Bab 5 ~ Pertemuan Keluarga

CUP

"Jika kamu hanya diam begini, jangan salahkan aku melakukan lebih dari ini."

Suara serak Abrisam dengan nafas yang sedikit berantakan menggelitik telinga Shafia.

Plak!

"Aww, aww. Sakit Sha ..." keluh Abrisam mengusap lengannya yang memerah karna ulah istrinya.

"Syukurin, lagian kenapa juga kamu pake tarik-tarik segala?" sungut Shafia kesal hendak melangkah ke arah sofa.

"Pokoknya aku mau tidur di sofa," tegasnya tidak ingin di bantah.

Gadis manis itu kembali melangkah menuju sofa, menata bantal juga selimut yang akan dikenakannya tanpa menghiraukan Abrisam yang menatap tajam padanya.

Shafia langsung berbaring menyamping menghadap ke arah ranjang. Rasa lelah dan kantuk yang amat dasyat membuatnya cepat terlelap menuju alam mimpi.

"Ckck, untung sayang." Gumam Abrisam pelan seraya melangkah dengan perlahan menuju arah sofa

Ia usap dengan sangat pelan wajah damai istrinya yang matanya sudah tertutup. Rasa sayang dan cinta yang dimilikinya terkadang membuat gadis itu tidak nyaman.

Tetapi apa boleh buat? Takdir telah menyatukan keduanya walau harus dengan cara yang salah.

"TETAPLAH BERSAMA KU!" Gumam Abrisam lirih, ada sedikit cairan bening di ujung matanya.

"Jika suatu saat nanti aku melakukan kesalahan besar, aku harap kamu lah satu-satunya orang yang bisa aku percaya dan mempercayai ku." Bisiknya begitu pelan nyaris tidak terdengar

Setelah mengatakan isi hatinya, Abrisam berjalan keluar dari kamar meninggalkan sang istri yang tertidur nyenyak di atas sofa panjang.

Pria tampan itu tidak langsung tidur, entah kemana perginya. Sementara di dalam kamar, Shafia ikut terbangun membuka matanya setelah kepergian Abrisam.

Selelah apapun dia dan sebesar apapun rasa kantuk melandanya, tetap akan terbangun jika ada yang menyentuh anggota tubuhnya.

Shafia sangat sadar dan ucapan dari suaminya barusan terdengar sangat jelas di telinganya.

"Aku harap semua yang kamu ucapkan benar adanya, wahai sang pemilik hati."

Shafia kembali melanjutkan tidurnya, dia memang butuh tidur sekarang. Mungkin besok hari-hari paling melelahkan dalam hidupnya akan di mulai.

.

.

Pagi telah tiba.

Shafia yang lebih dulu bangun saat masih subuh tadi, kini tengah bersiap untuk keluar kamar hotel menuju sebuah Restaurant yang berada di dekat hotel.

Sejak keluar semalam, Abrisam tidak kembali, entah kemana pria itu pergi.

Drrtt,, drrtt.

Getaran ponsel di atas nakas mengagetkan Shafia.

"Hallo Ayah," sapanya.

[Kamu masih di kamar Hotel sayang?]

"Iya Ayah. Ini Shafia masih di dalam kamar, sebentar lagi Sahfia turun ke bawah."

[Baiklah sayang, kami menunggu mu]

"Siap Ayah."

Usai berbicara dengan sang Ayah di telefon, Shafia bergegas menuju restaurant.

Sepanjang jalan gadis manis itu tidak henti-hentinya mengomel, ada saja yang di ucapkannya.

"Apa pria itu lupa jika sudah menikah?"

"Kemana saja ia semalaman? Tidakkah pria itu berfikir bagaimana perasaan ku?"

"Awas saja jika bertemu kembali jangan harap aku akan bersikap baik, huh."

Dan masih banyak lagi umpatan yang Shafia lontarkan.

Kini Shafia sudah berada di sebuah Restaurant, di mana seluruh anggota keluarga baik kedua orang tuanya maupun keluarga suaminya berkumpul untuk sarapan.

"Pagi semuanya," sapa Shafia yang baru saja sampai.

"Maaf aku telat," ucapnya tidak enak hati.

Mereka yang melihatnya hanya tersenyum merasa gemas.

"Pagi juga sayang," balas Arqa dan Aina juga di ikuti oleh Nyonya Qiemyl beserta keluarga besarnya.

Sarapan pagi berlangsung tenang, tidak ada keributan atau canda tawa. Hanya sesekali ada pertanyaan seputar masalah pesta kemarin dari Nyonya Qiemyl.

Usai sarapan bersama, kini kedua keluarga tersebut menuju parkiran mobil yang berada di hotel.

Semua anggota keluarga menaiki mobil mereka masing-masing, Shafia yang ditinggal pergi Abrisam tentu ikut naik satu mobil dengan orang tuanya. Tujuan perjalanan Mereka yaitu Rumah Utama.

Nyonya Qiemyl sebenarnya tahu apa yang terjadi pada pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri terebut. Dia akan membicarakan kesepakatan dan syarat yang harus di lakukan kedua anak muda itu ketika tiba nanti.

Di dalam mobil yang di tumpangi Nyonya Qiemyl terdapat Ririn dan Adnan ikut semobil. Suasana hangat selalu terasa jika mereka bersama.

"Mami yakin dengan keputusan Mami?" tanya Ririn pada ibu mertuanya.

"Yakin atau tidak Mami akan tetap berusaha," jawab Iriana.

"Abrisam masih sangat sensitif dengan keadaan sekitar apalagi sikap tertutupnya yang tidak mau terbuka dengan siapapun sangat bertolak belakang dengan gadis itu," lanjutnya berbicara.

"Apapun itu, yang jelas Adnan hanya ingin yang terbaik bagi putra Adnan, Mih." Ucap Adnan lirih

"Apa Shafia bisa membawanya keluar dari traumanya?" sambung Ririn bertanya.

Wanita itu sangat terpukul akan kondisi mental putranya. Ibu mana yang tidak merasakan sedih melihat anak satu-satunya harus menanggung beban yang jelas bukan salahnya.

"Katakan pada Mami sebenarnya apa yang terjadi, sayang!" pinta Nyonya Iriana pada menantunya.

"Aku tidak bisa memberi tahu kalian sekarang, tunggu waktu yang pas." Jawab Ririn enggan berkata jujur

Tidak ada lagi percakapan selama perjalanan, semuanya fokus pada pikiran masing-masing.

Kurang lebih dua puluh menit perjalanan yang ditempuh menuju Rumah Utama, akhirnya mereka sampai juga.

Semua turun dari mobil yang berhenti tepat di halaman depan yang sangat luas.

"Selamat pagi, Nyonya besar dan lainnya." Sapa seorang kepala pelayan menyambut kedatangan mereka

"Silahkan masuk!" sambungnya memberi jalan.

Semua anggota keluarga masuk ke dalam kediaman setalah menjawab sapaan dari kepala pelayan tersebut.

Tuan rumah yang lebih dulu masuk mempersilahkan agar semuanya berkumpul di ruang tamu.

Shafia beserta orang tuanya juga ikut duduk bersama.

.

.

#Ruang Tamu

"Shafia sayang, kemarilah duduk di samping nenek!" pinta Nyonya Iriana pada cucu menantunya.

Shafia yang masih ragu-ragu tidak langsung mendekat.

Arqa yang mengerti sikap putrinya segera merangkul pundak Shafia menenangkan, gadis itu akhirnya mau setelah sang Ayah mayakinkannya jika semua baik-baik Saja.

"Kemarilah!" seru Nyonya Iriana menepuk tempat duduk disampingnya.

"I-iya Nyonya," jawab Shafia gugup.

Gadis manis itu melangkah pelan menuju sofa panjang di mana Nyonya Iriana Duduk. Dia tidak berani mengangkat wajahnya, rasa takut dan gugup bercampur jadi satu.

"Jangan panggil Nyonya, panggil saja Nenek! Ok." Pinta Nyonya Iriana sembari tersenyum

"Ba-baik Nyo, eh Nenek." Shafia masih sungkan menyebut wanita tua disampingnya tersebut dengan sebutan Nenek.

"Tenanglah! Aku tidak akan menyakiti mu, apa wajah tuaku ini terlihat begitu menakutkan? Sampai kau jadi gugup seperti itu?" kekeh Nyonya Iriana merasa lucu.

"Haa ... tidak Nenek. Aku--, aku hanya sedikit gugup saja, haha." Kilah Shafia menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Semua anggota keluarga yang melihat Shafia merasa gemas, mereka tahu jika gadis itu masih belum terbiasa.

"Sudah-sudah jangan membuat menantu kita jadi salah tingkah, mungkin dia hanya belum terbiasa saja" ucap Adnan mencairkan suasana.

Semuanya langsung tertawa, sementara Shafia hanya tersenyum kecil menahan malu.

Masih seperti mimpi baginya, tiba-tiba saja sudah menikah dan bahkan keluarga suaminya sangat terpandang dan dikenal banyak orang.

Mungkin Shafia akan sedikit canggung karna harus berbaur dengan keluarga besar tersebut.

"Oh iya, Shafia. Dimana Abrisam? Sejak tadi pagi waktu sarapan kami tidak melihatnya ikut sarapan bersama."

🍃🍃🍃🍃🍃

Ayo Dukung Author Yaa😉

Dengan like, komen, vote dan hadiaj jangan Lupa.

Salam Author🤗

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Duuhhh thor aku jadi penasaran nih cerita disebalik perjodohan mereka,,Ada apa sih dengan suami nya sebenarnya??!!Apa yg tlah terjadi??🤔🤔🤔

2022-11-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Akad Nikah
2 Bab 2 ~ Kemana Perginya
3 Bab 3 ~ Kucing Yang Nakal
4 Bab 4 ~ Ranjang Atau Sofa
5 Bab 5 ~ Pertemuan Keluarga
6 Bab 6 ~ Sebuah Keputusan Yang Sulit
7 Bab 7 ~ Ayo Pulang!
8 Bab 8 ~ Chayra?
9 Bab 9 ~ Kakak Sudah Menikah
10 Bab 10 ~ Malam Setelah Akad Nikah
11 Bab 11 ~ Kabar Tidak Baik
12 Bab 12 ~ Sebuah Penyesalan
13 Bab 13 ~ Kegelisahan
14 Bab 14 ~ Hari Pertama Masuk Kerja
15 Bab 15 ~ Kabar Baik Atau Buruk
16 Bab 16 ~ Flasback
17 Bab 17 ~ Lupa Siapa Istrimu
18 Bab 18 ~ Akan Menyuapi Mu
19 Bab 19 ~ Sisi Lain
20 Bab 20 ~ Jangan Marah
21 Bab 21 ~ Sebuah Kesepakatan
22 Bab 22 ~ Kedatangan Tamu
23 Bab 23 ~ Surat Perjanjian
24 Bab 24 ~ Jangan Marah-marah
25 Bab 25 ~ Kangen
26 Bab 26 ~ Jangan Kasih Tahu
27 Bab 27 ~ Berkumpul Bersama Keluarga
28 Bab 28 ~ Sini Peluk
29 Bab 29 ~ Novel
30 Bab 30 ~ Menghabiskan Waktu Berdua
31 Bab 31 ~ Apa Boleh
32 Bab 32 ~ Liatin Apa
33 Bab 33 ~ Aku Mencintaimu
34 Bab 34 ~ Makan Malam Di Luar
35 Bab 35 ~ Marah
36 Bab 36 ~ Melibatkan Proyek Besar
37 Bab 37 ~ Jika Kau Tidak Bisa
38 Bab 38 ~ Asisten Hanif
39 Bab 39 ~ Pergi Ke Vila
40 Bab 40 ~ Bersantai Bukan Kerja
41 Bab 41 ~ Tapi Aku Takut
42 Bab 42 ~ Punya Hubungan
43 Bab 43 ~ Yakin Mau Kuliah
44 Bab 44 ~ Mendapat Hukuman
45 Bab 45 ~ New York
46 Bab 46 ~ Rasanya Di Abaikan
47 Bab 47 ~ Tidak Marah
48 Bab 48 ~ Kamu Yang Memulai
49 Bab 49 ~ Istrimu Sangat Manis
50 Bab 50 ~ Ikut Ke Kantor
51 Bab 51 ~ Pesan
52 Bab 52 ~ Tamu
53 Bab 53 - Kamu Apakan Wanita Itu
54 Bab 54 ~ Kalau Aku
55 Bab 55 ~ Aku Bahagia
56 Bab 56 ~ Semua Akan Baik-baik Saja
57 Bab 57 ~ Gara-gara Rujak
58 Bab 58 ~ Masuk Pasar
59 Bab 59 ~ Asam, Asin, Manis & Pedas
60 Bab 60 ~ Jangan-jangan
61 Bab 61 ~ Hamil
62 Bab 62 ~ Makin Sayang
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80 ~ END
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1 ~ Akad Nikah
2
Bab 2 ~ Kemana Perginya
3
Bab 3 ~ Kucing Yang Nakal
4
Bab 4 ~ Ranjang Atau Sofa
5
Bab 5 ~ Pertemuan Keluarga
6
Bab 6 ~ Sebuah Keputusan Yang Sulit
7
Bab 7 ~ Ayo Pulang!
8
Bab 8 ~ Chayra?
9
Bab 9 ~ Kakak Sudah Menikah
10
Bab 10 ~ Malam Setelah Akad Nikah
11
Bab 11 ~ Kabar Tidak Baik
12
Bab 12 ~ Sebuah Penyesalan
13
Bab 13 ~ Kegelisahan
14
Bab 14 ~ Hari Pertama Masuk Kerja
15
Bab 15 ~ Kabar Baik Atau Buruk
16
Bab 16 ~ Flasback
17
Bab 17 ~ Lupa Siapa Istrimu
18
Bab 18 ~ Akan Menyuapi Mu
19
Bab 19 ~ Sisi Lain
20
Bab 20 ~ Jangan Marah
21
Bab 21 ~ Sebuah Kesepakatan
22
Bab 22 ~ Kedatangan Tamu
23
Bab 23 ~ Surat Perjanjian
24
Bab 24 ~ Jangan Marah-marah
25
Bab 25 ~ Kangen
26
Bab 26 ~ Jangan Kasih Tahu
27
Bab 27 ~ Berkumpul Bersama Keluarga
28
Bab 28 ~ Sini Peluk
29
Bab 29 ~ Novel
30
Bab 30 ~ Menghabiskan Waktu Berdua
31
Bab 31 ~ Apa Boleh
32
Bab 32 ~ Liatin Apa
33
Bab 33 ~ Aku Mencintaimu
34
Bab 34 ~ Makan Malam Di Luar
35
Bab 35 ~ Marah
36
Bab 36 ~ Melibatkan Proyek Besar
37
Bab 37 ~ Jika Kau Tidak Bisa
38
Bab 38 ~ Asisten Hanif
39
Bab 39 ~ Pergi Ke Vila
40
Bab 40 ~ Bersantai Bukan Kerja
41
Bab 41 ~ Tapi Aku Takut
42
Bab 42 ~ Punya Hubungan
43
Bab 43 ~ Yakin Mau Kuliah
44
Bab 44 ~ Mendapat Hukuman
45
Bab 45 ~ New York
46
Bab 46 ~ Rasanya Di Abaikan
47
Bab 47 ~ Tidak Marah
48
Bab 48 ~ Kamu Yang Memulai
49
Bab 49 ~ Istrimu Sangat Manis
50
Bab 50 ~ Ikut Ke Kantor
51
Bab 51 ~ Pesan
52
Bab 52 ~ Tamu
53
Bab 53 - Kamu Apakan Wanita Itu
54
Bab 54 ~ Kalau Aku
55
Bab 55 ~ Aku Bahagia
56
Bab 56 ~ Semua Akan Baik-baik Saja
57
Bab 57 ~ Gara-gara Rujak
58
Bab 58 ~ Masuk Pasar
59
Bab 59 ~ Asam, Asin, Manis & Pedas
60
Bab 60 ~ Jangan-jangan
61
Bab 61 ~ Hamil
62
Bab 62 ~ Makin Sayang
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80 ~ END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!