"Good morning, Jemima. Saya ingin bertemu denganmu nanti setelah kamu selesai bekerja. I will pick you up at 5 o'clock in front of your office."
Jemima sama sekali tidak bisa konsentrasi. Tadi pagi, dia hampir saja menjerit frustasi setelah menerima telepon dari Madam Rowena. Satu minggu setelah acara lamaran, Jemima bisa sedikit bernapas lega. Pasalnya, wanita itu tidak pernah menghubunginya.
Hal itu memberikan sedikit harapan pada Jemima bahwa ada kemungkinan pernikahannya dibatalkan. Sampai tadi pagi. It seems like the game is not over yet.
--
"Bu, ini semua naskah yang sudah selesai dan siap dikirimkan sore ini juga."
"Terima kasih." Jemima membalas ramah ketika salah seorang karyawan meletakkan satu tumpukan naskah di mejanya.
Jemima memijit kepala melihat banyaknya pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini. Setidaknya semua ini cukup untuk mengalihkan perhatiannya.
Selama berjam-jam Jemima sibuk dengan pekerjaannya. Dia melonjak kaget saat ponselnya berdering.
"Halo," jawab Jemima sedikit kesal.
"Good afternoon, Jemima. Where are you? It's already 5 o'clock."
Jemima sontak melihat jam di pergelangan tangannya.
Oh, shit! Jam lima lebih lima.
"Maaf, Madam. Saya akan segera turun."
Jemima segera membereskan pekerjaannya dan menyuruh salah satu anak buahnya untuk menyerahkan semua naskah yang sudah dikoreksi ke bagian percetakan. Dengan terburu-buru dia berlari menuju lift dan menekan angka 1.
"Maaf, Madam. Saya tidak melihat jam," ucap Jemima setelah dia duduk di samping Madam Rowena. Mobil yang mereka tumpangi mulai bergerak membelah keramaian Jakarta.
"Kamu terlalu keras bekerja. Kalau seperti ini terus, bagaimana bisa kamu memberikanku cicit dengan cepat?"
Uhuk!
Jemima tersedak ludahnya sendiri. Napasnya lagi-lagi terasa sesak.
"Are you okay?" Madam Rowena bertanya dengan datar.
"Kenapa? Kamu kaget mendengar permintaan saya? Tentu saja alasan saya ingin menikahkanmu dengan cucu saya salah satunya agar saya bisa segera mendapatkan cicit." Madam Rowena memandang Jemima yang masih terlihat kaget. Senyum tipis tersungging di bibirnya.
Jemima bersandar lemas pada jok mobil. Hanya dalam waktu satu minggu kehidupannya sudah berubah. Seakan hidupnya kini bukan miliknya lagi.
Seandainya saja dia tidak bertemu dengan wanita di sampingnya ini, apakah takdirnya bisa berubah? Jemima melirik Madam Rowena. Wanita itu kini memejamkan mata. Membiarkan Jemima kalut dengan pikirannya sendiri.
Lagi. Memori Jemima ditarik ke kejadian setahun lalu di London. Pada pertemuan terakhirnya dengan Madam Rowena. Pertemuan yang tidak dia ceritakan pada siapapun. Bahkan kepada sahabatnya sendiri, Astrid.
——
Mereka memasuki sebuah butik yang terletak di daerah Cilandak Tengah. Hari ini, Madam Rowena mengajak Jemima mengukur gaun pengantin.
"Griffin seorang desainer ternama Inggris. Butiknya mempunyai cabang di beberapa negara, termasuk Indonesia. Dia akan membuatkan gaun yang cantik untukmu."
Jemima mendengarkan penjelasan Madam Rowena dalam diam. Dia masih tidak percaya dengan segala hal yang dia lakukan saat ini.
Mengunjungi butik berkelas. Memilih gaun pengantin. Bertingkah seolah-olah dirinya calon mempelai wanita yang berbahagia.
"Rowena. Nice to meet you, darling."
Seorang wanita seusia Madam Rowena keluar dari sebuah ruangan. Kedua wanita tersebut saling berpelukan erat.
Jemima mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan yang dibalas wanita bernama Griffin itu dengan sangat anggun.
"Ah. Jadi ini gadis yang akan kau nikahkan dengan Alek?" Wanita itu memandang Jemima dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Aku pikir kau akan memilihkan seorang gadis yang lebih cantik."
Sialan!
Jemima seakan ditimpa berkarung-karung beras. Wanita di hadapannya ini jelas-jelas sedang membuat lelucon tentang dirinya.
"Do not worry. I can make her more beautiful than—this."
Tawa kedua wanita tua di hadapannya memenuhi ruangan. Mereka berdua kemudian berkeliling butik, meninggalkan Jemima yang masih saja tidak bisa berkutik.
Jemima tertawa hambar. Sempat terpikir sejenak bahwa wanita pemilik butik ini akan bersikap lebih baik daripada Madam Rowena.
Dugaannya salah besar. Mereka berdua ternyata sama saja.
——
Jemima merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hampir tengah malam dan dia baru saja sampai rumah.
Jemima tidak pernah menyangka, menghadapi dua orang wanita berumur bisa semelelahkan ini. Dia hampir mati karena kesal melihat dua wanita tadi berdebat seakan tidak ada ujungnya.
Jemima akhirnya memberanikan diri untuk menyela dan mengungkapkan pendapatnya. Bagaimanapun juga dirinya yang akan menikah. Dia berhak ikut andil, bukan?
Tiga jam yang melelahkan bisa dia lalui dengan lancar walaupun agak sedikit menyebalkan. Jemima menghembuskan napas lega ketika akhirnya Madam Rowena mengajaknya pulang.
Dengan malas Jemima bangun dari tempat tidur. Dia harus mandi. Dia butuh mandi. Mungkin dengan membasahi seluruh tubuhnya, segala keruwetan yang dilaluinya seharian ini akan ikut hilang tersiram air.
Mungkin juga otaknya bisa berhenti sejenak dari menyebutkan nama yang secara tidak sengaja tadi dia dengar.
Alek.
Nama calon suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
ngrajut story
Nama suaminya Alek ya? Bukan alex thor?
2021-08-17
1
Lia Tari
kesekian kalinya baca novel bagus tp like nya sedikit...ttp semangat thor..
2020-10-11
1
ARA
misterius😱
2020-09-28
1