berusaha mengesankan gadis cantik didepannya.
"Saya Miranti, dari perusahaan penyalur tenaga kerja Asisen Rumah Tangga. Sudah janjian sama Nyonya Wasesa pagi ini untuk mengantar ART baru." jelas gadis itu dan menoleh ke arah kendaraannya.
Petugas keamanan itu ikut melihat ke mobil. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat ada seorang gadis muda duduk di samping kursi pengemudi.
"Tunggu sebentar ya Non." Pak Satpam tadi gegas kembali ke posnya dan melihat daftar janji tamu untuk hari ini. Ia pun tersenyum saat menemukan nama Miranti dalam daftar tersebut. Setelah meletakkan daftarnya, ia melangkah mendekati pagar untuk membukakan pintu. "Silahkan masuk Non."
"Terima kasih Pak."
Miranti kembali ke mobil dan mengarahkan kendaraannya ke halaman rumah. Jarak antara gerbang dan rumah utama kurang lebih 100 meter.
"Kau siap?" ia bertanya pada gadis yang duduk di sebelahnya. Gadis yang ditanya hanya tersenyum dan mengangguk.
Saat mereka berdua tengah berjalan menuju pintu masuk, seorang wanita cantik paruh baya muncul dengan senyuman manis yang merekah.
"Miranti." sapanya sambil merentangkan kedua tangan menanti pelukan hangat Sang Tamu.
"Selamat pagi Tante Kandi, makin cantik aja deh." Miranti memeluk Nyonya Srikandi Wasesa dengan hangat, tak lupa tradisi saling mengecup singkat pipi kiri dan kanan.
"Kamu ihh, bisa aja." ucap Nyonya Wasesa tersipu malu. Pandangannya kemudian beralih pada gadis berpenampilan sederhana yang sedang menunduk di belakang Miranti. "Ini ART barunya?" ia bertanya pada Miranti sambil menunjuk gadis yang setia menenteng tas pakaian berukuran sedang.
"Iya Tante."
"Kalau begitu kita masuk yuk. Kenalannya di dalam saja." Nyonya Wasesa masuk ke dalam rumah diikuti kedua tamunya.
"Siapa nama kamu?" rupanya Nyonya rumah megah itu sudah tak sabar ingin berkenalan dengan ART barunya. Begitu duduk, ia langsung bertanya pada gadis yang tetap berdiri itu.
"Nama saya Arin, Nyonya." jawab gadis itu ramah namun tetap menunduk.
"Tolong tatap saya, Arin." pinta Sang Majikan baru.
Awalnya Arin ragu, namun karena tak ingin dipecat sebelum bekerja, gadis itu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Nyonya Srikandi dengan takut-takut. Nyonya rumah itu tertegun melihat wajah ayu ARTnya. Hidung mancung, bibir yang sedikit penuh hingga terkesan seksi, alis yang melengkung dengan indahnya, dan kulit kuning langsat yang terlihat sangat terawat.
"Miranti." Nyonya Srikandi berbicara pada Sang Penyalur ART namun tatapannya tak lepas dari Arin. "Kamu nyulik anak siapa?"
Miranti mengernyit. "Maksudnya Tante?"
"Gadis ini terawat banget. Lihat saja, rambutnya hitam berkilau, kulitnya bercahaya, kuku kaki terawat, seperti bukan dari kalangan orang yang kesusahan." manik mata wanita paruh baya itu terus memindai tubuh Arin dari ujung rambut sampai ujung kaki, kembali lagi ke ujung rambut.
Arin sedikit bergerak merasa gelisah, ia tak nyaman dengan situasi ini. Sedang Miranti terkekeh menyembunyikan kegugupannya.
"Tante Kandi, kan sebelum kesini dia sudah saya permak di asrama. Biar Tante puas, terima pekerja yang bersih dan terawat."
"Oo, begitu." walau kurang yakin dengan jawaban yang didengarnya, Nyonya Wasesa memilih untuk percaya. "Baiklah Arin. Nama saya Srikandi Wasesa, kamu bisa panggil saya Nyonya Kandi." ujar Nyonya itu sambil menyerahkan selembar foto pada Arin.
"Itu adalah foto kami sekeluarga." imbuhnya lagi sambil berdiri di samping Arin. Ia mulai menunjuk wajah-wajah yang terlihat asing bagi Arin. "Ini suami saya, Pandu Wasesa. Dan ini anak kembar saya, Nakula dan Sadewa. Tolong dilihat baik-baik, supaya kamu tahu wajah majikan kamu."
"Baik Nyonya." Arin mengangguk patuh.
"O iya, Nakula sudah menikah. Istrinya bernama Anjani, tidak lama lagi dia akan datang kesini."
"Iya Nyonya." sekali lagi Arin mengangguk.
"Kamu harumnya lembut sekali, seperti wangi bunga mawar." kata Nyonya Kandi sambil mengendusi Arin.
"Nyo-nyonya."
Miranti menahan tawa melihat tingkah pelanggannya itu. "Ya ampun Tante, apaan sih. Kasihan tuh Si Arin, dia jadi ketakutan."
"Serius Miranti, wanginya dia itu lembut banget. Eh, tapi maaf ya Arin, kamu jadi risih dengan saya."
Arin terkejut, bibirnya bahkan membentuk huruf O walau tak begitu besar. Seorang Nyonya Besar minta maaf? Tingkahnya juga apa adanya, ramah, nggak sok anggun. Wahh, ini sih majikan terbaik namanya. Gumam Arin dalam hati sambil menunduk mengulum senyum.
"Wah, ada tamu rupanya." seorang wanita muda muncul dengan senyum manis terukir di wajahnya.
"Sini sayang, kenalin, ART baru kita." Nyonya Srikandi mengajak wanita muda itu bergabung.
"Halo, saya Anjani." ucap wanita yang baru datang itu sambil mengulurkan tangan setelah berhenti di dekat Arin.
Arin terkesiap, ia menatap Anjani dengan bingung kemudian beralih pada Miranti. Melihat itu Miranti mengangguk seperti persetujuan agar Arin menyambut uluran tangan Anjani.
"Say-saya Arin, Nyonya Anjani." Arin menyambut tangan Anjani dengan gugup.
"Jangan gugup begitu, saya manusia lho, bukan vampir." guraunya sambil terkekeh. Mendengar itu Arin hanya bisa tersenyum kecut.
"Baiklah Arin, tugas kamu nanti akan dijelaskan sama Mbok Yem. Dia mungkin sedang menyiapkan kamarmu." kata Nyonya Srikandi.
"Kalau begitu biar Anjani aja yang antar Arin ke belakang, Ma." Anjani menawarkan diri.
"Iya deh, bisa. Sekalian pesan ke Inah, buatkan jus jeruk buat tamu kita."
"Eh, nggak perlu Tante." Miranti menggoyangkan jemarinya. "Saya mau langsung pulang saja."
"Enggak bisa, pokoknya kita ngobrol dulu." kata Nyonya Kandi tegas.
"Ayo Arin." Anjani meminta Arin untuk mengikutinya ke belakang rumah utama yang menjadi tempat tinggal para pekerja di rumah itu. Ada dua bangunan disana yang sama besarnya, tempat tinggal pekerja wanita terpisah dengan pekerja pria.
"Mbok Yem." sedetik kemudian seorang wanita paruh baya muncul dengan tergopoh-gopoh.
"Saya, Nyonya." jawab Mbok Yem sambil menunduk hormat.
"Ini pekerja baru, namanya Arin. Tolong jelaskan apa saja tugasnya ya Mbok."
"Baik Nyonya, saya mengerti."
Selepas kepergian Anjani, Mbok Yem membawa Arin ke kamar yang berukuran 4 x 6 meter dan berisi 3 ranjang kecil dilengkapi lemari pakaian yang merapat di dinding tepat di depan ranjang.
"Sini Neng, kamu tidur disini." Mbok Yem menunjuk tempat tidur yang paling dalam. "Mbok tidurnya di tengah, kalau diujung sana Si Inah."
Arin mengangguk dan mengamati kamar barunya yang terlihat nyaman walau ditempati oleh 3 orang. Ia mendekati lemari dan meletakkan tas di depan pintu. Mbok Yem membantunya merapikan barang sambil menjelaskan setiap tugas yang akan dikerjakan Arin.
"Sudah bertemu Tuan Besar dan Tuan Muda?"
"Belum Mbok."
"O iya ya, mereka kan belum pulang kantor." Mbok Yem menepuk dahinya membuat Arin tersenyum geli. "Semoga cepat bisa ketemu, biar cepat bisa membedakan antara Tuan Nakula dan Tuan Sadewa."
"Iya Mbok."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
YuWie
awal yg menarik
2023-05-25
0
Vanda Saderyana
awal yg menarik....
2022-08-07
1
AdindaRa
Haaii kaaak. Awal ceritanya bagus 😍 aku sawer pake Iklan sama aku lemparin bunga 🌹🌹🌹 sekebon yaaa.
2022-07-28
3