"Hentikan Nora, kamu benar-benar perempuan tidak punya hati. Jika seseorang memperlakukan bayimu seperti itu apa kamu juga mau?," bentak Tuan Baron dengan mata melotot.
"Maafkan saya Tuan, saya benar-benar tidak sengaja," Nora menunduk dan tak berani untuk mengangkat kepalanya.
"Orang sepertimu ini memang tidak pantas untuk di jadikan pemimpin. Dengarkan semua yang ada di dalam rumah ini, mulai sekarang, Bi Desi yang akan menjadi kepala pelayan seperti dulu. Barang siapa yang tidak suka dengan keputusanku boleh angkat kaki dari sini sekarang juga," Suara Tuan Baron lantang hingga bergema di setiap sudut bangunan megah itu.
Gina yang baru saja datang hanya bisa menganga mendengarkan keputusan suaminya.
"Nora, apa yang terjadi?, kenapa suamiku terlihat begitu marah padamu?," bisik Gina yang saat itu berdiri di samping Nora.
"Aku hanya menghalangi Desi agar tidak seenaknya keluar rumah, tapi Tuan Baron salah mengartikan teguranku. Fatalnya lagi Tuan Baron mengantikan posisiku dengan Desi," balas Nora yang juga berbisik dan masih menunduk.
"Apa?, perempuan itu ditunjuk menjadi kepala pelayan?. Kenapa Baron begitu cepat percaya pada perempuan itu, apa ada sesuatu yang belum sepenuhnya Aku ketahui di dalam rumah ini?,".
"Aku juga tidak tahu Nyonya, yang jelasnya, sejak Nyonya Rahayu meninggal Tuan sepertinya menyembunyikan sesuatu,".
"Apa maksudmu Nora, jangan membuatku penasaran,".
"Nanti Nyonya bisa tahu sendiri jika Desi masih tinggal di rumah ini,".
"Bi Desi, kamu tidak usah keluar untuk membeli keperluan Kania, biarkan Agus yang mengambil dan membawanya ke kamarmu,"
"Tapi Mas, semua itu kepunyaan Rakhel putri kita, kenapa kamu memberikan pada bayi tidak jelas itu," protes Gina.
"Apa salahnya kita berbagi, lagian persedian dalam gunang cukup banyak dan tidak akan habis dalam dua bulan ini bukan?,".
"Terima kasih banyak Tuan Baron semoga TUHAN membalas semua kebaik Tuan," Bi Desi sembari menunduk.
"Aamiin," Tuan Baron berbalik lalu melangkah menuju sebuah kamar.
"Puas kamu Desi, sejak kehadiranmu di rumah ini sikap suamiku berubah, perlakuanya pada bayi menjijikkanmu itu juga tidak ada beda perlakuanya pada putri kami. Entah apa lagi yang akan dia lakukan setelah ini pada kalian berdua tapi ingat, Aku tidak akan tinggal diam, akan Aku buat hidup kalian seperti dalam neraka jika kalian berdua masih tinggal di sini. Camkan itu baik-baik," tunjuk Gina lalu berlalu dari tempat itu menuju kemana Tuan Baron pergi.
Bi Desi hanya diam sembari menunduk.
"Kamu senang sekarang bukan?, semua usahaku dan impianku hancur seketika. Apa memang ini tujuanmu datang kemari?," Nora yang tadinya diam mengelilingi tubuh Bi Desi.
"Nora, tadi Aku tidak mengubris ucapan Nyonya Gina karena Aku masih menghormatinya tapi denganmu, Aku tidak akan gentar dan ingat, sekarang Aku adalah kepala pelayan di rumah ini otomatis Aku yang sekarang jadi atasanmu. Kalau kamu masih senang tinggal disini silahkan kembali ke posisimu semula, tapi jika merasa keberatan silahkan keluar, Aku yakin beribuh-ribuh orang di luar sana ingin bekerja di tempat ini paham!," ancam Bi Desi tanpa memandang Nora karena asyik membelai pipi Kania.
Seketika mata Nora melotot mendengar ucapan Bi Desi.
"Kenapa hanya diam saja disitu, atau kamu menganggap ucapanku ini hanya ancaman belaka?," Bi Desi mengangkat wajahnya dengan tatapan tajam kearah Nora.
"Ba...baik," Nora berbalik badan dan melangkah tergesa-gesa kearah dapur.
Bi Desi seketika tersenyum ancamanya pada Nora benar-benar membuatnya takut.
"Ibu akan terus melindungimu, jangankan Nora, Nyonya Gina pun akan Aku lawan jika Dia berani menyentuhmu," Senyum Bi Desi dan melangkah menuju kearah kamarnya.
*****
Hari terus berganti hingga tidak terasa sepekan sudah Bi Desi dan Kania tinggal di kediaman Tuan Baron.
Kania ditangani seorang babysitter atas perintah Tuan Baron, selama Bi Desi bertugas sebagai kepala pelayan disana.
Dengan adanya babbysitter buat Kania Bi Desi pun leluasa mengawasi seisi bangunan mengah yang kokoh bak istanah itu.
Perlakuan Tuan Baron pada Kania membuat Gina semakin geram. Dia benar-benar tidak terima kalau Kania di samakan posisinya dengan Rakhel.
"Nora, sekarang kita kerjain Babu dan bayi menjijikkan itu," ucap Gina sedikit berbisik saat mereka berdua ada di dalam kamar Gina.
"Kerjain?, maksud Nyonya apa?," Nora sedikit mengangkat alisnya.
"Kamu berikan susu ini pada bayi itu," ujar Gina sembari mengocok dot berisi susu yang ada di tanganya.
"Tapi Saya takut Nyonya, Kalau sampai terjadi sesuatu pada bayi itu bisa-bisa kita berdua dapat masalah besar dari Tuan Baron. Lagian, bagimana caranya Saya memberikan susu itu toh, babysitter selalu stand by di sana selama Desi bekerja," balas Nora sedikit ragu.
"Itu kalau kita ketahun, kalau kita melakukanya dengan bersih mana mungkin suamiku tahu. Soal Any, babysitter itu, biar Aku yang mengatasinya, kamu tinggal menjalankan sesuai arahanku saja," sambung Gina mematahkan keraguan Nora.
Lama Nora terdiam hingga akhirnya perempuan bertubuh gembul itu mengangguk pelan.
"Bagus, kamu memang asistenku yang paling mengerti dan bisa diajak kerja sama" Gina menepuki punggung Nora.
"Terus apa yang harus Saya lakukan Nyonya,"
"Kamu masuk kedalam kamar Desi, setelah Aku memanggil Any kemari. Tukar dot susu bayi ini dengan dot bayi aneh itu" Gina menyerahkan dot susu kearah Nora.
Nora mengambilnya lalu memperhatikan susu dalam dot itu.
"Ini tidak akan membunuh bayi bukan?,".
"Tenanglah, ini hanya membuatnya sakit perut atau sakit kepala saja,".
"Baiklah kalau begitu Saya siap,".
"Bagus, keluarlah dari sini dan awasi Aku dari jauh. Setelah Any masuk kesini kamu segera masuk ke kamar Bi Desi untuk menukar dot itu. Tapi ingat jangan sampai ada yang melihatmu,"
Nora hanya mengangguk dan segera memasukkan dot itu kedalam saku celananya.
Setelah Nora keluar, Gina menyusul keluar dan bergegas menuju ke arah kamar Bi Desi.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Gina langsung memutar knop pintu dan masuk tanpa permisi.
Melihat sang Nyonya datang, Any sontak berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati Gina.
"Selamat pagi Nyonya, ada apa gerangan Nyonya besar menyempatkan diri kemari?," Any menunduk tepat di hadapan Gina.
"Suka-suka Aku dong, Aku mau kemari mau tidak kek, tidak ada yang bisa melarangku karena ini adalah rumahku," Gina dengan gaya angkuhnya sembari melipat kedua tanganya di depan dada.
"Maksud Saya tidak seperti itu Nyonya, tolong maafkan Saya jikalau ucapan Saya barusan membuat Nyonya merasa tersinggung," Any yang semakin tidak berani menatap Gina.
"Sudahlah, malas Aku berbicara denganmu, Cepat ke kamarku karena Aku mau Kamu menggantikan popok putriku,".
"Tapi begaimana dengan Kania, Bi Desi melarangku untuk meninggalkanya,".
"Bi Desi atau Aku yang Nyonya disini?, kalau kamu masih betah bekerja ikut Aku, kalau tidak, lekas angkat kaki dari sini," ancam Gina sembari tersenyum melihat ketakutan pada Any.
"Baiklah, Saya akan ikut Nyonya tapi sebelumnya biarkan Saya memberi susu pada Kania agar Dia tidak menangis nantinya saat Saya tinggalkan,".
"Terserah," Gina berbalik dan tersenyum lalu keluar dari dalam kamar tersebut.
Setelah memberi susu pada Kania, Any pun keluar dari dalam kamar itu dan tak lupa menutup pintu.
Budayakan like, coment, vote serta beri bintang agar sang penulis lebih bersemangat lagi.
Jangan lupa untuk berkunjung di karya-karya Author sebelumnya ya.
1, ANAK TERBUANG DAN CEO DINGIN.
MELLY DAN JHONY.
KUJUAL PERAWANKU DEMI NENEK.
Terimah kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kinan Rosa
semoga saja si Nora ketahuan oleh BI desi
2023-06-10
0
Berdo'a saja
apa yang terjadi
2022-10-18
0
Frando Kanan
sepertiny hidup kania go bkl tenang bila tinggal d sni nih...
2022-08-09
0