Tokk..Tokk..Tokk...
Ketukan pada pintu mengalihkan perhatian Kevin dari tumpukan dokumen yang ada diatas meja kerjanya. "Masuk." Dan seruan dari dalam mengintrupsi orang itu untuk masuk.
Seorang wanita yang tampak anggun dalam balutan pakaian kerjanya, menghampiri Kevin sambil membawa sebuah dokumen yang harus segera ditandatangani.
"Presdir, ini adalah dokumen yang harus segera Anda tanda tangani." Wanita itu memberikan dokumen itu para Kevin.
"Hn, letakkan saja di atas meja. Setelah ini akan aku tanda tangani. Kau boleh keluar."
"Baik, Presdir."
Pintu kembali diketuk dan kali ini giliran Chan yang datang. Chan datang sambil membawa map yang didalamnya berisi semua informasi yang Nathan butuhkan.
"Tuan, saya sudah mendapatkan semua informasi yang ada minta. Dan ada beberapa lembar foto juga di dalamnya. Percayalah jika informasi itu saya dapatkan dari sumber terpercaya."
Nathan mengeluarkan sebuah cek yang telah ditandatangani dari dalam laci, yang kemudian dia berikan pada Chan. "Bonus-mu bulan ini."
"Yahuuu... Tuan, Anda memang yang terbaik. Kalau begitu saya permisi dulu." Chan membungkuk dan pergi begitu saja.
Sesekali dia berteriak dan melompat kegirangan. Tingkahnya yang konyol sering kali menjadi hiburan tersendiri bagi karyawan lain.
"Yak!! Erica Choi, kembalikan cek itu padaku. Itu milikku!!" Teriak Chan saat seorang perempuan bernama Erica tiba-tiba mengambil cek itu dari tangannya.
"Kau lupa jika kau masih memiliki hutang padaku sebesar 1 juta won, dan kau belum membayarnya sampai sekarang. Anggap saja bonus dari Boss ini sebagai uang cicilan pelunasan hutang, dan kau masih memilik 500 ribu won lagi."
"Oh, ayolah Erica. Kau jangan kejam padaku. Bukankah kau tau sendiri jika aku memiliki 7 kucing liar yang harus aku hidupi. Jika semua uangku kau ambil, bagaimana aku bisa menyenangkan mereka. Tanpa uang mereka tidak mungkin memuaskan ku." Rengek Chan memohon.
"Itu bukan urusanku. Makanya jangan hutang kalau berat untuk membayar. Lumayan, bisa buat shopping akhir pekan ini." Erica mencium cek tersebut. Sedangkan Chan hanya bisa mendengus pasrah. Menatap nanar cek-nya yang dibawah pergi oleh Erica.
"Dasar lintah darat. Hutang 500 wan dalam tiga bulan beranak jadi 1 juta won. Huhuhu, uangku." Chan terkukuh sedih meratapi uangnya yang hilang dari tangan.
Beberapa karyawan langsung berdiri dan membungkuk ketika melihat atasan mereka keluar dari ruang kerjanya. Kevin menghampiri Chan yang sepertinya masih belum menyadari kedatangannya.
"Berhentilah bertingkah menggelikan, Chan!! Segera hapus air matamu dan ayo pergi."
Bahkan Kevin pun bersikap kejam padanya. Kenapa hari ini nasibnya begitu buruk. Dan kesialan selalu datang bertubi-tubi hari ini. Dengan lemas Chan pun berjalan mengekor Kevin sambil sesekali menghapus air matanya.
-
'VIVIAN'S FLORIST'
Pasangan tua itu terus terpaku pada papan nama yang sudah terpasang di atas toko bunga milik keluarganya. Berbagai macam ingatan berputar setiap kali melihat papan nama dan toko bunga tersebut.
Toko bunga itu bukanlah sekedar toko biasa bagi keluarganya, itu adalah satu-satunya peninggalan terakhir dari putri mereka satu-satunya yang telah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
"Nenek, Kakek, apa yang kalian lakukan di luar sini?" Tepukan pada pundaknya segera menyadarkan pasangan tua itu.
Si nenek menggeleng. "Tidak ada, kami hanya teringat pada putri kami yang telah tiada." Jawabnya.
Jessica memeluk pasangan tua itu dengan erat. Gadis cantik itu mengangkat wajahnya dan menatap keduanya bergantian. "Nenek dan Kakek tidak perlu sedih. Bukankah masih ada aku di sini, aku akan selalu bersama Nenek dan Kakek."
"Terimakasih karena selalu ada untuk kami, Sayang. Kehadiranmu sedikit banyak mengurangi kesedihan kami setelah kepergian Vivian."
"Kalian tidak bisa berpelukan tanpa diriku." Seru seorang gadis yang entah dari mana munculnya tiba-tiba sudah ada diantara mereka bertiga. "Bagaimana pun juga aku adalah bagian dari tokoh bunga ini." Tuturnya, ketiganya pun terkekeh.
"Sudah-sudah, sebaiknya segera kita buka tokonya. Pelanggan bisa kabur jika kita kesiangan membuka tokonya." Seru Kakek Daeman.
"Kakek benar. Ayo kita semangat!!!" Seru Jessica dan Sunny hampir bersamaan.
Meskipun hidup yang dia jalani teramat sangat berat. Namun tak sekalipun Jessica pernah mengeluh. Dia menikmati apa yang Tuhan telah garis-kan untuknya.
Sejak ayahnya meninggal karena kanker hati yang dia derita, dan ibunya yang mulai sakit-sakitan, Jessica selalu bekerja mati-matian untuk membiayai pengobatan ibunya dan kuliah adiknya.
Dan pada akhirnya Jessica juga terpaksa harus berhenti kuliah dan kembali ke Korea bersama ibu, adik dan jasad ayahnya yang telah dingin setelah mengukir semua kenangan menyedihkan itu di negeri Paman Sam.
Jessica teringat akan ucapan seorang teman lama yang mengatakan jika setiap orang memiliki ceritanya hidup masing-masing. Ada yang tanpa konflik, ada yang penuh konflik, ada yang berakhir bahagia, dan ada pula yang berakhir menyedihkan. Semua tergantung bagaimana mereka menerima akhirnya.
Dan sampai sekarang Jessica tidak bisa menyenyahkan kata-kata itu dari otak dan kepalanya.
Jika boleh berkata jujur, maka Jessica rasa cerita hidupnya adalah cerita yang penuh dengan kesedihan dan tumpahan air mata.
Pertama, Jessica harus bekerja paruh waktu saat SMA demi mengumpulkan uang agar ia bisa kuliah dan mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang Desainer ternama.
Namun, pada akhirnya dia harus membuang impiannya itu karena semua tak berjalan sesuai keinginannya.
Kedua, dia harus kehilangan sang ayah dia saat Jessica belum siap untuk kehilangan. Dan kepergian sang ayah merubah total hidupnya. Dari yang semula baik-baik saja, menjadi tidak baik-baik saja.
"Apakah Mawar biru itu di jual?"
Perhatian Jessica teralihkan seketika. Sontak saja dia menoleh dan mendapati seorang pria berdiri tepat dibelakangnya. Kedua mata Jessica memicing, ia memperhatikan wajah orang itu dengan seksama, terlihat tidak asing.
"Nona, aku tau jika aku ini sangat tampan. Jadi berhenti memandangku seperti itu!! Secantik apapun dirimu, aku tidak mungkin tertarik apalagi jatuh cinta padamu. Aku telah memiliki pasangan!!"
"Ck, kau terlalu percaya diri. Memangnya siapa yang tertarik padamu!! Aku memperhatikanmu karena aku merasa pernah melihatmu sebelumnya, dan aku mengingatnya sekarang!!"
"Mengingat apa?" pria itu menyela kalimat Jessica.
"Mengingat jika kau adalah pria menyebalkan yang membuatku kesal pagi ini!!" jawab Jessica dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Chan yang terus berteriak memanggilnya.
Dan jika bukan karena Kevin yang memerintahkannya, dia tidak akan Sudi bertemu dengan gadis menyebalkan seperti Jessica.
Tak lama setelah kepergian Jessica. Gadis lain datang menghampiri Chan. Dan gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Sunny.
"Mawar biru ini lumayan mahal, harganya sekitar 100 ribu won. Jika kau memang ingin membelinya, aku akan membungkusnya dengan segera."
Chan tak langsung menjawab. Dia menoleh pada Kevin, pria itu menggeleng. Chan pun berpamit pergi pada Sunny. Sebenarnya tujuan mereka bukan untuk membeli bunga. Tapi karena Kevin ingin melihat Jessica secara langsung.
"Tuan, sebenarnya apa yang Anda harapkan dari gadis galak dan menyebalkan menyebalkan seperti dia?!" tanya Chan penasaran.
"Diamlah!! Kau terlalu berisik," Chan mendesah frustasi. Berbicara dengan Kevin terkadang memang membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. "Apa yang kau tunggu. Segera jalan."
"Baik, Tuan."
-
Karina bangkit dari duduknya setelah mendengar suara deru mobil memasuki halaman rumah sederhananya. Ibu empat anak itu tersenyum lebar melihat kedatangan putri, menantu dan cucunya.
"NENEK.." Bocah berusia 5 tahun itu berlari menghampiri Karina dan langsung memeluknya. "Laura merindukan Nenek."
"Nenek juga merindukan Laura."
"Laura, kemari." Seru Elia menarik putrinya dan menjauhkan dari sang ibu. "Kau jangan terlalu lama dekat dengan Nenek. Dia banyak kumannya dan kau bisa sakit jika terlalu lama dekat dengannya."
Sakit...
Itulah yang Karina rasakan ketika mendengar ucapan putri kandungnya sendiri. Elia selalu memandang rendah dirinya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang mengerikan.
"Kami tidak akan banyak basa-basi. Ulang tahun Laura hanya menghitung hari lagi, sebaiknya Ibu dan Jessica datang ke sana. Kami kekurangan pelayan, terlalu mahal menyewa jasa pelayan dari luar. Sebaiknya kalian bertiga saja yang menjadi pelayan di sana."
"Baiklah, kami akan datang."
"Baguslah, jangan sampai telat ataupun tidak datang. Atau Ibu tidak akan pernah bertemu Laura lagi!! Sayang, ayo kita pergi." Seru Elia pada suami dan putri kecilnya.
Karina meremas dadanya yang berdenyut sakit. Air matanya tak mampu lagi dia tahan. Putri kandungnya sendiri bersikap sangat kejam padanya. Orang yang seharusnya dia hormati, ''malah Elia perlakukan layaknya babu.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Good Rich
siapa nathan thorrr kan kevin
2021-12-12
0
Vina Pembriyani
anak durhaka si Elia
2021-11-22
0
Nimah mamah iQbal
chan pnya 7 kucing liar yg bisa memuaskan nya...bnyk amat ya..
2021-11-11
1