Sepeninggalan Bi Desi, Keluarga Gunawan mempersilahkan semua wartawan untuk meliput kondisi Lidia dan putrinya setelah sebelumnya Riko, Gunawan dan Talia memindahkan keduanya ke ruang inap nomor satu.
Para wartawan hanya bisa mengambil gambar dari luar ruangan untuk memberi ketenangan pada Lidia dan juga bayinya yang saat itu masih dalam kondisinya lemah.
"Selamat Tuan Riko, Tuan Gunawan dan juga Nyonya Talia atas kelahiran penerus Gunawan grup. Tentunya sekarang kebahagian keluarga ini semakin lengkap setelah kelahiran bayi kembar Tuan Riko dan juga Nyonya Lidia," ucap seorang wartawan yang saat itu berada pada ruangan yang sengaja Riko sediakan untuk jumpa pers.
"Betul sekali kata teman-teman wartawan, kami sekeluarga begitu bahagia setelah kelahiran bayi kami. Kebahagian keluarga kami semakin lengkap dengan kehadiran Alexa Gunawan Perdana di tengah-tengah keluarga besar kami. Penungguan kami selama 2 tahun lamanya akhirnya kesampaian juga hari ini," balas Riko yang saat itu duduk di depan meja panjang bersama Gunawan, Talia dengan mikcrophone tergeletak di atas meja di depan mereka bertiga.
"Kalau yang satu kalian beri nama Alexa terus putri kalian yang satunya lagi kalian beri nama siapa?," tanya salah seorang wartawan yang penasaran karena Riko hanya menyebut satu nama saja.
"Cucu kami yang satunya meninggal, Dokter tidak bisa menyelamatkan nyawanya," Gunawan yang saat itu tertunduk menyesal.
Para wartawan seketika saling menatap satu dengan yang lain mendengan ucapan Gunawan yang terdengar terisak dan memilukan hati.
"Saya mewakili taman-teman wartawa ikut berbela sungkawa atas apa yang terjadi pada Nona muda, semoga beliau tenang disisinya...Aamiin," ucap seorang wartawan dengan bola mata berkaca-kaca.
"Aamiin....," dan di aminkan pula oleh orang-orang yang hadir disana.
Sebelum mengangkat wajahnya gunawan terlebih dulu tersenyum, dia begitu senang, ternyata para wartawan itu dengan mudah mempercayai sandiwaranya.
"Mungkin TUHAN lebih menyayangi putri kami dibandingkan kami. Kami sudah merelahkan dan mengiklaskanya walau pun sesungguhnya hati kami sendiri begitu sedih. Yang bernyawa pasti akan kembali ke pada Sang pencipta begitu pula dengan putri kami," Riko ikut menambahkan.
Semua orang dalam ruangan itu hanya bisa terdiam mendengar setiap penuturan dari keluarga itu yang terlihat begitu dirundung kesedihan.
"Kami sekeluarga akan mengundang kalian untuk menyambut kelahiran penerus keluarga Gunawan esok hari jadi, kalian bersiaplah untuk meliput berita dan ikut merasakan pesta terbesar yang akan diselenggarakan dikota ini," lanjut Talia begitu bersemangat.
Kesedihan pun berubah menjadi kemeriahan, sambutan tepuk tangan dan sorak-sorai pun terdengar di dalam ruangan itu.
"Akhirnya orang-orang ini dengan mudah kita kelabui. Mau di simpan di mana muka kita jika mereka tahu kalau keturunan kita ada yang tidak normal," bisik Talia yang saat itu sedang duduk di tengah-tengah Riko dan Gunawan.
"Tapi tenanglah, dia sudah kita singkirkan," seketika ucapan Gunawan terhenti sesaat.
"Astaga, kenapa kita sebodoh ini?," lanjut Gunawan lagi.
"Apa maksud Daddy?," tanya Riko heran sambil menatap Talia lalu dikedikkan bahu oleh perempuan parubaya itu.
"Kenapa kita tidak menyuruh orang-orang untuk mengikuti Bi Desi, takutnya perempuan itu hanya membawa bayi aneh itu ke panti dekat-dekat sini. Bisa-bisa jika dia besar nanti dia bisa datang ke keluarga kita untuk menuntuk haknya,"
"Benar juga kata Daddy, tapi sudalah, mana mungkin dia berani datang ke keluarga kita. Lagian dia tidak ada bukti kalau dia itu keturunan keluarga kita," lanjut Riko.
"Sudalah, itu juga masih lama, Ayo kita kembali ke ruangan Lidia, kasihan mereka pasti sudah sangat menantikan kehadiran kita,"
Ketiganya pun segera berdiri dari tempat duduknya setelah sebelumnya mereka meminta izin pada wartawan.
Jika keluarga Gunawan saat itu di penuh kegembiraan dengan kelahiran penerus mereka. Lain halnya di sebuah stasion bus, tampak seorang perempuan duduk mengendong seorang bayi sambil menatap kearah televisi yang sengaja disediakan oleh pihak stasion.
"Sungguh tegah hati mereka berkata kalau Nona sudah meninggal, mereka benar -benar manusia berhati iblis. Darah daging mereka buang lalu berbohong ke publik. Kalian akan menyesali apa yang telah kalian lakukan pada Nona Kania. Aku bersumpah itu," ucap perempuan itu yang tak lain adalah Bi Desi.
Tidak lama kemudian sebuah mini bus berhenti di depan mereka. Bi Desi segera berdiri dan melangkah menuju kearah bus tersebut.
Setelah dibukan pintu oleh seorang pria, Bi Desi langsung masuk kedalam mobil dan duduk paling belakang.
Mini bus pun melaju meninggalkan terminal menjauhi pusat kota.
Hampir setengah jam mini bus tadi melaju hingga akhirnya Bi Desi sedikit meninggikan suara untuk menghentikan bus itu.
"Kiri pak,"
Setelah bis benar-benar berhenti Bi Desi segera turun dan tak lupa untuk membayar ongkos.
Bi Desi kemudian melangkah menuju pintu gerbang rumah mewah yang berdiri kokoh di depanya.
Melihat kedatangan Bi Desi seorang penjaga berlari kecil menghampirinya.
"Ibu lagi cari siapa?," tanya sang penjaga.
"Aku ingin bertemu Tuan Baron apa beliau ada?," balas Bi Desi.
"Beliau ada di dalam, apa Ibu sudah ada janji dengan beliau sebelumnya?," tanya sang penjaga itu lagi.
"Belum, tapi tolong sampaikan padanya kalau Saya, Bi Desi ingin bertemu denganya,"
"Baiklah kalau begitu, tunggu sebentar, Saya akan menemui beliau dulu,"
Bi Desi hanya mengangguk pelan tanda mengiyakan. Setelah mendapat anggukan dari Bi Desi, sang penjaga pun berbalik badan dan melangkah masuk kedalam istanah megah itu.
Tidak berselang lama kemudian sang penjaga tadi kembali dan membuka pintu pagar buat Bi Desi.
"Silahkan masuk Bu!, Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda di dalam,"
"Terima kasih banyak pak," Bi Desi melangkah masuk kedalam dan berhenti tepat di depan pintu.
Tok- tok - tok.....
Tiga ketukan yang dilayangkan Bi Desi ke daun pintu .
Tidak berselang lama kemudian, dari balik pintu tampak seorang perempuan bertubuh gembul keluar dari dalam sana.
"Desi, kenapa kamu kemari dan siapa bayi yang ada dalam gendonganmu itu?," tanya perempuan itu menatap lekat pada bayi yang berada dalam gendongan Bi Desi.
"Anak ini adalah anak sahabatku, Nora apa Tuan Baron ada?," balas Bi Desi pada perempuan tersebut.
"Hiii....pergi begitu saja, lalu datang-datang membawa bayi, kamu pikir rumah Tuan Baron ini panti asuhan apa, atau jangan-jangan kamu melarikan bayi bajikanmu?," ucap Nora sembari melebarkan bukaan pintu.
"Jaga mulutmu Nora!. Apa kamu mau Aku menghancurkan bibir judesmu itu seperti dulu," tatap Bi Desi tajam hingga membuat Nora menutup mulutnya dengan kedua telapak tanganya.
Tidak lama kemudian muncul seorang pria seumuran Bi Desi dengan postur tubuh kekar dan wajah di penuhi bulu-bulu halus yang cukup lebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Kinan Rosa
wah siapa lagi itu si Baron dan Nora
2023-06-10
0
Berdo'a saja
apa dia tidak yang merawat Kania
2022-10-18
0
Frando Kanan
heh 😏 emng....nmany berbisnis....jls bgt byk berhati iblis....atau lbh tptny 100% berhati iblis
2022-08-09
1