Dara terbangun dari tidurnya, ia menyiapkan segala berkas yang di perlukan untuknya melamar pekerjaan.
Dara yakin akan mendapatkan pekerjaan baru untuk menghidupi kedua orang tuanya.
Setelah siap, Dara kemudian bergegas untuk mandi mempersiapkan diri untuk segera pergi dari kediamannya.
Ayah dan Ibu Dara tengah membantu tetangga mereka yang akan mengelar acara pesta pernikahan, sehingga pagi ini dara terbebas dari beberapa pertanyaan kedua orang tuanya.
Menggunakan pakaian hitam putih dan sepatu flat hitam Dara melangkah meninggalkan kediamannya dengan penuh harapan.
"Hemmm... kemana ya aku harus melamar pekerjaan? lulusan SMA nampaknya agak sulit mendapatkan pekerjaan" kata Dara pelan sambil menoleh ke arah datangnya angkutan umum.
Dara memilih ke sebuah daerah dimana kawasan pabrik berjejer.. Pikirnya ia akan mudah mendapatkan pekerjaan disana.
Dara menjajahkan surat lamarannya satu demi satu dengan penuh semangat dan senyuman.
Dara menepi ke sebuah warung kecil disana, kering tenggorokan nya terasa saat itu.
"Nikmat banget ini air dingin" ucap Dara membayangkan sejuk air mineral di dalam kemasan botol yang tengah ia genggam meluncur perlahan di tenggorokannya.
Baru saja Dara hendak meneguk air itu, mata Dara membulat melihat
seorang anak kecil hendak menyebrangi jalan yang tengah ramai dengan Lulu lalang kendaraan dengan kecepatan yang cukup kencang..
"Astaghfirullah.......". Teriak Dara mengguncang perhatian sekitar . Dara yang berlari cepat pun semakin mengundang kepanikan orang sekitar.
Dara menarik sambil memeluk bocah berusia 5 tahun itu hingga keduanya terjatuh.
"Akkhhhhh" Dara mengeluh kesakitan sementara anak itu menangis merasa shock.. beberapa orang sekitar mendekat menolong dara yang terjatuh tersungkur.
"Zaidarrrrrrr....." Teriak seorang pria mendekat berlari.
"Papaaaaa" Teriak bocah itu mendekati seorang pria yang sudah sangat panik.
Dara melihat sosok pria itu sambil terbangun perlahan.
Dia? kenapa dia? Ucap Dara pelan, sangat pelan.
Zaidar? namanya mirip denganku... Batin Dara.
"Mbak.. mbak gapapa.."
"Mbak sikunya luka"
"Mbak mari di beri obat dulu"
Ucap orang-orang yang membantu Dara kala itu..
"Kamu????" Ucap seorang pria yang tak lain adalah Bagas.
Dara hanya terdiam menundukkan kepalanya sambil meringis merasakan sakit pada siku bagian kirinya.
"Tuan...." Alex datang dengan tergesa-gesa.
"Dari mana kamu?! bodoh! kalo sampai zaidar terluka, lehermu taruhannya" kesal Bagas membentak Keras Alex.
"Urus dia!" tambah Bagas sambil menunjuk ke arah Dara, lalu ia pergi meninggalkan lokasi dengan menggendong Zaidar.
Semua orang menatap sinis ke arah Bagas, tak perduli siapa pria arogan itu yang jelas ucapannya sungguh tidak elok di dengar.
"Permisi .. Nonaa..." kata Alex yang belum melihat wajah Dara.
"Astaga .. kamu?" kata Alex saat melihat Dara dengan senyum meringis nya.
"Siang Pak ..." kata Dara dengan sedikit suara gemetarnya.
"Kenapa bisa kamu? sudah ayo ikut saya" kata Alex membangunkan Dara.
Dara bangun, menatap lembut orang-orang sekitanya yang begitu peduli terhadapnya.
Dara mengikuti langkah Alex setelah ia mengucapkan rasa terimakasihnya.
"Dara.. Duduklah, pelayan ini akan membantumu membersihkan luka mu" kata Alex dengan suara lembutnya.
"Terimakasih, pak.. saya bisa sendiri sebetulnya" kata Dara merasa tak enak hati.
"Sudahlah, diam dan ikuti saja perintah saya..." kata Alex dengan suara tegasnya.
"Iya .. iyaa .. baiklah .. memang kita harus menuruti perintah orang tua yaa" kata Dara dengan celetukan konyolnya.
"Apa? kamu bicara apa?" Kata Alex membulatkan matanya.
"ehhhhh... apa yaa? lupa saya bicara apa tadi" kata Dara dengan sedikit ketakutan..
Aduh berani sekali mbak ini berbicara dengan pak Alex... Batin seorang pelayan sambil terkekeh kecil dalam hatinya melihat sikap Dara.
"Pamaannnnn" Suara anak kecil membuka pintu.
"Dennn..." Hormat Alex pada anak kecil yang tampan dengan mata coklatnya.
"Paman, apa kamu memarahi Tante ini? dia tidak salah" kata Ziadar dengan beraninya.
"Tidak Den, Paman tidak melakukan itu.." kata Alex membela dirinya.
"Tante, apa benar Paman berambut seperti kulit zebra ini tidak memarahimu??" kata Zaidar dengan polosnya.
Dara melepas tawanya di ikuti tawa tipis pelayan yang berada disana.
Astaga Zaidar, kamu benar-benar mampu meruntuhkan wibawa ku disini... Batin Alex kesal.
"Hai tampan, kemarilah..." kata Dara sambil mengayunkan telapak tangannya melambai.
"Jangan.. jaga jarak aman!" kata Alex tegas.
"Kami bukan mobil di tengah kemacetan, kenapa harus jaga jarak.. aku tidak membawa virus!" kesal Dara kala itu.
"Paman selalu saja berlebihan" kata Ziadar mendekati Dara dengan santainya .
"Tante .. Terimakasih sudah menolongku, aku hanya penasaran saja dengan suara nyanyian tahu di sebrang jalan tadi" kata Zaidar dengan polosnya.
"Tahu???" bingung Dara, sambil berbalas pandang dengan seorang pelayan di hadapannya dan berganti ke Alex.
"Iya aku mendengar suara orang menyanyikan lagu tahu tahu yang bulat" kata Zaidar polos.
Dara spontan melepas tawanya di ikuti dengan seorang pelayan yang tengah membersihkan lukanya, Alex pun hendak tertawa namun dapat ia tahan demi menjaga wibawanya.
"Itu penjual tahu bulat, apa kamu tidak tahu? tahu bulat?" kata Dara sambil menyatukan ibu jari dan telunjuk nya membentuk bulatan.
Zaidar menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tau, Tante.. apa itu makanan enak?" polos Zaidar .
"Tidak enak, kamu bisa sakit perut" kata Alex nyeletuk dengan secepat kilat.
Astaga, di tempat aku tinggal anak seusia dia pasti jajan tahu bulat, lalu kenapa anak ini tidak mengenal apa itu tahu bulat.. Pasti dia anak sultan yang makan nya tahu jepang- Dara membatin.
"Apa betul?" Sahut Zaidar pada Dara dengan harapan apa yang di katakan Alex tidaklah benar.
"Aku suka tahu bulat, enak selagi hangat.. tapi kamu harus sebesar aku dulu untuk makan itu" kata Dara berbohong.
"Iya kah? huh padahal aku pemasaran sekali" kata Zaidar dengan sendu nya.
"Zaidarrrr... Astaga kamu disini" kata Bagas masuk secara tergesa-gesa ke dalam ruangan yang cukup luas dan bersih rapih tertata.
"Papa..." Zaidar menyapa.
Aduh.. si tampan ini meluluhkan hatiku.. ah tapi sayang suami orang... Batin Dara menepis rasa kagumnya.
""Kamu... kamu tidak apa-apa?" tanya Bagas.
"Sudah tak apa... tenang saja jangan khawatir" kata Dara dengan percaya diri.
"Cih.. saya tidak khawatir..! saya hanya akan merasa tak enak jika tanganmu putus karena menolong Zaidar" kata Bagas ketus.
"Astaghfirullah, seram sekali ucapan bapak.. kalo tangan saya putus, bapak yang harus menjahitnya" kata Dara dengan leluconnya.
Kali ini Alex tak mampu menahan tawa nya.
"Papa, apakah tangan putus bisa di jahit??" polos Zaidar membuat kedua mata Bagas membulat ke arah Dara.
"Jaga bicaramu di depan anak saya" kata Bagas pelan namun penuh penekanan.
Dara menutup mulutnya sambil melepas tawa tipisnya..
"Pah... jadikan Tante ini pengasuhku..ya???" pinta Zaidar, permintaan Zaidar membuat Bagas terkejut, bahkan tatapan Bagas tentu menunjukan bahwa ia tidak setuju dengan permintaan Zaidar kala itu.
*
*
*
To be Continued..
Silahkan Like yuk, komen yuk dan Rate yaa..
jika ada rejeki boleh lempar setangkai dua tangakai bunga atau semangat kopi nya hehe
Terimakasih ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Thata Chan
dua bunga mendarat kak, neng ga punya poin
2022-06-09
1
Thata Chan
kakak author harus tanggung jawab🤣🤣 neng sampe mules.
hahahaa emang bisa tangan putus di jahit😃 ada nya di amputasi kalik ya😃😃
2022-06-09
1
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
semoga terus lucu 🏃🏃
2022-05-26
5