Hari Minggu waktunya bersih-bersih
Habis itu baru pergi bermain
Wahai reader saya ucapkan terima kasih
Sudah mampir di novel Pria Idaman Lain
Reader yang memberikan dukungan, semoga rejekinya melimpah. aamiin
Jangan lupa bahagia
.........
"Tara, Tara," Nyonya Lita memanggil-manggil putrinya.
"Tara, kok tadi mama nggak lihat kamu pulang, sayang?"
"Kamu juga nggak kasih salam ke mama. Ada apa, sayang?" Nyonya Lita memberondong pertanyaan dari balik pintu.
Tara belum mau keluar kamar. "Nggak ada apa-apa, ma."
"Kalau nggak ada apa-apa, masih sore begini kenapa dikunci pintunya?"
"Buka pintunya, ada yang perlu Mama omongin sama kamu." Pinta Nyonya Lita
Tara masih ingin menyembunyikan bekas lukanya. "Apa harus sekarang, ma? Besok saja boleh nggak? Capek nih."
"Sayang, kok jadi nggak sopan sama mama? Kalau dipanggil mama harus segera datang dong!" Nyonya Lita mengingatkan Tara.
Tara membuka pintu kamarnya. "Maaf, ayo bicara di dalam saja, ma.”
Belum juga dijelaskan, Nyonya Lita sudah panik duluan. "Tara ini tangan kamu sama kaki kamu kenapa, sayang?"
"Nggak apa-apa, tadi tidak sengaja jatuh di parkiran, terlalu buru-buru jadi kurang hati-hati."Tara memberikan alasan.
"Kamu jangan bohong, mama nggak bisa dibohongin." Bantah nyonya Lita.
"Beneran, aku jatuh karena nggak hati-hati, ma." Sanggah Tara.
"Mendingan kamu jujur sama mama. Atau memang Gala nggak mampu jagain kamu? Biar mama cari bodyguard khusus buat kamu."
"No! Mama, please jangan cariin bodyguard. Aku nggak mau kalau privasi aku jadi terganggu." Tara memohon pada mamanya.
"Sama aja dong, sayang! Memangnya Gala nggak menganggu privasi kamu?" Nyonya Lita mulai memprovokasi.
"Beda dong! Gala ‘kan sudah seperti saudara sendiri buat aku." Ucap Tara santai.
"Saudara sendiri atau memang kamu suka sama Gala hayooo…?"
"Mamaaa… Jangan godain dong!"
"Iya ‘kan? Kamu suka sama Gala ‘kan?'
"Mama jangan sok tahu deh!" Tara berkilah, karena dia tidak paham dengan perasaannya sendiri.
"Mama tahu dong, ada benih-benih suka di antara kalian. Saran mama, jangan dilanjutkan perasaan sukanya!"
“Kenapa, ma?” Tara kaget.
"Sebenarnya ada seseorang yang aku sukai, ma. Kita baru 3 kali bertemu waktu aku SMP, sekarang orangnya nggak tahu kemana."
"Kamu nggak boleh suka sama sembarang orang Tara! Dan nggak boleh suka sama pria mana pun!" Nyonya Lita menekankan.
"Loh, kok gitu, ma? Maksudnya apa?"
"Tujuan mama nemuin kamu juga karena itu. Sekarang ceritakan dulu kenapa kamu terluka, nanti mama beri tahu maksud mama apa."
Tara hanya menceritakan bahwa dia jatuh karena melerai pertengkaran teman dari pacar Alma. Jika diceritakan detailnya, Tara takut mamanya menjadi sedih atau marah. Wajah Tara berubah jadi sedih karena teringat bahwa dia tidak mengenali teman dekatnya sendiri. Apalagi ditambah dengan kata-kata Anand yang begitu menyakitkan, padahal mereka belum saling mengenal sebelumnya.
Tara pov: Aku kira dia itu kamu mas Aryan, seseorang yang mengganggu pikiranku. Aku merasa mendapatkan seberkas sinar harapan karena bertemu dengan kamu lagi, namun mengapa malah jadi sedih dan kecewa begini. Saudara kembarmu sangat arogan, begitu mudah meluapkan emosi pada orang yang belum dia kenal. Dia begitu mudah menghujatku dengan kata-kata yang tidak pernah terbayangkan olehku. Aku hanya ingin tampil sederhana dan mendapatkan teman yang tulus, tidak ku sangka hari ini aku mendapatkan penghinaan seperti ini. Aku juga salah karena tak mengenal siapa temanku sendiri. Meski begitu, wanita mana yang mau dihujat di depan umum, bahkan dikatakan matre dan jual tubuh. Apalagi dia memintaku untuk jauh-jauh dari kamu mas, padahal kita tidak pernah bertemu. Jangankan bertemu, sekedar nomor HPmu saja aku tidak tahu, sudah ku cari-cari di sosial media tapi tak ku temukan juga akunmu.
"Tara kenapa malah melamun?" Tegur Nyonya Lita. 'Tara…"
"Maaf, ma. Jadi apa maksud kata-kata Mama tadi?'
"Kamu siap-siap aja, sayang! Kamu akan segera tahu"
"Cepat mandi, ganti baju yang bagus dan dandan yang cantik." Perintah Nyonya Lita.
"Loh, kita mau kemana,ma?"
"Nanti jam 7 ada tamu papa yang datang. Papa yang mengundangnya untuk makan malam dengan keluarga kita." Terang Nyonya Lita.
"Aku di kamar aja ya? Malas ikut, nanti ketahuan papa kalau aku habis jatuh." Tara merengek pada mamanya.
"Nggak apa-apa sayang, nanti Mama yang jelasin ke Papa, kalau kamu nggak ikut, itu namanya nggak sopan."
"Cepat mandi terus dandan! Mama mau cek masakan bi Tarti dulu.” Nyonya Lita keluar dari kamar Tara.
...………....
Tuan dan Nyonya Cakra Wangsa sudah tiba terlebih dahulu di kediaman Maheswari.
Tuan Yoga memperkenalkan Tara pada tamunya.
"Kenalin ini putriku, namanya Tara," sambil menunjukkan Tara.
Tara maju memberikan salam pada tuan dan nyonya Cakra Wangsa.
"Saya Tara, om, tante." Memperkenalkan diri sambil berjabat tangan.
Nyonya Gita menyahut. "Iya, sayang, ini om Yoga dan tante Gita. Tapi kamu boleh panggil mama atau papa saja."
"Maksudnya apa ya, om, tan?" Tara bingung.
"Kamu 'kan calon mantu om sama tante, jadi panggil papa dan mama nggak apa-apa. Iya nggak jeng Lita?"
"Ah, jangan godain putriku dong jeng! Ngomong-ngomong ini putramu nggak jadi ikut jeng Gita?" Nyonya Lita mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, nanti anak-anak nyusul, paling sebentar lagi sampai." Jawab Nyonya Gita.
"Maklum 'lah mereka kan masih sibuk kuliah sambil bantuin kerjaan papanya." terang Nyonya Gita.
Mereka pun berkumpul dan berbincang-bincang di ruang keluarga. Ting-tong, ting-tong, suara bel berbunyi.
"Tara, tolong bukain pintunya ya! Itu pasti anak tante." Pinta Nyonya Gita.
"Baik, Tan," Tara langsung pergi membukakan pintu.
Kalau saja Tara tahu siapa yang akan datang, pasti dia tidak akan sudi membukakan pintunya. Namun takdir memang berkata lain, Tara harus membukakan pintu untuk orang yang telah menghinanya.
Tara membukakan pintu, "Selamat da-"
"Lo! Ngapain, lo, yang bukain pintu?" Teriak Anand.
"Jangan-jangan, lo, ternyata anak pembantu disini ya? Atau lo lagi ngedeketin anak yang punya rumah?"
"Eh, tapi setahuku om Yoga nggak punya anak cowok atau jangan-jangan kamu ngedeketin om Yoga yang kaya raya?" Anand terus saja bicara seenaknya dan tak terhentikan.
"Tuan Anand yang terhormat, sebaiknya anda berpikir dulu sebelum bicara, jangan asal bica-,"
"Lo, pikir lo siapa? sok nasehatin Gue. Mendingan lo pikirkan diri sendiri, jangan jadi cewek murahan!" Anand tidak terima dinasehati.
Tiba-tiba nyonya Lita keluar. "Tara, bukain pintu aja kok lama?"
"Oh, ini Anand atau Aryan ya?" tanya Nyonya Lita saat melihat salah satu dari anak kembar itu.
Anand mengulurkan tangan untuk salaman dengan Nyonya Lita. "Selamat malam tante, saya Anand."
"Oh, ini yang Anand. Ayo masuk! Sudah ditunggu papa mama kamu di dalam," Ajak nyonya Lita.
"Baik, tan," Anand menganggukkan kepala.
"Tara, ayo masuk, jangan diam aja di depan pintu!" Tegur Nyonya Lita.
"Em... Iya, nanti Tara nyusul, ma." Jawab Tara.
Deg, Anand kaget bukan main mendengar Tara menyebut nyonya Lita dengan sebutan "Ma".
Anand pov: Aku sudah marah-marah padanya tanpa tahu siapa dia sebenarnya. Papa akan mencincang aku kalau sampai ketahuan. Aku bodoh sekali, aku tak tahu kalau dia anak dari om Maheswari, bahkan kekayaannya sedikit lebih tinggi di atas kekayaannya papa. Aku harus minta maaf padanya nanti, semoga saja dia mau memaafkan aku.
Tara pov: Jika mas Anand anak dari keluarga Cakra Wangsa, berarti mas Aryan juga akan datang kesini. Tapi aku tidak boleh senang dulu, mungkin saja yang datang hanya mas Anand yang arogan itu. Kalaupun nanti dia minta maaf padaku karena sudah tahu siapa aku, maaf ini tak akan ku berikan dengan mudah.
.................
Yuk ditunggu jempolnya, komentarnya dan dukungannya. Terima kasih, matur suwun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Umi Abi
ha ha 😂😂 malu kan tuh, salah tingkah
2022-05-22
0
Manga Fans
cemen nih si Anand
2021-11-23
0
Reader Novel
Anand lambe turah suka ngehujat nih
2021-11-22
0