Arlan langsung menyemburkan kopi panas yang baru saja dia minum ketika mendengar cerita Evan. Rasanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar barusan.
Namun, jika di lihat jelas sekali wajah Evan menunjukkan ekspresi kesal dan marah kepada papahnya.
"Heh, apa cerita mu ini bisa ku percaya?" tanya Arlan memastikan.
"Kau pikir aku sedang bercanda?" Evan bertanya dengan nada kesal.
"Bukan tidak percaya, tapi bagaimana bisa papah mu akan menikah dengan perempuan yang usianya saja lebih muda tiga tahun dari mu?"
"Perempuan itu pasti hanya akan mengincar harta papah ku saja!" ucap Evan geram.
"Dari mana kau tahu?" tanya Arlan semakin penasaran.
"Buktinya, baru tiga minggu aku di luar negeri dia sudah bekerja sebagai Sekretaris pribadi papah ku,"
"Gila, kau yang sudah dua puluh sembilan tahun ini saja belum menikah. Tapi papah mu sudah mau gas aja!" Arlan bergeleng kepala.
"Bantu aku untuk membatalkan rencana mereka. Masih banyak perempuan seumuran dengan papah, aku tidak setuju jika papah menikah dengan Via,"
"Oh, namanya Via. Nama yang cantik pasti orangnya juga cantik," ucap Arlan semakin membuat Evan kesal.
"Diam kau!" bentak Evan.
Arlan hanya cengengesan, lalu berkata dengan kata-kata mengejek Evan, "Sebentar lagi kau akan punya ibu tiri, sudah pasti kau akan segera memiliki seorang adik,"
Evan mendengus kesal, menjitak kepala Arlan yang sejak tadi terus mengejeknya. Lelaki itu pada akhirnya memutuskan untuk pulang.
Memasuki rumah dengan wajah lesu, di tambah lesu lagi ketika Evan melewati ruang keluarga, Theo sedang duduk menonton televisi.
"Van, papah gak sabar untuk menikah. Biar papah ada temannya menonton televisi," ujar Theo lalu menyeruput tehnya.
"Pah, ah.....! apa gak ada perempuan yang seumuran papah. Evan gak setuju!" Evan menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa.
"Daun muda lebih legit Van, lebih segar. Kalau tua itu keset, sudah banyak santannya!" ujar Theo lalu tertawa.
"Papah pikir kita sedang berbisnis buah kelapa?" tanya Evan semakin kesal.
"Kau tahu sendirikan, kelapa muda lebih segar airnya dari pada kelapa tua. Kelapa tua cocoknya untuk masak opor saja," kata Theo berkelakar. Evan sudah tidak sanggup lagi menghadapi papahnya, pria ini memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
Gelak tawa Theo terdengar hingga kamar Evan. Evan yang geram dan kesal hanya bisa merebahkan diri lalu menutup wajahnya.
Malam telah berganti pagi, dengan wajah segar Evan turun ke lantai pertama untuk sarapan. Namun, wajah yang segar langsung berubah kusut ketika melihat Via yang sedang menyiapkan sarapan untuk papahnya.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Evan tidak suka.
"Sedang belajar melayani calon suami ku," jawab Via dengan senyum termanisnya.
"Mari sarapan Van," ajak Theo.
"Pah, aduh. Apa ini pah, kenapa dia ada di rumah kita?" tanya Evan geram.
"Bersikaplah sopan Van, dia calon ibu mu!" kata Theo membuat mata Evan semakin melebar.
"Kau harus bersikap lebih sopan sedikit pada ku, wahai calon anakku," ucap Via mencibir Evan.
"Jaga bicara mu, kau mendekati papah ku pasti ada maunya. Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam!" ucap Evan dengan nada penuh penekanan.
Tanpa memakan secuil pun, Evan langsung berangkat ke kantor. Theo dan Via yang melihat Evan kesal langsung tertawa bersama-sama. Rasanya seru juga jika setiap hari mengerjai Evan yang memiliki sifat dingin dan acuh pada orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2025-02-08
0
Ass Yfa
Evan kayaknya anti wanita
..lah ini jodohnya disiapkan papa Theo😀
2022-12-20
0
Sofie Ilyas Ilyas
Kayanya si via tu mau d jodohin sma evan deh,, tpi mungkin krna evan orang y terlalu dingin mkny d kerjain dulu🤣🤣
2022-07-25
0