Episode 2 Masa Kelam

*Bayangan masa lalu seringkali mengikuti kemanapun aku pergi. Sejauh pun aku melangkah, ingatan itu akan menjadi bayang-bayang yang

tidak akan keluar.

Pikiran yang mencoba paksa untuk melupakannya, akan semakin menjajah hingga binasa. Menghancurkan jati diriku perlahan hingga kosong. Menjadikanku seseorang yang berbeda, yang bukan kehendakku menginginkannya.

Aku hanya bisa memilih untuk memberontak atau berubah menjadi monster, seperti keinginan alam bawah sadar*.

***

Tahun 1980-an

Ketika bel pulang berbunyi nyaring, semua murid keluar serentak dari kelasnya masing-masing. Bel itu seperti suara kebebasan untuk mereka. Masih di kelas tiga sekolah dasar dengan seragam putih dan rok merah menutupi lutut. Dengan lugunya

menyusuri lorong antar kelas dengan tas ransel berwarna pink dengan karakter The Snoopy. Dari belakang seorang teman memanggilnya sejak tadi.

“Enggar, tunggu!”

“Apa?” Enggar berbalik.

“Aku bawa karet, kita lompat tali yuk.”

“Tapi aku harus pulang Dian.”

“Sebentar saja lagipula rumah kita deketan!”

“Hmm … baiklah, sebentar saja yah!”

“Asyik!”

Beberapa teman sudah menunggu di dekat kelas satu untuk bermain lompat tali. Kelas satu dekat dengan gerbang utama sekolah. Mereka berempat asyik bermain secara bergantian. Lalu ada seorang pemuda dengan sepeda roda duanya mendekati mereka yang masuk dari gerbang. Pemuda itu mungkin masih tingkat menengah pertama.

Diatas sepedanya dengan kaki satu di atas tanah dan satunya berada dipedal dan tangan yang melipat diatas dada, seraya menebar senyum kearah anak-anak yang sedang asyik bermain. Anak-anak itu tidak peduli dengan kehadirannya, hingga seorang anak yang memperhatikannya dengan teliti.

“Enggar, kakak itu lihatin kamu terus dari tadi.”

“Kenapa?”

“Aku tidak tahu.”

Enggar hanya memandangnya sekilas dan melihat pemuda itu tersenyum kepadanya. Enggar hanya berbalik dan meneruskan bermain.

“Kita pulang yuk!”

“Ayuk,” jawab semuanya

“Aku mau ke kamar kecil dulu yah, sudah kebelet nih,” sahut Enggar.

“Ya sudah sana kita tunggu disini yah.”

Enggar berjalan kearah belakang kantin yang berdekatan dengan kamar mandi sekolah.

Enggar tidak mencurigai apapun, dirinya tidak tahu jika pemuda itu mengikutinya dibelakang. Setelah keluar dari kamar mandi, tiba-tiba pemuda itu dengan cepat menyergapnya dan menyingkap rok merahnya dengan paksa dan mendorongnya

kelantai.

Enggar hanya kebingungan dengan kejadian itu. Tidak tahu apa yang terjadi, hingga dirinya merasakan tidak nyaman, mulai menangis. Tangisannya yang kencang hingga seseorang datang. Pemuda itu melesat dengan cepat dan terjatuh hingga penutup kepalanya menyingkap, terlihat ada noda putih di tengkuknya. Pemuda itu melarikan diri dengan sepedanya.

“Kenapa nangis, kenapa?” seorang wanita datang menolongnya.

Enggar hanya bisa menangis. Syok, bingung apa yang harus diucapkan. Wanita itu membawanya masuk kerumah dan memberinya minum teh hangat. Enggar tetap bungkam. Setelah tangisannya reda wanita itu mengantar Enggar kepada temannya yang masih menunggunya.

“Enggar darimana saja, aku sudah bosan disini.”

Masih berbekas noda tangisan diwajahnya.

“Enggar kamu kenapa, koq nangis?” tanya Dian.

Enggar hanya menggelengkan kepala. Enggar tetap bungkam hingga sampai di pintu rumahnya. Enggar terlalu lelah hanya bisa berbaring diatas kasur busa yang tipis di depan televisi. Pintu rumah tidak pernah terkunci karena pada jaman itu jarang ada tindak kejahatan. Mama belum pulang bekerja begitu juga dengan Papa,

sedangkan mbok Darni sudah pulang.

Di atas kasur lipat tipis itu Enggar mengurai lelahnya menjadi mimpi. Tidurnya tidak nyenyak,

tetapi kelelahan yang membuatnya tidak bisa bangun. Enggar bermimpi pemuda itu datang lagi melewati pintu rumahnya yang tidak terkunci dan memandanginya yang sedang terlelap. Melihat sekujur tubuhnya yang mungil, terlihat jelas kakinya yang terbuka.

Pemuda itu tergiur dan mendekatinya, namun entah mengapa ada rasa kasihan dengan anak

kecil itu. Dia hanya membelai rambutnya dan menyentuh bibirnya, lalu mengecupnya. Enggar merasa terganggu dan merasakan sesuatu yang nyata. Enggar terbangun merasakan basah di bibirnya, lalu mengikuti sosok yang berlari kearah pintu dan melihat dari jendela, pemuda bersepeda itu telah menggerayanginya sekali lagi.

"Kamu cantik sekali."

Enggar langsung mengunci pintu itu rapat-rapat dan masuk kedalam kamar Mama dan menguncinya. Entah apa yang harus diceritakan kepada Mama. Enggar tidak sabar menunggu kepulangannya.

Ketika sore menjelang, suara Mama mencoba membuka pintu, namun terkunci.

“Enggar Mama pulang, buka pintunya.”

Dengan tidak sabar Enggar segera membuka pintu itu dan berniat menceritakan semuanya.

“Mah, tadi ada laki-laki masuk rumah kita naik sepeda, terus Enggar diciumnya!”

“Hehe .…” Mama hanya tersenyum mendengarnya.

Mama sibuk menaruh tas dan melepas sepatu pada tempatnya.

Anak ini sedang puber.

“Mah, benar Enggar tidak bohong!”

“Benar Enggar, coba dilihat apa ada yang hilang.” sahut Mama dan sembari mengecek kotak perhiasan dan barang elektronik lainnya.

“Mah, laki-laki itu mencium Enggar!”

“Masa Enggar, kamu tidak sedang berkhayal kan, mungkin itu hanya mimpi.”

Mendengar jawaban darinya hati Enggar seakan teriris, merasa tidak dipercaya dan tidak dibela. Sejak hari itu Enggar tidak pernah menceritakan apapun yang terjadi dalam hidupnya. Enggar merasa tidak ada yang bisa mempercayai perkataannya. Tidak ada yang bisa dipercaya. Enggar tidak menceritakan apa yang sebelumnya terjadi di sekolah, karena itu akan sia-sia saja.

Malam harinya Enggar mendengar Mama bercerita dengan Papa tentang yang diceritakan

Enggar tadi sore. Enggar semakin kecewa karena Mama berkesimpulan bahwa dirinya sedang pubertas. Enggar hanya bisa menangis di kamarnya yang dingin. Seakan kehilangan kehormatannya dengan mudah, kehilangan jati dirinya yang dicap sebagai pembohong, direnggut jiwanya dengan istilah pubertas.

Sebenarnya ada hal yang terjadi disekolah, dan itu menyakitiku. Entah apa yang telah terjadi padaku tadi siang, pengalaman yang sangat menyeramkan. Aku menangis dan semakin menangis mendengar reaksimu setenang itu. Aku bisa mendengarmu dari ventilasi pintu kamarmu yang terhubung dengan ruang cucian. Di tempat inilah aku sering menyendiri agar tidak diketahui ketika aku meneteskan airmata. Kuurungkan niatku untuk menceritakannya.

***

Pencet Like, Rate5, Vote, Tambahkan ke favorit kalian dan komen yang sopan ya )

Dukung The Shadow Fears dalam kontes #ceritaseram

Terpopuler

Comments

muawanah98_

muawanah98_

next

2021-09-20

1

Alifa Paramitha

Alifa Paramitha

baru baca sampe sini aja udh bikin penasaran sama ceritanya. love thor♥️😁

2021-06-01

0

Spenticom.com ♡

Spenticom.com ♡

stalkerrrrrr

2021-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Prolog
2 Episode 2 Masa Kelam
3 Episode 3 Dimulai Dari Sini
4 Episode 4 Bayangan Menakutkan
5 Episode 5 Nightmare 1
6 Episode 6 Interogasi Saksi
7 Episode 7 Kelam Yang Menyukaiku
8 Episode 8 Aku Menyukainya
9 Episode 9 Otopsi Tubuh Korban
10 Episode 10 Menjenguk Dian
11 Episode 11 Nightmare 2
12 Episode 12 Pembunuhan Berantai
13 Episode 13 Pengakuan Cinta
14 Episode 14 Bukti-bukti Pendukung
15 Episode 15 Kampung Orang Gempar
16 Episode 16 Bukti Tidak Terkait
17 Episode 17 Pelaku Penyekapan
18 Episode 18 Naluri Detektif
19 Episode 19 Siapa Edgar?
20 Episode 20 Remuk Redam
21 Episode 21 Berjalan Maju
22 Episode 22 Silence Witness or Killer
23 Episode 23 Monster Itu Aku
24 Episode 24 Dean Kehilangan
25 Episode 25 Kabur Dari Penjara
26 Episode 26 Kematian Hanya Bentuk Lain (Tamat part 1)
27 Episode 27 Ten Years Later
28 Episode 28 Sequel
29 Episode 29 Tersedak Lumpur
30 Episode 30 Pusat Perhatian
31 Episode 31 Suara Misterius
32 Episode 32 Kejanggalan Penyebab Kebakaran
33 Episode 33 Alias; Qiandra
34 Episode 34 Kissing Game
35 Episode 35 Mimpi dan Kenyataan, Mana Yang Lebih Buruk?
36 Episode 36 Forgive Me
37 Episode 37 Menemui Kawan Lama
38 Episode 38 Laporan Kevin
39 Episode 39 Kebenaran Yang Menyakitkan
40 Episode 40 Redemption Song
41 Episode 41 The Truth Untold
42 Episode 42 Silent Is Gold
43 Episode 43 Invicible (Tamat part 2)
44 Episode 44 Suara Misterius 2
45 Episode 45 Trilogy : Othello Syndrome
46 Episode 46 Jatuh Cinta
47 Episode 47 New Sign; Skyper
48 Episode 48 Interlude
49 Episode 49 T i t i k
50 Episode 50 Zero Moment
51 Episode 51 A Reason For Killing
52 Episode 52 Back To Habits
53 Episode 53 13 detik kehidupan
54 Episode 54 Si Kolektor Kelingking
55 Episode 55 Pemuja Baphomet
56 Episode 56 Mayat Hidup
57 Episode 57 Virus Zombie
58 Episode 58 Genoside
59 Episode 59 Ghost Town
60 Episode 60 Go To New Normal (Tamat Part 3)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Prolog
2
Episode 2 Masa Kelam
3
Episode 3 Dimulai Dari Sini
4
Episode 4 Bayangan Menakutkan
5
Episode 5 Nightmare 1
6
Episode 6 Interogasi Saksi
7
Episode 7 Kelam Yang Menyukaiku
8
Episode 8 Aku Menyukainya
9
Episode 9 Otopsi Tubuh Korban
10
Episode 10 Menjenguk Dian
11
Episode 11 Nightmare 2
12
Episode 12 Pembunuhan Berantai
13
Episode 13 Pengakuan Cinta
14
Episode 14 Bukti-bukti Pendukung
15
Episode 15 Kampung Orang Gempar
16
Episode 16 Bukti Tidak Terkait
17
Episode 17 Pelaku Penyekapan
18
Episode 18 Naluri Detektif
19
Episode 19 Siapa Edgar?
20
Episode 20 Remuk Redam
21
Episode 21 Berjalan Maju
22
Episode 22 Silence Witness or Killer
23
Episode 23 Monster Itu Aku
24
Episode 24 Dean Kehilangan
25
Episode 25 Kabur Dari Penjara
26
Episode 26 Kematian Hanya Bentuk Lain (Tamat part 1)
27
Episode 27 Ten Years Later
28
Episode 28 Sequel
29
Episode 29 Tersedak Lumpur
30
Episode 30 Pusat Perhatian
31
Episode 31 Suara Misterius
32
Episode 32 Kejanggalan Penyebab Kebakaran
33
Episode 33 Alias; Qiandra
34
Episode 34 Kissing Game
35
Episode 35 Mimpi dan Kenyataan, Mana Yang Lebih Buruk?
36
Episode 36 Forgive Me
37
Episode 37 Menemui Kawan Lama
38
Episode 38 Laporan Kevin
39
Episode 39 Kebenaran Yang Menyakitkan
40
Episode 40 Redemption Song
41
Episode 41 The Truth Untold
42
Episode 42 Silent Is Gold
43
Episode 43 Invicible (Tamat part 2)
44
Episode 44 Suara Misterius 2
45
Episode 45 Trilogy : Othello Syndrome
46
Episode 46 Jatuh Cinta
47
Episode 47 New Sign; Skyper
48
Episode 48 Interlude
49
Episode 49 T i t i k
50
Episode 50 Zero Moment
51
Episode 51 A Reason For Killing
52
Episode 52 Back To Habits
53
Episode 53 13 detik kehidupan
54
Episode 54 Si Kolektor Kelingking
55
Episode 55 Pemuja Baphomet
56
Episode 56 Mayat Hidup
57
Episode 57 Virus Zombie
58
Episode 58 Genoside
59
Episode 59 Ghost Town
60
Episode 60 Go To New Normal (Tamat Part 3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!