"Bi Desi kenapa hanya berdiri disitu Ayo masuk," ajak pria tersebut yang tidak lain adalah Tuan Baron majikan Bi Desi sebelum dia pindah kerumah Riko setelah sebulan istri dan putra Tuan Baron meninggal karena kecelakaan tragis.
"Terima kasih Tuan," balas Bi Desi dan mengikuti langkah Tuan Baron masuk kedalam lalu menuju ke ruang tamu.
Setibanya di ruang tamu, Tuan Baron mempersilahkan Bi Desi untuk duduk. Disana sudah ada seorang perempuan kira-kira seumuaran Bi Desi duduk sembari memangku seorang bayi.
"Siapa dia Mas?," tanya perempuan itu dengan tatapan mata kurang bersahabat.
"Ini Bi Desi pengasuh almarhum Tyo putraku dan orang kepercayaan almarhuma istriku, silahkan duduk Bi," ajak Tuan Baron sambil mendudukkan tubuhnya diatas sofa bersamping dengan perempuan tadi.
"Terus siapa bayi yang ada dalam gendonganya itu?," tanya perempuan itu lagi dengan mengalihkan mendanganya pada bayi yang ada dalam gendongan Bi Desi yang masih terbungkus rapi dengan kain berwarna biru.
"Maka dari itu, izinkan dulu Bi Desi duduk baru kita tanya dia, silahkan duduk Bi," ajak Tuan Baron lagi untuk kedua kalinya.
"Terima kasih Tuan," Bi Desi pun segera duduk berhadapan dengan Tuan Baron dan istrinya.
"Bi, siapa bayi yang ada dalam gendongan Bibi itu?," tanya Tuan Baron.
"Bayi malang ini adalah bayi sahabat Bibi. Kedua orang tuanya tidak menerima kehadiranya karena sebagian tubuhnya di penuhi sisik berwarna hitam keemasan. Bibi merasa kasihan padanya, maka dari itu Bibi mengambil dan berencana merawatnya sampai Dia dewasa," balas Bi Desi membelai wajah bayi yang dia beri nama Kania.
"Apa bayi cacat?. Mas tolong usir Dia dari sini. Aku tidak mau penyakit bayi itu menular pada bayi kita juga" ucap perempuan itu menggoyang lengan Tuan Baron menggunakan tangan kananya.
"Gina, Hentikan ucapan konyolmu itu, sisik hitam keemasan seperti itu tidak akan menular pada siapa pun. Kamu ini berpendidikan tinggi tapi pengetahuanmu minim sekali," bentak Tuan Baron.
"Benar Nyonya, ini bukan penyakit tapi anugera dari TUHAN," sambung Bi.
"Pokoknya Aku jijik dengan bayi itu," Gina berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju ke kamar.
Tuan Baron ingin mencegahnya tapi segera di halangi oleh Bi Desi.
"Tidak apa-apa Tuan, Saya paham, Nyonya pasti merasa takut kalau bayinya akan tertular. Kalau begitu kami permisi dulu," Bi Desi mencoba berdiri tapi segera di tahan oleh Tuan Baron.
"Bi, Tolong, jangan pergi untuk kedua kalinya, Kalau Bibi pergi lagi, Itu berarti Aku sudah menyia-nyiakan amanah dari Almarhuma istriku untuk mempertahankan Bibi agar tetap tinggal dan merawat rumah ini," Tuan Baron mengatupkan kedua tanyanya di depan dada dengan raut wajah begitu sedih hingga membuat Bi Desi tidak tegah melihatnya.
"Baiklah Tuan, kami akan tinggal disini. Tapi, bagaimana dengan Nyonya Gina, apa beliau akan mengizinkan kami tinggil disini?,"
"Bibi tidak usah kuatir dengan itu, nanti Aku akan memberi pengertian padanya. Bibi istirahatlah di kamar sebelumnya, kasihan bayi itu, dia pasti sudah sangat lelah dan juga ngantuk," Tuan Baron berdiri dari tempat diduknya.
"Terima kasih Tuan,"
Tuan Baron sudah tidak menjawab lagi dia hanya tersenyum dan melangkah mengikuti Gina kearah kamar.
Sepeninggalan Tuan Baron, Bi Desi berdiri dan melangkah menuju kearah kamar yang dulunya Dia tempati semasa dia masih tinggal dirumah mewah tersebut.
Dengan tangan kananya Bi Desi memutar knop pintu sedangkan tangan kirinya masih setia mengendong bayi Kania.
Bi Desi melangkah kearah pembaringan dan meletakkan bayi mungil itu di sana.
Sejenak Bi Desi memperhatikan seisi kamar itu. Tidak ada yang berubah pada posisi lemari dan benda-benda yang ada dalam kamar tersebut. Hanya sprei dan juga kain gorden yang tak sama saat dia tinggalkan dulu.
Bi Desi menyapu daun nakas yang ada di samping pembaringan menggunakan telapak tanganya untuk mengecek apa ada debu yang menempel. Ternyata dugaanya salah semua perabot dalam kamar tersebut di pastikan bersih.
"Kenapa Tuan Baron membiarkan kamar ini seperti dulu tanpa merubahnya, Apa beliau tahu kalau suatu saat Aku akan kembali lagi kemari?, Sudalah sebaiknya Aku beristirahat, besok pagi baru Aku ke warung untuk membeli susu dan peralatan bayi buat Kania," Bi Desi naik diatas pembaringan dan menidurkan tubuhnya di samping Kania.
"Nak tidurlah, semoga kita bisa bertahan di rumah ini dan melupakan semua kejadian hari ini," Bi Desi mencium kening Kinia yang saat itu masih tertidur dengan nyenyak.
Waktu terus bergulir hingga tidak terasa kicauan burung-burung dan kokok ayam jantan menandakan pagi sudah tiba.
Bi Desi segera bangun dan langsung menuju ke kamar mandi dan tidak lupa untuk menutup pintu. Tidak berselang lama kemudian kembali daun pintu kamar mandi terbuka dan keluar Bi Desi dari dalam sana.
Bi Desi melangkah menuju kearah lemari dan mengeluarkan mukena dan juga sajadah yang biasa dia kenakan dari dalam sana.
Ada beberapa menit Bi Desi menghadap TUHAN hingga terlihat dia menegadah keatas dengan telapak tangan terbuka sejajar dengan dada.
"Ya TUHANkU, kuatkan diri hambaMu ini untuk merawat bayi Kania, Aku tahu kedepanya pasti banyak rintangan yang akan kami hadapi. Maka dari itu, Aku memohon padaMu untuk menguatkan kami, melindungi kami dari orang-orang yang tidak senang dengan kami berdua, Aamiin,"
Setelepas meluapkan isi hatinya pada TUHAN, Bi Desi kembali berdiri dan menyimpan kembali sajadah dan mukena yang baru saja dia gunakan.
Matahari sedikit demi sedikit memancarkan sinarnya menembus jendela kamar.
Bi Desi segera membuka kain gorden dan juga jendela agar sinar matahari dan juga udara pagi masuk kedalam kamar itu. Lama Bi Desi berdiri disana memandangi bunga-bunga yang ada di halaman dan mengenang kembali semua peristiwa bersama Rayahu, almarhuma istri Tuan Baron hingga dia harus menghentikan lamunanya tak kala mendengar tangisan Kania.
"Cup...cup!. Kamu pasti lapar bukan?, baiklah kalau begitu, Ibu akan membelikan kamu susu dan juga peralatan bayi, Ayo kita keluar," Bi Desi mengangkat tubuh Kania dan membawanya keluar dari dalam kamar.
Bi Desi melangkah ke arah pintu keluar dan berencana untuk membeli susu dan juga peralatan bayi.
Belum juga beberapa langkah dia mengayun kakinya, seorang perempuan seumuran denganya berlari menghampirinya.
"Mau kemana kamu!, sudah menginap gratis pergi juga seenaknya. Dulu kamu bisa berbuat seenak hatimu saat kamu menjadi kepala pelayan disini tapi sekarang posisimu sudah Aku gantikan jadi kamu harus menurut apa kataku paham!,"
"Paham bangat Nora, tapi bayi ini lapar dan Aku harus membeli susu dan juga peralatan bayi untuknya,"
"Itu urusanmu dan Aku tidak mau tahu tentang itu, sebelum urusan di dapur selesai kamu tidak boleh kemana-mana, mengerti!,"
"Tapi Nora kasihan bayi ini,"
"Kasihan-kasihan, Ayo ikut Aku," Nora menarik lengan Bi Desi dan ingin menyeretnya ke dapur.
Belum juga niatnya itu terlaksana seseorang sudah menghadangnya dari arah depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kinan Rosa
kayak nya ceritanya penuh misteri deh
aku lanjut aja ah .... semoga tambah seru
2023-06-10
0
Berdo'a saja
jahat banget
2022-10-18
0
mama yuhu
semoga kebaikan mu selalu tetap seperti itu bi desi..
2022-08-09
1