Kemana perasaan seperti diawasi itu, kemana rasa was was itu pergi, kemana rasa merinding itu, kini semua menghilang, kemana langkah misterius ditengah malam itu meninggalkanku, namun ketakutanku akan gelap belum sirna.
Tahun 1993-an
Bayangan itu selalu menghantuiku kemana pun. Aku selalu berjaga jikalau dia menyergapku ketika aku lengah. Sambil mendekap erat tubuhku dengan bersidekap dan melihat situasi sekitar sampai terasa aman. Begitulah aku hingga sedewasa ini, masih saja ketakutan ketika berjalan sendirian. Meskipun pada siang hari, terlebih malam aku tidak akan berani melangkahkan kaki keluar.
Usiaku kini 22 tahun, aku hanya lulusan SMA yang pernah berkuliah dan tidak pernah selesai. Aku mengambil jurusan perpustakaan, karena jadwal kuliah yang tidak menentu. Terutama jadwal pada sore hari hingga malam, hingga tidak pernah datang.Terlalu banyak kuliah yang harus kuulang karena kurangnya persentase kehadiran. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak meneruskan kuliah dan langsung melamar kerja.
Sebagai pekerja paruh waktu disebuah perusahaan swasta, PT. BPP yang bergerak dibidang pertambangan dan energi sumber daya alam, seperti anugerah untukku. Tidak mungkin aku bisa masuk keperusahaan hanya lulusan SMA. Siapa sangka memiliki tetangga seorang kepala cabang membuatku bisa masuk kesana. Kebetulan Ayah meminta tolong kepada Pak Hari Budiman sebagai manager keuangan eksekutif, terlebih karena hubungan mereka sangat baik.
Aku hanya bekerja dalam pengarsipan perpustakaan diperusahaan ini, sesuai dengan jurusan yang tidak pernah kuselesaikan. Namun,
aku sangat menyukai pekerjaan ini, terbilang sangat tenang dan tidak pernah ada masalah selama aku bekerja. Aku sangat senang menyusun buku ataupun arsip berdasarkan kepemilikan koleksi, pemberian nomor, membangun database, sampai pemusnahan arsip-arsip.
Namun, aku belum pada tahap pengelolaan arsip-arsip penting. Letak pengarsipan yang penting itu atau dokumen-dokumen rahasia adanya diruang rahasia dengan pintu berlapis baja, istilahku. Sebab pintu-pintu itu sangat besar dan kokoh serta kedap suara, hanya dua orang yang boleh mengakses kesana, pak Wahyu dan pak Warih yaitu seniorku disini.
Terkadang aku penasaran dengan apa yang ada di sana, arsip seperti apa yang begitu penting hingga harus dikelola khusus. Hingga suatu hari, Pak Wahyu tidak hadir karena sedang sakit.
Sedangkan hari itu tiba-tiba sangat sibuk karena esok hari akan ada penyelidikan internal terkait
penggelapan. Pak Warih masuk kedalam ruang arsip itu dan memanggilku tiba-tiba dengan suara sedikit keras.
Beliau menyuruhku untuk masuk kedalam, ruangan rahasia yang hanya orang-orang tertentu saja boleh masuk. Aku hanya tertegun di samping
pintu berlapis baja itu ragu.
“Kenapa berdiri disitu?”
“A-aku tidak boleh masuk kedalam!”
“Aku yang akan bertanggung jawab, sekarang kamu masuk dan bantu aku memusnahkan beberapa arsip ini.”
“B-baik Pak.”
“Jangan banyak bertanya dan tidak perlu dibaca.”
Aku hanya menganggukkan kepala.
Ratusan kertas arsip dimusnahkan dengan cepat dengan mesin penghancur itu. Ketika beberapa kertas dimusnahkan tidak sengaja aku melihat dengan jelas, nama-nama yang tercantum disana dan salah satunya kukenali, "Hari Budiman". Namun, aku tidak paham namanya yang disebut itu apa kaitannya dengan hari yang sangat sibuk ini.
Pak Warih mengawasiku yang tertangkap membaca. Aku pura-pura merapihkan kertas itu karena sedikit lecek, lalu menaruhnya dalam
antrian mesin penghancur. Pak Warih mendekatiku dan memancarkan pandangan
curiga. Dengan sorot matanya yang menakutkan sambil menarik lenganku dan memberi penekanan.
“Jangan bermain api, lakukan saja apa yang kuperintahkan.”
Kurasakan ketakutan yang luar biasa, jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya, ancaman ini sungguh terasa, padahal aku hanya tahu
sedikit informasi.
Pak Warih meninggalkan bekas merah di lenganku. Aku sedikit mengaduh, tapi bisa kutahan, ini tidak seberapa dibanding dengan ucapannya yang membuatku bergidik ketakutan. Lalu setelah selesai dihancurkan menjadi serpihan kertas yang sulit diterjemahkan, aku harus memasukkan seluruhnya kedalam kantong-kantong besar tak berlabel.
Kertas-kertas itu menjadi delapan kantong kertas yang harus kubuang sendiri kebelakang gedung.
Padahal belum pernah aku melakukan itu, biasanya dokumen yang dihancurkan hanya
di masukkan ke kantong dan menunggu petugas kebersihan yang mengambilnya. Kali ini tidak, aku harus memastikan semua limbah itu sudah pasti lenyap tak tersisa dari gedung ini.
Tidak terasa sudah pukul tujuh malam, aku tidak pernah bekerja sampai selarut ini. Dan harus ke belakang gedung membuang semua limbah.
Bagaimana jika ada yang mengikutiku dan berbuat jahat di belakang sana. Pikiran itu membuatku merinding. Aku hanya duduk di bangkuku dan semakin ketakutan mengingat aku sendirian di perpustakaan ini. Kuberanikan diri membawa semua limbah itu empat kantong sekali jalan, tidak berat sama sekali.
Turun dari lift ke lantai satu dan sebelum keluar
menuruni tangga ke lantai basemen. Pintu itu belum terkunci, parkiran basemen sangat sepi hanya beberapa mobil yang masih tersisa. Termasuk mobil Pak kepala cabang tetanggaku.
Kulangkahkan kaki dengan cepat, aku hanya ingin segera pulang. Empat kantong sudah di masukkan kedalam tempat sampah, aku hanya harus mengambil sisanya.
Ketika memasuki perpustakaan, ternyata disana sudah ada empat orang berpakaian rapi dengan label nama mereka. Aku hanya terkejut mereka
tertarik dengan empat kantong yang tersisa. Aku sedikit panik dan bingung karena itu seharusnya tugasku untuk membuangnya.
“Bapak dari divisi mana?”
“Kami dari penyelidikan internal, oiya ini kantong apa?”
“Oh, i-itu hanya dokumen yang tidak terpakai,” jawabku terbata-bata.
“Ada berapa kantong?”
“Delapan.”
“Sisanya dimana?”
“Sudah kubuang.”
“Baiklah kamu boleh pulang,” sahutnya tegas.
Aku hanya mencoba menenangkan diri yang semakin kupikir semakin sulit dibayangkan. Bagaimana jika mereka tahu apa yang ada di dalam dokumen itu, dan aku ikut terseret di dalamnya karena mencoba memusnahkannya.
Aku hanya bergegas mengambil tas dan segera turun dengan lift.
***
Pencet Like, Rate5, Vote, Tambahkan ke favorit kalian, komen yang sopan ya )
Dukung The Shadow Fears dalam kontes #ceritaseram
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌻 Dewi Ratih SR 🌻
like ❤ ... jangan lupa mampir
2020-08-08
1
Kadek
aku mmpir kk
2020-07-23
1
Cahya
Aku boom like dulu
2020-07-11
1