Setelah Akad Nikah selesai, semua tamu undangan satu per satu beranjak pergi meninggalkan Aula hotel.
Suasana yang sedikit tidak nyaman kembali di rasakan oleh kedua anggota keluarga yang kini sudah berkumpul di salah satu ruangan.
Masih belum percaya jika saat ini hubungan kerja sama yang di bicarakan ternyata bukan lagi sekedar sebatas masalah perusahaan, melainkan benar-benar pernikahan yang sesungguhnya.
Beberapa menit yang lalu Shafia menuju salah satu kamar yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin, gadis itu sengaja meninggalkan Aula terlebih dahulu tanpa menunggu acara selesai.
Di salah satu ruangan khusus yang menjadi tempat istirahat seluruh anggota keluarga besar Qiemyl, sudah ada Aina dan Arqa duduk tenang bersama pihak keluarga suami dari putri mereka.
Di hadapan Arqa sudah ada Nyonya Qiemyl dengan senyum hangat menghiasi wajah masih tampak begitu cantik meski usianya sudah lebih dari setengah abad.
Wanita paru baya itu seolah mengerti dengan tatapan penuh intens Arqa terhadapnya.
"Tatapan macam apa itu Arqa?" cebik Nyonya Iriana memulai percakapan yang semula terasa menegangkan.
"Tidak ada Nyonya," sahut Arqa segera menundukkan wajahnya karena malu.
Nyonya Iriana kembali tersenyum melihat bagaimana pria itu ketahuan masih ada keraguan dalam hatinya.
"Apa penjelasan ku masih kurang?" tanyanya menebak isi pikiran Arqa.
"Sedikit, tapi akan aku coba pahami meski butuh waktu sedikit lama." Jawab Arqa dengan wajah kembali menatap serius ke arah wanita paruh baya tersebut
Aina sedari awal hanya diam tanpa berniat untuk menimpali pembicaraan di antara suaminya dengan pihak keluarga suami dari sang putri tercinta.
Menurut wanita itu, mungkin keputusan untuk menikahkan putri mereka tidak lah buruk, bisa di terima dengan baik oleh keluarga Qiemyl tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Selang beberapa menit Arqa kembali buka suara.
"Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih banyak sebab kami justru tidak tahu harus bagaimana lagi mengatakannya. Kami hanya memiliki Shafia sebagai putri kami satu-satunya, jika keberadaan anak kami di keluarga kalian di terima dengan baik, kami dengan ikhlas memberikan Shafia pada putra kalian, dan semoga kedepannya hubungan ini bisa terjalin dengan erat tanpa harus ada yang terluka."
Arqa mengungkapkan semua yang ada dalam hatinya di hadapan keluarga besar Qiemyl.
Melihat suaminya berbicara membuat Aina ikut mengutarakan isi hatinya.
"Jujur saja, aku masih belum sepenuhnya ikhlas jika putriku harus menikah secepat ini, sesuatu yang tidak pernah sekalipun terintas di pikiranku malah jadi kenyataan." Ucap Aina terdengar lirih dengan mata berkaca-kaca
"Aku mungkin terlihat seperti seorang ibu yang egois, tapi semua ini aku lakukan karna Shafia adalah putri kami satu-satunya. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya dan rasanya baru kemarin aku mengandung putriku, sekarang malah sudah menikah dan akan tinggal jauh dariku."
Aina menangis tidak mampu lagi menahan gejolak yang begitu menyesakkan dadanya. Setiap ibu pasti akan merasa sedih bila anaknya yang begitu di manjakan harus hidup terpisah jauh darinya.
Arqa yang tahu akan kesedihan istrinya tidak berkomentar apapun, pria itu hanya memeluk erat belahan jiwanya sambil mengusap pelan punggung Aina seraya menenangkan.
"Kamu tidak perlu khawatir, Aina. kapanpun putrimu merindukan mu selama bersama kami, dia bebas bertemu dengan mu juga suamimu." Ujar Nyonya Iriana mengerti akan kondisi hati Ibu dari Shafia tersebut
"Lagi pula kita masih berada di negara yang sama bukan," kekeh wanita tua itu merasa lucu dengan tingkah Aina.
Semua yang ada di ruangan ikut tertawa mendengar perkataan Nyonya Iriana, memang benar mereka sudah pasti akan sering bertemu.
Nyonya Iriana beserta anggota keluarganya memaklumi apa yang di rasakan oleh Arqa dan juga Aina, bagi mereka setiap orang tua pasti akan melakukan hal yang sama jika anak mereka sudah akan menikah dan memiliki keluarganya sendiri.
"Ok, sudah cukup sampai disini pembicaraan kita. Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih pada kalian berdua sudah bersedia menyetujui pernikahan ini." Ucap Adnan mengalihkan pembahasan
"Dan untuk kamu, Arqa." Sambungnya seraya menatap ke arah Arqa
"Yang berlalu biarlah berlalu, semua terjadi bukan karna unsur kesengajaan melainkan sudah takdir putriku harus pergi. Kamu jangan menyalahkan diri sendiri, itu adalah pilihannya untuk pergi membantu. Kalaupun insiden itu harus merenggut nyawa putriku mungkin memang sudah takdirnya seperti itu."
Tanpa sengaja Adnan mengungkit kejadian beberapa tahun lalu.
"Benar Tuan Arqa, begitupun aku juga tidak menyalahkan mu atas meninggalnya putriku. Sebab itu merupakan sebuah kecelakaan, masalah ini sudah lama sekali dan tidak perlu di bahas dan lagi pula saat ini Tuhan sudah menggantikannya dengan kehadiran putrimu. Benarkan suamiku?" sambung Ririn tersenyum bahagia sembari menatap suaminya yang mengangguk kan kepala sebagai jawaban.
Selaku pihak orang tua dari Shafia sendiri mungkin ada sedikit rasa bersalah dan tidak enak mendengar penjelasan secara langsung dari pihak keluarga yang dulu telah kehilangan seorang putri cantik mereka karena sebuah insiden kecelakaan.
Namun begitu, baik Arqa maupun Aina hanya bisa tersenyum sebagai balasan atas kebaikan hati dari mereka.
Biarlah ikatan pernikahan yang terjalin sekarang menjadi patokan bagaimana hubungan mereka yang dulu pernah renggang kembali terikat erat tanpa harus ada yang terluka lagi.
Waktu sudah hampir larut malam, tepat jam 22.00 semua anggota keluarga baik dari pihak Arqa maupun Nyonya Iriana, semua sudah kembali ke kediaman masing-masing.
Awalnya mereka berniat untuk menginap saja di hotel malam ini. Tetapi, mengingat situasi tidak begitu menguntungkan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja.
Sedangkan Shafia sendiri tidak mengetahui akan kepulangan kedua orang tuanya, sebab gadis cantik itu tentu masih berada di dalam kamar pengantin.
Mereka sengaja tidak memberitahukan hal tersebut dan pulang diam-diam. Biarlah Shafia tidur di hotel malam ini bersama suaminya, besok pagi baru mereka akan datang kembali untuk menjemput keduanya.
Mobil yang membawa Arqa dan Aina sudah lebih dulu meninggalkan area hotel, beberapa orang kepercayaan sengaja di tugaskan untuk mengawal pasangan suami istri itu sampai rumah dengan selamat.
Sedangkan di mobil lain yang membawa keluarga besar Qiemyl tampak aura mencekam kembali menyeruak setelah kabar yang baru di terima oleh Adnan membuatnya di runduh amarah.
"Memangnya kemana perginya anak itu?" seru Adnan marah setelah menerima informasi dari orang kepercayaannya yang mengatakan gagal mengikuti putranya.
"Tenangkan dirimu! Jangan biarkan amarah menguasai hati dan pikiranmu," tegur Nyonya Iriana sembari menenangkan kemarahan sang putra tercinta.
Jika wanita tua itu sendiri ikutan marah tidak akan mengubah apapun, semoga saja sang cucu tidak melakukan sesuatu hal yang hanya akan berdampak buruk bagi keluarga.
Kemana perginya anak itu? Gumam pelan sang Nyonya besar mulai khawatir pada cucu kesayangannya.
🍃🍃🍃🍃🍃
Yuhuuu,
Jangan Lupa Like & Komennya Ya.
Semoga Suka😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments