Episode 4 Bayangan Menakutkan

Berjalan keluar dimalam hari, terasa sangat gelap dan sunyi. Meskipun masih banyak orang-orang dan kendaraan yang melewati jalan ini, aku merasa seperti ada yang mengikuti, ternyata bayanganku sendiri begitu menakutkan. Sesosok yang tidak pernah kukenal ataupun kuajak bicara. Entah mengapa selama ini mengikutiku, yang tidak pernah memberinya keuntungan apa-apa.

Kenapa kau masih setia, berjalan di belakangku. Menemani kemanapun aku pergi. Namun, aku cukup kecewa padamu yang tidak bisa melindungi

disaat orang-orang jahat itu mengambilnya. Apa untungnya untukku dan apa untungnya untukmu. Jangan selalu mengikutiku jika tidak bisa membantuku.

“Enyahlah!”

“Mulai hari ini, kau tidak diperlukan lagi. Jadi

menyingkirlah dari sisiku.” Sambil menunjuk pada bayanganku sendiri.

Aku tidak peduli dengan pandanganmu, dan cara melihatmu tentang kelakuanku ini. Biarkan semua orang menganggapku gila daripada tidak dianggap sama sekali. Mana yang lebih kasihan, tidak ada atau ada. Tentu saja aku ingin dianggap ada daripada tidak ada. Ada dan tiada, ada dan tiada, ada dan tiada.

Hingga mereka yang melihat hanya menjauh dari dirinya dan beranggapan aneh.

Wanita itu sudah gila.

***

Keesokan harinya.

Aku sudah sampai di kantor pagi sekali, namun ternyata tidak sepagi itu. Ketika memasuki pintu utama sudah ramai dengan orang-orang berpakaian khusus dengan label nama, persis dengan orang yang tadi malam menyita kantong-kantong kertas itu. Situasi sangat membingungkan karena semua terlihat sibuk dan panik. Meskipun aku tahu semua orang di gedung ini sudah mendapatkan bocoran bahwa hari

ini akan ada audit besar-besaran.

Ada yang memangil nama disaat pikiranku sedang kosong. Orang itu yang tadi malam

ada di perpustakaan. Memanggil dengan gestur memerintahkanku untuk mendatanginya. Jemarinya menunjukku dan memerintahkan untuk mendekat. Aku berjalan seperti terhipnotis mengikutinya. Aku menoleh kearah Pak Warih yang di bawa oleh beberapa orang kedalam mobil mereka.

Bulu kudukku merinding melihatnya, apakah aku yang selanjutnya.

Masuk kedalam lift bersama dua orang yang menjaga dengan senjata laras panjang berseragam seperti polisi khusus lengkap dengan helm anti pelurunya dan dua orang di depanku berpakaian rapih dengan label nama yang tidak asing lagi bagiku. Mereka terlihat menakutkan. Sepanjang menaiki lift ke lantai lima tidak ada suara ataupun gesture di antaranya. Aku merasa terintimidasi dalam situasi sekarang ini.

Aku diperintah mengikutinya kesebuah ruangan rapat. Di sana aku melihat beberapa direksi dan kepala cabang serta wajah yang kukenali. “Pak Hari” sudah terduduk seperti pesakitan. Mereka sedang dicecar pertanyaan dan menjawab dengan wajah ketakutan. Aku tidak dibiarkan satu ruangan dengan mereka. Entah mengapa mereka sengaja membawaku untuk melewatinya. Mungkin agar mereka bisa melihatku sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki.

Kunci dari rahasia penting.

Aku mencoba berpikir keras, apa maksud mereka membawaku. Sedangkan aku hanya seorang

perpustakawan. Di mana seseorang yang tidak punya posisi penting apalagi terlibat dalam permasalahan perusahaan. Aku hanya seseorang yang terlupakan bahkan tidak pernah diajak makan siang ataupun ketika perayaan kantor.

Ruangan yang dituju adalah ruang asisten yang lebih kecil. Ruangan itu disulap menjadi ruangan investigasi dengan meja berhadap-hadapan seperti ruang investigasi dalam film aksi. Hanya saja ruangan itu tanpa kaca dan tanpa ruangan gelap disebelahnya. Akhirnya aku diperintahkan untuk duduk disana, sendirian.

Udara seakan lembab dan dingin, bahkan lebih dingin. Aku rasa mereka sengaja melakukannya karena ini akan membuatku semakin gugup dan mereka bisa dengan mudah melihat perilakuku yang jujur atau sebaliknya.

Aku tidak bisa menutupi kegalauanku, hingga kaki dan tangan ini bergetar hebat. Bahkan aku ingin menangis sedari tadi.

Aku hanya ingin segera pulang dan melupakan kejadian ini. Bisakah mereka tidak mendiamkanku lebih lama lagi. Aku hanya ingin menyelesaikan secepatnya. Tiba-tiba lampu ruang yang persis diatas kepala mati dan menyala sendiri, mati

dan menyala beberapa kali. “Mati”.

Dari balik cahaya gelap itu terdengar suara yang menyeramkan, seakan memanggil namaku.

“Enggaarr …,” berbisik jelas.

“Pembohong, Enggar pembohong … hihihi.”

“Siapa kau?” panggilan itu seakan mengelilingiku.

Aku mencari suara itu.

“Aku bukan pembohong!” aku berteriak pada suara bisikkan itu.

*Dasar pembohong!

Pembohong!

Kamu pembohong*!

Semakin jelas kurasakan, suara itu berada di kolong meja ini, seakan menungguku untuk

menyapa. Kakiku bergetar, aku takut melihat kebawah.

Kupejamkan mata rapat-rapat, ada yang menatapku di balik meja ini. Suara napasnya terasa terdengar, aku tahu ada sesuatu di balik meja ini. Aku bisa merasakannya, semua bulu kudukku merinding.

Bayangan hitam dan mata yang merah menyala seakan tertawa menantiku untuk di tangkapnya.

“Hihihi” suara itu mentertawakanku. Aku mencoba membuka mata dan melihat ada apa di sana. Aku melihatnya dan ternyata tidak ada apa-apa.

Mungkin ini karena aku sangat ketakutan sembari mencoba mengatur napas.

Apa yang mereka inginkan dariku?

Mencoba mengatur napas perlahan untuk kesekian kalinya.

Setelah setengah jam menunggu akhirnya seseorang dengan jas biru gelap memasuki ruangan yang beku ini. Wajahnya tidak menyeramkan, tidak seperti bayanganku.

“Maaf sudah menunggu lama.”

Aku menggigil kedinginan.

“Apa kamu kedinginan?”

“I-iya.” sembari meringkuk diantara kedua lengan yang bersidekap di atas dada.

Lalu penyidik itu mengecilkan suhu dari pendingin ruangan dan kembali duduk di depanku.

Pasti saat ini dia sedang memainkan peran menjadi penyidik yang baik.

“Kamu Enggar, karyawan paruh waktu, sudah bekerja selama dua tahun, bekerja dari shif

pagi pukul 07.00 hingga pukul 03.00, benar?” bertanya tegas.

“Iya.”

“Siapa lagi yang bertugas diruangan perpustakaan?”

“Ada Pak Wahyu dan Pak Warih, senior saya.”

“Kemarin, kalian bertiga hadir?”

“Hanya Pak Wahyu yang izin sakit.”

“Kenapa setelah shif kamu selesai masih diperpus?” pertanyaan yang tiba-tiba.

Aku tidak menyangka pertanyaan itu akan membuatku terkejut.

Serangan mendadak.

“S-saya … saya.”

Penyidik tersenyum licik seakan sudah menangkapku dalam perangkapnya.

“Saya membantu pak Warih untuk menghancurkan dokumen pak!”

“Dokumen apa itu?” sambil meletakkan kedua lengannya diatas meja dan menatap lurus padaku.

Jantungku berdebar tidak menentu, seakan tubuhku menjadi panas akibat aliran darah yang

memompa dengan cepat.

“Saya, tidak tahu pak.”

“Jangan bohong!”

Aku benci orang yang mencapku sebagai pembohong.

Aku menatap matanya dengan penuh kebencian, menundukkan kepala dan menatapnya sekali lagi.

AKU BUKAN PEMBOHONG.

“Hei jawab! Ditanya melamun,” cecar penyidik internal itu.

“Saya, saya tidak bohong pak, saya hanya diperintahkan untuk memusnahkan dokumen tanpa membaca dan melihatnya.”

Penyidik itu diam sejenak sambil memandang mataku seakan menelanjangi. Seakan ingin

melihat diriku lebih dalam, apakah aku berbohong atau tidak. Lalu mengambil dan membuka laptop yang di bawanya, memperlihatkan adegan yang tertangkap kamera pengintai.

Aku tidak tahu jika ada kamera yang merekam seperti itu.

Oh tidak aku dan pak Warih yang sedang memusnahkan dokumen.

“I-iya itu memang saya yang sedang memusnahkan dokumen itu, apa salah saya?”

Lagi-lagi penyidik itu tersenyum licik sambil menekan tombol mempercepat gambar pada layar dan memberhentikan digambar yang diinginkan.

“Lihat, kamu telah berbohong, kamu sudah membaca sesuatu pada dokumen ini,” keringat dingin mengucur, aku tidak bisa berpikir dan membuat seluruh mulutku terasa mengering.

“Aku tidak berbohong, aku tidak tahu apa-apa soal itu.”

“Cepat katakan apa yang sudah kamu ketahui dari dokumen itu, jika tidak kamu akan bernasib sama seperti pak Warih!”

Penyidik ini mengganti perannya menjadi penyidik jahat, aku tidak suka.

Tidak, aku melihat pak Warih dibawa oleh mereka, aku tidak mau dimasukkan ke penjara.

“Aku tidak yakin apakah yang aku lihat akan berkaitan.”

“Katakan saja apa yang sudah kamu lihat, biar kami yang memutuskan itu berkaitan atau

tidak.”

“Cepat katakan, jika tidak .…” Dengan nada suara mengancam.

Aku hanya memberikan nama-nama yang kuingat ada di dalam pembukuan itu. Setelah itu aku boleh pulang dan tidak bekerja untuk hari ini. Keluar

dari ruangan itu, semua mata memandangku seakan-akan tahu apa yang sudah berlaku padaku.

Pandangan yang menjijikkan dan merasa marah, aku bisa merasakan tatapan itu. Aku hanya berlalu dengan cepat keluar dari kantor ini dan ingin segera pulang.

***

Hari ini sungguh mengerikan, aku tidak menyangka bahwa interogasi akan seperti itu.

Sangat menegangkan, terlebih aku merasa terpojok dan seperti pelaku kejahatan.

Sebenarnya apa yang terjadi, mereka menyelidiki apa. Aku sangat penasaran dengan nasib direksi dan kepala cabang serta yang ada dibawahnya. Bahkan nasib pak Warih yang ditangkap mereka.

Mendekati rumah terlihat dari kejauhan Ayah dan Ibu sudah menungguku sejak lama. Aku tidak menyangka mereka akan menyambutku seperti ini.

“Enggar kamu tidak apa-apa?”

“Tidak apa-apa Bu, Pak, memang ada apa?”

“Loh, kamu tidak tahu?”

“Pak Hari dan jajaran direksi ditangkap karena sudah menyembunyikan pajak peusahaan

dan mencucinya dibeberapa anak perusahaan di Singapura.”

Aku baru tahu yang terjadi sekarang, ternyata soal ini dan nama-nama yang ada didaftar yang kusebutkan adalah nama-nama yang mendapatkan kucuran uang dari pajak yang tidak dibayarkan.

“Enggar koq kamu malah melamun?”

“Enggak apa bu, pak, aku kedalam dulu, mau istirahat, capek.”

“Ya sudah sana, makan dulu baru istirahat.”

***

Dukung The Shadow Fears di kontes #ceritaseram

Terpopuler

Comments

senja

senja

7pagi smpe 3pagi kah? wah

2022-04-02

0

Dwight

Dwight

Luar biasa!
Ceritanya super keren.

Berharap tulisan lebih rapi.

2020-08-04

2

Agustus2019

Agustus2019

nanti aku mampir lagi Kam soalnya aku ga suka kalau cuma like tanpa baca, kaka udah cape2 buat cerita. nanti lagi ya ka. semangat terussss

2020-07-11

4

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Prolog
2 Episode 2 Masa Kelam
3 Episode 3 Dimulai Dari Sini
4 Episode 4 Bayangan Menakutkan
5 Episode 5 Nightmare 1
6 Episode 6 Interogasi Saksi
7 Episode 7 Kelam Yang Menyukaiku
8 Episode 8 Aku Menyukainya
9 Episode 9 Otopsi Tubuh Korban
10 Episode 10 Menjenguk Dian
11 Episode 11 Nightmare 2
12 Episode 12 Pembunuhan Berantai
13 Episode 13 Pengakuan Cinta
14 Episode 14 Bukti-bukti Pendukung
15 Episode 15 Kampung Orang Gempar
16 Episode 16 Bukti Tidak Terkait
17 Episode 17 Pelaku Penyekapan
18 Episode 18 Naluri Detektif
19 Episode 19 Siapa Edgar?
20 Episode 20 Remuk Redam
21 Episode 21 Berjalan Maju
22 Episode 22 Silence Witness or Killer
23 Episode 23 Monster Itu Aku
24 Episode 24 Dean Kehilangan
25 Episode 25 Kabur Dari Penjara
26 Episode 26 Kematian Hanya Bentuk Lain (Tamat part 1)
27 Episode 27 Ten Years Later
28 Episode 28 Sequel
29 Episode 29 Tersedak Lumpur
30 Episode 30 Pusat Perhatian
31 Episode 31 Suara Misterius
32 Episode 32 Kejanggalan Penyebab Kebakaran
33 Episode 33 Alias; Qiandra
34 Episode 34 Kissing Game
35 Episode 35 Mimpi dan Kenyataan, Mana Yang Lebih Buruk?
36 Episode 36 Forgive Me
37 Episode 37 Menemui Kawan Lama
38 Episode 38 Laporan Kevin
39 Episode 39 Kebenaran Yang Menyakitkan
40 Episode 40 Redemption Song
41 Episode 41 The Truth Untold
42 Episode 42 Silent Is Gold
43 Episode 43 Invicible (Tamat part 2)
44 Episode 44 Suara Misterius 2
45 Episode 45 Trilogy : Othello Syndrome
46 Episode 46 Jatuh Cinta
47 Episode 47 New Sign; Skyper
48 Episode 48 Interlude
49 Episode 49 T i t i k
50 Episode 50 Zero Moment
51 Episode 51 A Reason For Killing
52 Episode 52 Back To Habits
53 Episode 53 13 detik kehidupan
54 Episode 54 Si Kolektor Kelingking
55 Episode 55 Pemuja Baphomet
56 Episode 56 Mayat Hidup
57 Episode 57 Virus Zombie
58 Episode 58 Genoside
59 Episode 59 Ghost Town
60 Episode 60 Go To New Normal (Tamat Part 3)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Prolog
2
Episode 2 Masa Kelam
3
Episode 3 Dimulai Dari Sini
4
Episode 4 Bayangan Menakutkan
5
Episode 5 Nightmare 1
6
Episode 6 Interogasi Saksi
7
Episode 7 Kelam Yang Menyukaiku
8
Episode 8 Aku Menyukainya
9
Episode 9 Otopsi Tubuh Korban
10
Episode 10 Menjenguk Dian
11
Episode 11 Nightmare 2
12
Episode 12 Pembunuhan Berantai
13
Episode 13 Pengakuan Cinta
14
Episode 14 Bukti-bukti Pendukung
15
Episode 15 Kampung Orang Gempar
16
Episode 16 Bukti Tidak Terkait
17
Episode 17 Pelaku Penyekapan
18
Episode 18 Naluri Detektif
19
Episode 19 Siapa Edgar?
20
Episode 20 Remuk Redam
21
Episode 21 Berjalan Maju
22
Episode 22 Silence Witness or Killer
23
Episode 23 Monster Itu Aku
24
Episode 24 Dean Kehilangan
25
Episode 25 Kabur Dari Penjara
26
Episode 26 Kematian Hanya Bentuk Lain (Tamat part 1)
27
Episode 27 Ten Years Later
28
Episode 28 Sequel
29
Episode 29 Tersedak Lumpur
30
Episode 30 Pusat Perhatian
31
Episode 31 Suara Misterius
32
Episode 32 Kejanggalan Penyebab Kebakaran
33
Episode 33 Alias; Qiandra
34
Episode 34 Kissing Game
35
Episode 35 Mimpi dan Kenyataan, Mana Yang Lebih Buruk?
36
Episode 36 Forgive Me
37
Episode 37 Menemui Kawan Lama
38
Episode 38 Laporan Kevin
39
Episode 39 Kebenaran Yang Menyakitkan
40
Episode 40 Redemption Song
41
Episode 41 The Truth Untold
42
Episode 42 Silent Is Gold
43
Episode 43 Invicible (Tamat part 2)
44
Episode 44 Suara Misterius 2
45
Episode 45 Trilogy : Othello Syndrome
46
Episode 46 Jatuh Cinta
47
Episode 47 New Sign; Skyper
48
Episode 48 Interlude
49
Episode 49 T i t i k
50
Episode 50 Zero Moment
51
Episode 51 A Reason For Killing
52
Episode 52 Back To Habits
53
Episode 53 13 detik kehidupan
54
Episode 54 Si Kolektor Kelingking
55
Episode 55 Pemuja Baphomet
56
Episode 56 Mayat Hidup
57
Episode 57 Virus Zombie
58
Episode 58 Genoside
59
Episode 59 Ghost Town
60
Episode 60 Go To New Normal (Tamat Part 3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!